Thursday 27 September 2012

PENDIDIKAN ISLAM DALAM KACAMATA SURAT LUQMAN AYAT 17-19


A.    Pendidikan Islam
1.    Pengertian Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term Tarbiyah, Ta’lim, Tadris, Taslik, Tatsqif, Ta’dib, Irsyad. [1]  Dari term tersebut yang sering digunakan dalam pendidikan Islam adalah Tarbiyah, sebab kata tersebut maknanya lebih dekat dengan makna pendidikan.[2]
Muhibbin Syah mengungkapkan bahwa pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang berarti mememelihara dan memberi latihan .[3] kemudian pendidikan tidak berkembang tidak hanya mempengaruhi melainkan memelihara, mengasuh, menuntukkn, membimbing atau memberi pertolongan pada Murid.
Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut dengan “education” adapun definisinya menurut Fredrick J Mc. Donald adalah education in the process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behaviour of human beings.[4] Dari pemaknaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses atau aktivitas yang diarahkan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku manusia. 
Proses pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mempengaruhi, merubah dan membentuk kepribadian dan tingkah laku seseorang sehingga sesuai dengan tujan hidup manusia yang dicita-citakan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto pendidikan merupakan usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani kearah kedewasaan.[5] 
Pendidikan dalam Islam lebih ditentukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain.
Pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam sehingga menjadi umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah S.W.T serta berakhlak mulia. Dengan demikiann pendidikan Islam yang dikembangkan berprinsip kepada pendidikan manusia seutuhnya yang disesuaikan dengan aspek-aspek pendidikan meliputi pendidikan keimanan, akhlak, intelektual, jasmani dan sosial.[6]
Disisi lain, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja tetapi juga bersifat praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal sholeh oleh karena itu pendidikan Islam menjadi pendidikan iman dan pendidikan amal. Pendidikan Islam juga berisikan ajaran tentang sikap dan tingkah laku manusia baik bersifat pribadi mapun masyarakat, sehingga pendidikan Islam juga bisa disebut sebagai pendidikan individu dan masyarakat.
Sama halnya dengan pendidikan yang lain, pendidikan Islam lebih utama dikenalkan melalui dunia keluarga sebab disinilah peserta didik lebih dahulu mengalaminya dan jangka wakntunya sangat banyak dibandingkan pada lembaga pendidikan yang mengajarkan tentang keislaman sebab dalam dunia pendidikan, orang tua sangatlah berpengaruh didalamnya. Maka tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul/lebih dibebankan kepada orang tua.[7]
Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan Islam karena sumber dan tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan agama Islam sama dengan yang ingin dicapai dari pendidikan Islam.
Zakiyah Darajat mendefinisikan bahwa pendidikan agama Islam adalah :
“Suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup”.[8]
Pendidikan Islam secara keseluruhan dalam lingkup al-Qur’an dan hadits, keimanan, fiqih/ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencangkup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Pendidikan Islam haruslah dapat membentuk dan  merencanakan dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya yaitu al-Quran dan hadits melalui kegiatan bimbingan, penngajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.[9]
Pendidikan Islam dapat berjalan secara efektif apabila dilaksanakan secara integral. Ajaran dan nilai-nilai agama Islam hendaknya dapat dicerna sedemikiann rupa sehingga siswa dapat mudah menyerap dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Landasan Tujuan Pendidikan Islam
Dasar pendidikan adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas penidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu dasar pelaksanaan pendidikan agama yaitu dasar pelaksanaan yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan Islam secara formal.[10]
a.       Dasar Yuridis/Hukum
1)      Dasar ideal, Yaitu pancasila sila pertama sebagai dasar falsafah negara yang berbunyi “Ketuhanan yang maha Esa”
2)      Dasar Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
-          Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa
-          Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
3)      Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam unang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab X pasal 37 ayat 1 dan 2.
b.      Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ 
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”[11]

Dan juga hadits Nabi SAW yang berbunyi :
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عُمَرٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْاللهِ ص.م بَلَّغُوا عَنِّى وَلَوْا أَيَة. (رواه البخارى).[12]
 “Diriwayatkan dari Abdillah Ibnu Umar r.a, telah bersabda Rosulullah SAW : sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit.” (H.R. Bukhori)

c.       Dasar Psikologis
Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik secara individu  maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya menjadi tidak tenang dan tidak tentram sehingga manusia membutuhkan pegangan hidup.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiyah Darajat bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat Allah, tempat mereka berlindung dan meminta pertolongan.[13]
Secara psikologis, dalam kehidupan ini setiap manusia sangat membutuhkan keberadaan agama untuk dapat dijadikan sebagai acuan, bimbingan, arahan dan pengajaran bagi tiap muslim agar dapat beribadah dan muamalah dengan sang khaliq, sesama atau masyarakat untuk menerapkan konsep iman, Islam dan ikhsan dengan tujuan ketenangan bathin.
Sedangkan secara etimologi merupakan sebuah tujuan atau arah, maksud atau haluan sedangkan dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ghoyyah, ahdaf, maqashid. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan aim, goal, purpose. Secara terminologi tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.[14]
Dalam pelaksanaan pendidikan, hal yang paling awal dilakukan adalah menentukan tujuan dari pendidikan tersebut agar pendidikan yang akan dilaksanakan mempunyai arah tujuan yang jelas dengan menentukan tujuan terlebih dahulu maka pendidikan akan mengetahui metode-metode apa yang akan digunakan dalam proses pendidikan.
pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan meningkatkan keimanan melalui pemerian dan pemupkan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan beragama, berbangsa dan bernegara serta bertujuan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[15]
3.    Tujuan Pendidikan Islam
Tujun pendidikan Islam menekankan pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini dalam rangka mencapai keberhasilan hidup di dunia dan kemudian mampu membuahkan kebaikan di akhirat.
Abdul Majid menambahkan bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional.[16]
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam yang dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional, Islam telah memberikan arahan agar manusia mampu memanfaatkan potensinya dan kesempatan hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu, Islam telah memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi akhlak melalui pendidikan formal maupun non-formal.
Sedangkan Muhaimin menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan serta pengakuan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman, dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.[17]
Menurut Achmadi tujuan pendidikan agama Islam terbagi atas tiga tahapan yaitu : tujuan akhir, tujuan umum, dan tujuan khusus.[18] Ketiga tujuan tersebut tetap mengacu pada tujuan tertinggi yaitu untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari berbagai tujuan pendidikan agama Islam di atas, menggambarkan betapa luasnya ruang lingkup dan sasaran yang harus dicapai oleh pendidikan agama Islam. Namun yang harus kita jadikan pegangan adalah sebagai tujuan kehidupan umat Islam sebagai kebahagiaan dunia dan akherat.
 Jadi tujuan pendidikan umat Islam menurut penulis adalah penanaman ajaran-ajaran agama Islam secara menyeluruh dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sehingga manusia mampu mencapai kebahagiaan baik di dunia  maupun akhirat.
4.    Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai landasan atau sumber yang jelas. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai sumber kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan itu akan dihubungkan.
Sumber dari penidikan Islam dapat diperoleh dari al-Qur’an, hadits dan yang dapat dikembangkan dengan metode ijtihad.[19]  
a.       Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai sebuah petunjuk oleh umat manusia sepanjang masa.[20]
Al-qura’an merupakan sumber pertama dalam pendidikan agama Islam. Ajaran yag terkandung dalam al-Quran itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut dengan aqidah dan yang berhubungan dengan masalah amal disebut dengan syari’ah.
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip yang berkenaan dengan kegiatan pendidikan, sebagai contoh cara pendidikan yang telah dilakukan Luqman kepada anaknya sebagaimana disebut dalam surat Luqman ayat 13-17.
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ $uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ ¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ ¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".  Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Qs. 31 : 13-17).”[21]

b.      Hadits
Hadits atau sunnah Rosulullah adalah semua ucapan, perbuatan, taqrir Nabi Muhammad SAW yang mengandung ajaran-ajaran Islam.
Hadits berfungsi sebagai penafsir al-Qur’an, sebab pada umumnya al-Qur’an menyebutkan aturan ajaran Islam yang menyangkut segi-segi kehidupan duniawi secara garis besar, demikian pula dalam beberapa halyang merupakan perintah agama tidak dijelaskan bagaimana cara melaksanakannya, sehingga untuk pelaksanaanya diperlukan tuntukknan dari Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadits yang menjelaskan tentang pendidikan, sebagaimana yang dikutip oleh M. Chabib Thoha yang artinya adalah.
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. Baihaqi).[22]
Al-Qur’an dan hadist sebagai rujukan final dalam pendidikan agama Islam dan sebagai kebenaran mutlak yang tidak mungkin terjadi perubahan. Karena itu dari dasar inilah berbagai konsep, rumusan dan produk pemikiran tentang pendidikan islam dihasilkan. Apabila sebagai rujukan utamanya tidak kuat atau dapat berubah-ubah bisa dipastikan proses dan perjalanan pendidikan tidak hanya kehilangan arah bahkan akan tidak memiliki arah.[23]
Dengan demikiann sasaran pendidikan Islam tidak hanya peserta didik mampu mengetahui tentang pengetahuan agama saja tetapi juga mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan kendali dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
B.     Interaksi Guru dengan Murid
1.    Pengertian Interaksi Belajar antara Murid dengan Pendidik
Dalam interaksi belajar siswa dengan guru adalah hubungan yang sengaja antara pendidik dan peserta didik dengan fokus proses pembelajaran pada kegiatan siswa di dalam bentuk grup, individu dan kelas. Selain itu juga ada partisipasi didalam proyek, penelitian pendidikan, penemuan dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imajinasi guru.
Pada hakikatnya intereaksi belajar siswa dengan guru adalah proses humanisasi pendidikan menuju kedewasaan, namun realitas sering terjadi degredasi dari makna idealnya. Pembaruan, revolusi, revormasi dan kontruksi dalam bidang pendidikan semakin banyak digembor-gemborkan, alhasil sekarang muncul beberapa alternatif baru yang diharapkan dapat memberikan konstribusi signifikan.
PP No. 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interakttif, inspiratif, menyenangakan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, serta kemandirian sesuai sengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis  peserta didik.  Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaran yang melibatkan segenap potensi pembelajaran yang menjadi salah satu alternatif tersendiri dan memberikan signifikansi positif di tengah-tengah keterpurukan dunia pendidikan dewasa ini, ditambah dengan munculnya UU guru dan dosen baru-baru ini.
Pada dasarnya guru sudah banyak yang memahami bahwa penerapan masih banyak kendala dan persoalan tekhnis. Interaksi belajar siswa dengan guru merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja. Hal semacam itu dapat menjadikan sebagai sumber belajar sekaligus membantu peran guru bagi siswa.
Untuk lebih mengoptimalkan kwalitas pembelajaran yang sesuai dengan materi PAI tetap dipengaruhi adanya kurikulum, dukungan fasilitas belajar, kesiapan peserta didik dan juga sukap guru yang kreatif dan kemauan mengadakan improfisasi.[24]
2.    Interaksi Murid di Sekolah
Interaksi di dalam dunia pendidikan merupakan komponen penting dan tidak terpisahkan dalam interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.  Pembelajaran dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Prses rasionalisas, enkulturasi dari upaya menanggulangi pengaruh negatif dan patologi sosial lainnya membutuhkan kepatuhan para siswa dalam mencapai keberhasilan dari  tujuan pendidikan melalui proses pembinaan dan sosialisasi penerapan norma-norma di sekolah.
Untuk menumbuhkan interaksi Murid di dalam sekolah diperlukan adanya motifasi baik berupa angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement, ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.[25] Ketika salah satu atau keseluruhan cara tersebut diterapkan maka seorang siswa dapat dan mau untuk melakukan kegiatn belajar.
Tugas pendidikan terutama dalam dunia sekolah adalah untuk mengembangkan kemampuan pro-aktif siswa. Jika dimensi proaktif siswa dalam belajar meliputi moral, etika, tingkah, tanggung jawab dan cara hidup Islami maka siswa yang aktif akan memiliki ketangguhan sebagai Insan yang Islami sebab hal ini muncul karena adanya pendidikan di sekolah.
Hasil riset daerah yang dilakukan Balitbang Propinsi Jawa Tengah tahun 2004 menunjukan bahwa faktor utama yang mendorong siswa untuk melanggar norma sekolah adalah ciri perkembangan anak yang ditunjukan oleh :
a.       Keinginan mencari “siapa” saya sebenarnya.
b.      Adanya idiom dikalangan mereka bahwa “masa sekolah adalah masa paling indah”.
c.       Tidak ingin dibatasi dalam mengekspresikan diri.
d.      Siswa masih labil dalam menentukan jati dirinya.
e.       Mereka nyaman mengekspresikan diri meski melanggar norma sekolah.
f.       Ekspresi pelampiasan karena tidak puas dengan keadaan.
g.      Mencontoh teman yang dinilai memiliki kesamaan dengan jati dirinya.
h.      Siswa mencontoh idolanya dalam berpenampilan.
i.        Mencontoh model pakaian dan aksesoris idolanya baik yang muncul ditlevisi maupun media lain.
j.        Lingkungan sekolah (guru galak, suka marah, merokok saat mengajar, sering tidak masuk kelas ketika ada jadwal mengajar).[26]
3.    Komponen-komponen Interaksi Belajar.
Dalam kegiatan belajar terdapat komponen untuk mengetahui seperti apa interaksi belajar murid. Adapun komponen yang harus dicapai atau dilewati adalah :
a.       Mengalami
Dalam hal mengalami, siswa belajar banyak melalui perbuatan, pengalaman langsung mengaktifkan melalui indera, contoh kongkritnya adalah melakukan pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara dan penggunaan alat peraga. 
b.      Interaksi
Interaksi antara siswa dengan siswa maupun antar siwa dengan guru diupayakan secara langsung agar tetap terjaga supaya pembelajaran semakin hidup, menarik, terkoreksi sehingga kwalitas hasil belajar semakin meningkat.
c.       Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi akan lebih bermakna jika interaksi lebih komunikatif. Komunikasi yang disampaikan kepada orang lain ada respon balik maka komunikasi tersebut ada tanggapan dari orang lain.  Komunikasi ini tidak hanya berbentuk lisan akan tetapi dapat dengan media lain untuk dijadikan simbol.

 
d.      Refleksi
Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/diikirkan. Melalui refleksi kita dapat mengetahui efektifitas pembelajaran yang sudah berlangsung. Refleksi dapat berupa laporan, review, revisi dan sebagainya.
Sedangkan komponen dalam interaksi belajar mengajar antara peserta didik dengan pendidik adalah sebagai berikut :
a.       Aktif
Ciri aktif dalam interaksi belajar mengajar berarti pada kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta mengamati penngaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Setiap guru terlibat secara aktif dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Guru diharapkan menciptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya.
b.      Kreatif
Kreatif merupakan ciri kedua pada interaksi belajar mengajar,  yang artinya pembelajaran membangun kreatifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama siswa yang sama-sama menyelesaian tugas-tugas pembelajaran. Sedangkan guru dituntukkt mampu dan kreatif dalam menciptakan merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
c.       Efektif
Maksud dari efektif dalam interaksi belajar mengajar adalah membentuk pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran yang berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa.
d.      Menyenangkan
Menyenangkan merupakan ciri keempat dalam interaksi belajar mengajar, maksud dari menyenangkan adalah pembelajaran yang dirancang untuk menciptakan suasana menyenangkan sehingga siswa maupun guru tidak cepat mengalami kebosanan. Dengan demikiann siswa mudah dalam konsentrasi belajar (time of task) yang berimbas pada peningkatan kwalitas dan rasa ingin tahu (kecanduan) siswa semakin tinggi.  
Menurut Rose and Nocholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan memiliki beberapa ciri yaitu :
a)      Menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks)
b)      Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan
c)      Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif
d)     Melibatkan secara sadar bahwa semua indra beserta pikiran paik otak kiri maupun kanan.
e)      Menantang pesrta didik untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengekspresikan apa yang sedang diajari.
Dari uraian singkat tentang pembelajaran tentang interaksi belajar mengajar dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan harus diwujudkan di kelas sebagai penerapan peraturan Pemerintah Nomor : 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka murid sebagai sebagai subjek belajar tidak mengkonsumsi gagasan akan tetapi mampu memproduksi gagasan dalam proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Sedangkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran hendaknya dapat mewujudkan fasilitas pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
4.    Kesiapan dan sikap Guru
Sebagai mana dalam penjelasan pada bab sebelumnya bahwa guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsi seorang guru secara profesional yang pantas menjadi figur atau teladan bagi pesrta didiknya. Maka seorang guru harus memiliki kesiapan dan sikap baik di dalam maupun luar kelas.
Selain itu seorang guru juga memiliki penilaian yang positif dihadapan masyarakat, maka selain memiliki kesiapan dan sikap di depan Murid juga harus bisa menjadi tauladan dalam lingkungan masyarakat.
Dalam dunia profesionalisme, seorang guru harus memiliki keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) secara khusus yang diperleh dari lembaga akademis yang intensif. Guru adalah bagian dari sebuah profesi itu menunjukan bahwa guru merupakan pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran.
Guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki banyak pengalaman pada bidangnya. Adapun ciri-ciri guru profesional antara lain :
a.       Menuntukkt adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
b.      Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
c.       Menuntukkt adanya tingkat pendidikan yang memadai.
d.      Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
e.       Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Dengan pengembangan guru sebagai profesi diharapkan mampu
a.       Membentuk, membangun dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi ditengah masyarakat.
b.      Meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera.
c.       Meningkatkan mutu lulusan sesuai standar kompeten dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.

C.    Deskripsi Surat Luqman Ayat 17-19
1.    Pengertian dan isi surat Luqman Ayat 17-19.
Peranan dari berbagai pihak, khususnya dalam proses pembelajaran sering tumpang  tindih. Namun untuk kepentingan analisis dapat dilakukan perbedaan dan pemisahan. Salah satunya sebagaimana dalam kaitan maksud surat Luqman ayat 17-19 di bawah ini  :
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ ôÅÁø%$#ur Îû šÍô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ
Menurut ahli tafsir, hamba disini interaksi akan sangat terjadi antara pihak guru dengan murid, dan yang dimaksud dengan rakhmat disini adalah wayu dan kenabian.
2.    Kandungan nilai interaksi belajar dalam surat Luqman ayat 17-19
Kandungan dalam surat ini merupakan sebuah pendidian yang murni dengan sang Kholiq, Surat Luqman merupakan jenis surat Makiyyah, terdiri dari 34 ayat. Dinamai Luqman karena pada ayat ke 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi oleh Allah ni’mat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu, dia bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan itu dan pada ayat 13-19  terdapat nasihat Luqman kepada anaknya. Ini merupakan sebuah isyarat dari Allah supaya setiap Ibu / bapak melaksanakan pula kepada anak-anaknya sebagaimana luqman.[27]
Jadi maksud judul di atas memuat adanya kwalitas interaksi antara guru dan murid sebagaimana yang terkandung dalam surat luqman ayat 17-19 antara lain adalah :
a.       Adanya hubungan tatap muka antara guru dan murid.
b.      Adanya proses pembelajaran yang langsung
c.       Adanya kesanggupan dan kesabaran.
d.      Siap memahami hal-hal yang rahasia.
e.       Selalu tunduk dan tekun.
Sesungguhnya guru dan murid mampu terbangun untuk mengetahui semua perkara yang tampak dan yang tidak tampak.  Pada kalimat "يبنىّ أ قم الصلوة"  artinya hai anakku dirikanlah sholat, yakni kerjakanlah sholat dengan sempurna sesuai dengan cara yang diriloi sebab dalam sholat itu terkandung ridlo Tuhan selain itu juga berarti orang yang mengerjakan sholat adalah orang mengharap dan tunduk kepada-Nya. Hikmah lain yang terkandung adalah pencegahan dari perbuatan keji dan munkar. Maka apabila seseorang menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri kepada tuhannya baik dalam keadaan suka maupun duka.
Sesudah luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menyenangkan dirinya demi memenuhi hak Allah yang dibebankan kepada dirinya lalu Luqman memerintahkan kepada anaknya supaya menyempurnakan pula kepada orang lain.
Hal itu difirmankan oleh Allah dengan kalimat "وأ مر بالمعـروف" yang maksudnya adalah memerintahkan kepada orang lain (sikap Ikhsan) untuk berbuat Kema’rufan supaya jiwanya menjadi suci demi mencapai keberuntukkngan dengan catatan harus menerapkan kesabaran.
Wasiat ini dimulai dengan perintah mendirikan sholat, kemudian diakhiri dengan perintah untuk kesabaran sebab kedua perkara tersebut media pokok untuk dapat meraih ridlo Allah.
Konsep ini jika diterapkan pada dunia pendidikan maka akan menghasilkan disiplin akademi antara guru dengan murid yang kemudian dari murid berpengaruh pada lingkungan (orang lain) dalam artian lain bahwa norma pendidikan pada sekolah membumi pada budaya masyarakat umum.
3.    Perintah Luqman kepada Anaknya
Luqman mewasiati anaknya dengan berbagai macam hal kemudian Ia mengingatkan kepada anaknya akan hal-hal lain seperi dalam firman Allah yang berbunyi "ولاتصعّر خدّك للنّــاس ولاتمش فى الارض مرحا" yang artinya “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”. Dari pemaknaan kalimat tersebut ada dua perintah yang bersifat keikhsanan yaitu :
a.       Pada kalimat "ولاتصعّر خدّك للنّــاس"
Pada kalimat tersebut yang memliki makna “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)”dapat kita terapkan bahwa dalam interaksi guru dan murid tidak diperbolehkan saling memalingkan muka baik dalam kelas maupun luar.
Bagi guru terhadap murid tidak diperbolehkan untuk bersikap pilih kasih sebab hal ini akan memunculkan kecemburuan antar siswa. Sedangkan bagi siswa untuk selalu menghargai guru sebab guru adalah sebagai sosok yang digugu dan ditiru.
b.      Pada kalimat "ولاتمش فى الارض مرحا"
Sama halnya dengan perintuh luqman pada pembahasan diatas, pada kalimat ini juga terkandung pesan keikhsanan yaitu perintah larangan yang berbunyi “janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”.
Kata “angkuh” dalam pemaknaan sering bermaksud negatif. Dari firman Allah tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia tidak diperkenankan bersikap angkuh dalam hidupnya. Orang angkuh sama halnya dengan menyombongkan diri, tindakan kekejaman dan suka berbuat dzalim kepada orang lain sebab bagian dari orang angkara murka.
Sedangkan perintah yang dianjurkan adalah berjalan dengan sikap sederhana sesungguhnya cara yang demikiann mencerminkan rasa rendah diri sehingga pelakunya akan sampai pada tingkat kebaikan.

















Daftar Pustaka

M. Dian Nafi’ dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2007),
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1995),
 Ferdrick J. Mc. Donald, Education Psychology, (Tokyo : Overses Publication, LTD, 1954)
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Rosda Karya, 1995),
Zainudin, dkk, Beluk-beluk pendidikan dari al-Ghomali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991),
Ahmad Tafsir, Metoologi pengajaran Agama Islam. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003),
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 86
DepDikNas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SD dan MI, (Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003)
Abdul Rahman Shaleh, PendIdikan Agama dan Pembangunan Bangsa, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),
Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz 3, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992),
Zuhairini, Metodik Khusus Penidikan Agama, (Malang : IAIN Sunan Ampel, 1983)
Armai Arif, Pengantar dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004),
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 75
Achmadi,  Ideologi  Pendidikan  Islam, Paradigma Humanisme Teoritis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),
A. Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam 1 (aqidah), (Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1995),  
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996),
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, cet. I (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2005),
Tim Media Informasi Penelitian Pengembagan dan Iptek, Kepetuhan dalam Proses Belajar, WWW. Litbang.Patikab,go.id, 11 Mei 2005




[1] M. Dian Nafi’ dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2007), hal. 35-36
[2] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal.25
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1995), hal.10 
[4] Ferdrick J. Mc. Donald, Education Psychology, (Tokyo : Overses Publication, LTD, 1954), hal. 54
[5] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Rosda Karya, 1995), hal. 10
[6] Zainudin, dkk, Beluk-beluk pendidikan dari al-Ghomali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hal. 96
[7] Ahmad Tafsir, Metoologi pengajaran Agama Islam. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hal 135
[8] Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 86
[9] DepDikNas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SD dan MI, (Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), hal. 7
[10]. Abdul Rahman Shaleh, PendIdikan Agama dan Pembangunan Bangsa, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 8
[11] Op. Cit , Al-Qur’an dan ...., hal. 421
[12]  Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz 3, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992), hal 500
[13] Zuhairini, Metodik Khusus Penidikan Agama, (Malang : IAIN Sunan Ampel, 1983) hal. 25



[14]  Armai Arif, Pengantar dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal 15
[15] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 135


[16] Ibid., hal. 162
[17] Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 75
[18] Achmadi,  Ideologi  Pendidikan  Islam, Paradigma Humanisme Teoritis, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal. 28-29
[19] A. Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam 1 (aqidah), (Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1995), hal. 23
[20] Ibid
[21] Op. Cit , Al-Qur’an dan ...., hal. 654 - 655
[22] M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), hal.104
[23] Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, cet. I (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2005), Hal. 27
[24] Op.Cit,  Pendidikan Agama Islam Berbasis ..., hal. 135
[25] Op.Cit,  Interaksi & Motifasi ...,  hal. 90-93
[26] . Tim Media Informasi Penelitian Pengembagan dan Iptek, Kepetuhan dalam Proses Belajar, WWW. Litbang.Patikab,go.id, 11 Mei 2005
[27] Op.Cit, Al-Qur’an dan ...., hal. 653

No comments: