Thursday 27 September 2012

MODERNITAS NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT LUQMAN AYAT 17-19 TAFSIR JALALAIN KARYA JALALUDIN MUHAMMAD BIN MAKHALI WA JALALUDIN ABDURRAHMAN BIN ABI BAKAR SYAYUTHI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dalam dunia pendidikan pada hakikatnya untuk mengantarkan keberhasilan proses pembelajaran, di mana  keberadaan peserta didik dan pendidik merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru / pendidik merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik pada jalur pendidikan formal maupun informal. Dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri.
Filosofis sosial dalam budaya pendidikan di Indonesia telah menempatkan fungsi dan peranan guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah diposisikan mempunyai peranan ganda bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mentransformasikan nilai-nilai pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik, bahkan tidak jarang para guru dijadikan sebagai orang tua kedua setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.
Dalam konteks budaya Jawa, kata guru sering dikonotasikan sebagai kepanjangan dari kata “digugu lan ditiru” (menjadi panutan utama).[1] Begitu pula dalam khsanah bahasa Indonesia, kata guru dijelaskan dalam sebuah pribahasa bahwa “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan memposisikan diri secara professional sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.[2]  
Guru memiliki posisi yang mulia dan sekaligus beban Psikologis tersendiri. Saat ini setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia antara lain adalah :
1.      Masalah kualitas / mutu guru
2.      Guru yang dirasakan masih kurang
3.      Masalah distribusi dan kesejahteraan guru.[3]
Guru menjadi sebuah panutan atau idola bagi masyarakat, guru sebagai sosok yang digugu oleh masyarakat haruslah bisa dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan segala ungkapannya, sedangkan sebagai sosok yang ditiru maka haruslah bertingkah laku yang dapat sebagai contoh baik sehingga keduanya itu dapat menjadi tauladan bagi masyarakat.
Sosok guru dihadapan murid adalah orang tua bahkan dalam masyarakat  memiliki kewibawaan tersendiri sehingga predikat guru tidak bisa dilepaskan dari peran sentralnya sebagai pembimbing murid ke arah pencerahan hidup.[4]
Dengan memahami dinamika perkembangan dunia pembelajaaran di tanah air sangatlah perlu adanya penyesuaian pembelajaran secara radikal, dimana setelah gejolak kolonialisme Belanda di Indonesia  semakin banyak melahirkan tokoh pendidik Muslim dan organisasi yang membawai misi keislaman.[5]
Perubahan kearah penegakan Islam sesuai perintah al-Quran dan as-Sunah yang telah dipertahankan pemuka-pemuka Islam sejak masuknya ajaran Islam ke Indonesia harus diakui tidak sebagaimana idealisai yang diharapkan. Munculnya apresiasi gerakan pembaharuan hingga yang tetap mencoba yang tetap mempertahankan dengan segala konsekwensi dari unsur kepentingan yang telah banyak memberikan inspirasi tentang nilai-nilai dalam gerakan Islam di Indonesia pada praktik-praktik pembelajaran yang dianggap kurang tepat sasaran selaras dengan keberhasilan pembelajaran dan ada yang dianggap menyimpang dalam pelaksanaan ajaran Islam bisa lebih diminimalisir.[6]
Untuk dapat memberikan nuansa dan identitas keislaman dalam ranah pendidikan Islam, maka suatu keniscayaan setiap pendidik dan peserta didik muslim harus memiliki keunggulan-keunggulan yang perlu ditampakan khususnya dalam konsep perilaku kesopanan tindakan terpuji, menjadi teladan yang dapat memberi manfaat pada berbagai tempat dan suasana keberagaman serta suasana yang penuh dengan solidaritas dan sikap keyakinan bahwa ajaran Islamlah yang paling lengkap dan perlu dibuktikan ditengah peradaban global.
Jika siswa sudah terbiasa hidup dengan norma-norma agama yang baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat pastinya norma tersebut sudah bisa dijiwai oleh seorang anak. Peranan dari berbagai pihak khususnya dalam proses pembelajaran sering tumpang tindih, namun untuk kepentingan analisis dapat dilakukan perbedaan dan pemisahan. Salah satunya dapat kita ketahui dalam tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19 yang berbunyi:
( يا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما أصابك ) بسبب الأمر والنهي ( إن ذلك ) المذكور ( من عزم الأمور ) أي معزوماتها التي يعزم عليها لوجوبها.( ولا تصعر ) وفي قراءة تصاعر ( خدك للناس ) لا تمل وجهك عنهم تكبرا ( ولا تمش في الأرض مرحا ) أي خيلاء ( إن الله لا يحب كل مختال ) متبختر في مشيه ( فخور ) على الناس. ( واقصد في مشيك ) توسط فيه بين الدبيب والإسراع وعليك السكينة والوقار ( واغضض ) اخفض ( من صوتك إن أنكر الأصوات ) أقبحها ( لصوت الحمير ) أوله زفير وآخره شهيق. [7]
Relevansi dari ketiga ayat di atas adalah memerintahkan bagi umat manusia untuk :
1.      Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2.      Larangan  untuk sombong dan angkuh terhadap sesama
3.      Bersifat sederhana dalam berbuat dan berucap.
Dalam pengembangan dan perwujudan potensi-potensi disetiap sifat individu dalam artian humanis (insaniyah) pada dunia pendidikan yang berasal dari norma Illahiyyah seperti yang tersebut di atas, maka penulis mencoba mengupas untuk dijadikan sebuah karya ilmiah berupa tesis dengan judul “Konsep Interaksi Guru dan Murid dalam tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19


B.     Definisi Oprasional
Untuk menghindari kesalah pahaman tentang judul ini, maka penulis perlu memberikan pemaknaan yang terkandung dalam judul sebagai berikut:
1.      Konsep
Konsep adalah Rancanagan (rencana) tertulis perumusan sementara mengenai suatu undang-undang peraturan penetapan.[8]
Sedangkan yang penulis maksud adalah segala rancangan yang tersurat dalam sebuah pembahasan atau kesepakatan untuk dijadikan sebagai sebuah pedoman.
2.      Interaksi Guru dan Murid
Interaksi adalah hubungan yang disengaja, konsep atau ide umum, rancangan dasar yang telah dikeluarkan oleh individu-individu yang berkompeten / hal yang saling mempengaruhi.[9]
Guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsi seorang guru secara profesional yang pantas menjadi figur atau teladan bagi pesrta didiknya.[10]
Murid adalah individu atau kelompok yang mendapat bimbingan dan pasokan pengetahuan dari seorang guru.
Jadi maksud dari interaksi guru dan murid adalah hubungan yang disengaja oleh sosok pendidik dan yang dididik.
3.      Tafsir Jalalain Surat Lukman Ayat 17 -19
Tafsir Jalalain Surat Lukman Ayat 17 – 19 adalah tafsiran surat dalam al-Qur’an  yang dalam penulisan ini dijadikan sebagai kajian utama dalam membahas masalah interaksi guru dan murid.
Jadi maksud dari judul diatas adalah segala rancangan yang tersurat dalam sebuah pembahasan atau kesepakatan untuk dijadikan sebagai sebuah pedoman dalam hubungan yang disengaja oleh sosok pendidik dan yang dididik dilihat dari sudut pandang Tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19.

C.    Rumusan Masalah 
Sesuai definisi operasional diatas, penulis merumuskan masalah dengan sebuah pertanyaan sebagai berikut : Bagamana konsep Interaksi antara guru dan murid menurut tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19 ?.

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui konsep interaksi antara guru dan murid atau pendidik dalan tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19.
2.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a.       Memberikan tambahan informasi pemikiran dalam pendidikan untuk pemahaman tentang konsep pendidikan dalam Islam.
b.      Sebagai langkah pengumpulan berbagai ide, pemikiran dan konsep tentang pendidikan sesuai dengan kandungan surat Lukman ayat 17-19.
c.       Menambah bahan pustaka bagi UNU Surakarta berupa hasil penelitian dibidang pendidikan terutama dalam bidang pembelajaran agama Islam yang qur’ani.

E.     Tinjauan Pustaka 
Interaksi guru dan murid merupakan  suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam dunia pendidikan. Jika salah satu ditiadakan maka tidak akan ada kegiatan yang dapat menghidupkan dunia pendidikan.
Selain karya ilmiah ini ada beberapa buku yang membahas keberadaan guru dan murid akan tetapi beda dalam penetuan konsep. Setidaknya penulis menemukan beberapa literatur yang terkait dengan hal ini untuk dijadikan pembanding, diantaranya adalah :
1.      Guru dalam proses belajar mengajar karya Muhammad Ali.
Dalam buku ini mengindikasikan bahwa dalam proses belajar mengajar perlu adanya optimalisasi guru selaku pendidik.
2.      Filsafat Pendidikan Islam Karya Ahmad Tafsir
Dalam buku ini adanya anjuran untuk memahami secara utuh konsep pendidikan Islam sesuai ajaran Islam.
3.      Moral dan Kognisi Islam Karya Muslimin Nurdin dkk
Dalam buku ini, terdapat prinsip aktualisasi ajaran Islam yang menyangkut masalah Insaniyah, Nubuwiyyah dan Illahiyyah sebagai pembeda antara manusia dengan hewan, akan tetapi prinsip tersebut membutuhkan proses yang matang unntuk mencapai perkembangan mental maupun spiritual. 
4.      Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar karya Sardiman A.M
Dalam buku ini dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagi pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai pihak pokoknya tanpa harus meninggalkan komponen-komponen pendukung dalam proses edukasi.



F.     Sistematika Penulisan Tesis
Sistematika penulisan tesis pada tesis ini dapat disebut sebagai permasalahan pertama yang harus dipecahkan atau dibahas dari awal hingga akhir pembahasan.
Sistematika pembahasan sebelum masuk pada bab pertama akan dilengkapi dengan bagian yang meliputi halaman judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, lembar abstraksi, daftar isi.
Bab I        Pendahuluan terdiri atas : Latar belakang masalah, Definisi Oprasional, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan Tesis.
Bab II      Bab ini adalah Landasan teori yang terdiri dari : Pendidikan Islam, Pengertian, Ruang Lingkup, tujuan serta prinsip dan sub bab ini meliputi pengertian Interaksi guru dan murid serta pengertian interaksi dalam surat tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19, azbabun nuzul dan nilai-nilai pendidikan Islam.
Bab III     Membahas masalah Jenis dan Pendekatan Penelitian, Waktu Penelitian, Sujek Penelitian, Objek Penelitian, Tekhnik Pengumpulan Data dan Tekhnik Analisis Data.
Bab IV     Mencakup tentang analisis terhadap interaksi guru dan murid dalam pendidikan Islam, tentang etika profesi pendidik dilihat dari prsepektif tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19, kemudian dianalisis dengan pendekatan, pemaparan dan analisis.  
Bab V       Penutup meliputi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Bagian akhir berisi daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup. 




DAFTAR PUSTAKA

Alex. MA, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ALFA, TT), hal. 204
Bisri Afandi, Pembaharuan dan Pemurnian Islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Alkautsar, 1999)
Muhammad Zamroni, Belajar di Alam Bebas, Edukasi, 2004, Vol II, nomor 2
Moh. Roqib, Kepribadian Guru Cet II, (Yogyakarta : STAIN Purwokerto Press, 2011)
Samsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam,  (Yogyakarta : PT Graham Ilmu, 2000)
Sardiman A. M, Interaksi & Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2001)
Samana, Profesionalisme Guru, (Yogyakarta : PT Duta Wacana, 2000)

جلال الدين محمد بن أحمد المحلي وجلال الدين عبدالرحمن بن أبي بكر السيوطي, تفسير الجلالين, دار الحديث - القاهرة




[1] Samsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam,  (Yogyakarta : PT Graham Ilmu, 2000),  hal. 3  
[2] Sardiman A. M, Interaksi & Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2001), hal. 123
[3] Samana, Profesionalisme Guru, (Yogyakarta : PT Duta Wacana, 2000), hal. 3
[4] Muhammad Zamroni, Belajar di Alam Bebas, Edukasi, 2004, Vol II, nomor 2
[5] Bisri Afandi, Pembaharuan dan Pemurnian Islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Alkautsar, 1999), hal. 2
[6]  Ibid, hal. 2
[7] . جلال الدين محمد بن أحمد المحلي وجلال الدين عبدالرحمن بن أبي بكر السيوطي, تفسير الجلالين, دار الحديث - القاهرة
[8] Alex. MA, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ALFA, TT), hal. 204
[9] Ibid, hal. 174
[10] Moh. Roqib, Kepribadian Guru Cet II, (Yogyakarta : STAIN Purwokerto Press, 2011), hal. 23

Niat jama’ taqdim dengan qoshor dan Niat jama’ takhir dengan qoshor


--(Niat jama’ taqdim dan qoshor)--

أُصَليِ فَرْضَ الْظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تعالى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOD DHUHRI RIKNGATAENI MAJMU’AN BIL ‘NGASRI JAM’A TAKDIMI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).


أُصَليِ فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْظُّهْرِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOD NGASRI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL DHUHRI JAM’A TAKDIMI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ  رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL MAGHRIBI SALAASA ROKAATIM MAJMU’AN BIL ISAI JAM’A TAKDIMI [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْمَغْرِبِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL ISAI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL MAGHRIBI JAM’A TAKDIMI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).
--(Niat jama’ takhir dan qoshor)--
أُصَليِ فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْظُّهْرِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL NGASRI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL DHUHRI JAM’A TA’HIRI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَأْخِيْرِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOD DHUHRI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL ‘NGASRI JAM’A TA’HIRI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْمَغْرِبِ جَمْعَ تَأْخِيْرِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL ISAI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL MAGHRIBI JAM’A TA’HIRI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ  رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL MAGHRIBI SALAASA ROKAATIM MAJMU’AN BIL ISAI JAM’A TA’HIRI [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).
--(UCAPAN SALAM KETIKA DI MAKAM WALI ALLAH)--
أَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَاوَلِيَّ اللَّهِ..... صَاحِبَ الْكَرَامَةِ جِئْنَاكَ زَائِرِيْنَ وَعَلَي مَقَامِكَ وَاقِفِيْن

BAHASA ARAB dan METODE PEMBELAJARANNYA


BAB I

A.    PENDAHULUAN
Metode pembelajaran Bahasa Arab telah mendapatkan perhatian dari para ahli pembelajaran Bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan peneitian untuk mengetahui efektifitas dan kesuksekan berbagai metode pembelajaran. Yaitu bahwa metode menjadi hal yang sangat penting dalam studi Bahasa Asing termasuk didalamnya adalah belajar Bahasa Arab. Kesuksesan belajar ini sangat barkaitan dengan berbagai faktor yang mendukungnya yaitu faktor antara siswa dengan guru, karena hal ini adalah metode atau cara yang dipakai dalam pembelajaran untuk mempermudah seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan kebahasaan, tetapi ada kalanya juga seseorang mendapatkan kesulitan jika dalam belajarnya tidak sesuai dengan karakteristik metodenya atau tidak tepat sasaran. Oleh karena itu metode yang tepat dalam belajar sebaiknya melihat konsep dari sebuah metode belajar Bahasa Arabnya.   
Bahasa Arab sebagaimana kita ketahui merupakan bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Semit yang maju, dimana bahasa arab juga sebagai bahasa Al-Qur’an.[1] Selain itu kosa kata dalam bahasa Indonesia juga banyak yang menyerap dari bahasa Arab.
Bahasa Arab dapat didefinisikan sebagai berikut:
اللغة هي الوسيلة العظمى لضم صفوف الامة الواحدة. وجمع كلمة افردها, كما أنّها أداة للتعبير عمّا يفكّر المرأ. والة لعرض ما ينتجه العقل, وهي وسيلة التفاهم بين إفراد الجما عة الوا حدة (على رضا, المرجع فى اللغة العرا بية فى نحوها وصرفها,V)

Dari penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran bahasa Arab adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya (dalam hal ini adalah bahasa Arab) sehingga terjadi perubahan perilaku siswa dimana mereka dapat memahami, mengerti, dan menguasai keterampilan bahasa Arab yang meliputi menulis, membaca, mendengarkan, berbicara dengan baik dan benar.

B.     PEMBAHASAN
1.  Pengertian Metode Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan loeh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2)
 Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar mengajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. ( Nana Sudjana, 2008: 29 ).
Dalam buku Crucial issues in education karangan Ehlers dan Lee mengatakan bahwa:
Good theaching will have to aspect. It will include the communication of positive knowledge and accepted principles a long with an analysis of the line of reasoning, or wherever appropriate, the repetition, or at least the description of the experiments by wich the conclusions were reached. The other aspect discussion of diverse view on issues stiil unstelled ( Ehlers and lee, 1963 :27 ).
“Mengajar yang baik meliputi dua aspek, yaitu terciptanya komunikasi atau memberikan suatu ilmu pengetahuan yang positif dan diterimanya sebuah analisis sebagai dasar pemikiran atau merupakan sedikit gambaran dari suatu percobaan (penelitian) yang mana kesimpulannya dapat dijangkau. Aspek yang lain adalah mendiskusikan macam-macam pendapat atau pendengaran dalam suatu hal yang belum pasti kebenarannya.
  Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan, gurulah yang menciptakan nya guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Kegiatan belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuannya tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya ( Saryatna Rafi’i, 1985:52)
Perlu diketahui bahwa proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan siswa
Sebelum membicarakan pengertian metode pembelajaran, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian tentang bidang studi bahasa arab.
Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, persaaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknulogi dan budaya
Area utama dari pembelajaran Bahasa Arab meliputi: empat aspek, yaitu Menyimakm berbicara, membaca dan menulis. Ke empat aspek tersebut saling brhubungan, misalnya, ketrampilan mendengarkan memberikan kontribusi terhadap perkembangan berbicara, kedua kemampuan tersebut diperkuat oleh kemampuan membaca, semantara ketrampilan menulis memberikan kontribusi pada ketrampilan membaca daam bentuk teks atau dokumentasi
 Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode  mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar semuanya menggunakan metode. Karena metode merupakan suatu alat untuk menyajikan bahan atau materi pelajaran dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. (Abdul Hamid, 2008:3). Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat metode adalah suatu cara kerja yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan (1995 : 1).
Sedangkan pembelajaran sendiri merupakan suatu upaya yang disengaja dan direncanakan sedemikian rupa oleh pihak guru, sehingga memungkinkan terciptanya suasana dan aktivitas belajar yang kondusif bagi para siswanya.
Proses pembelajaran adalah dua rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendidik yang hal ini disebut mengajar disusul oleh kegiatan yang disebut belajar yang berlangsung pada waktu yang telah ditentukan guna mencapai tujuan tertentu. ( M. Uzer Usman, 1992:4)
 Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang sistematis dalam menyampaikan materi kepada siswa guna mencapai tujuan yang diinginkan, dengan melihat definisi tersebut diatas, maka tujuan metode pembelajaran adalah :
a.   Memberi jalan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang ditempuh oleh guru dan siswa.
b.  Memberi gambaran rencana secara meyeluruh dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara sistematis
c.   Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
Melihat dari definisi dan tujuan metode pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan pula metode ialah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk meyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Karena itu setelah guru memikirkan bahan pelajaran, maka hendaklah ia memikirkan cara penyampaian bahan tersebut dalam pikiran siswa. Guru harus memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun bahan itu, dan menjadikan susunanan bahan mata pelajaran itu sebagai mata rantai sambung menyambung. (Abu Bakar Muhammad, 1981 : 8).
Metode titik tolaknya terletak pada cara atau jalan yang akan ditempuh dalam penyajian pelajaran atau materi pelajaran tertentu sehingga mudah diterima dan diserap oleh anak didik. Sebagai suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran sehingga dapat diterima, dipahami dan dikuasai oleh anak didik.mempelajari metode saja belumlah menjamin seorang guru akan berhasil dengan baik dalam tugasnya. Karena metode adalah baru satu komponen atau satu faktor saja dalam pendidikan, dimana faktor tujuan, faktor situasi murid dan kepribadian guru juga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pengajaran. Mempelajari metode pengajaran jelas merupakan suatu keharusan mutlak bagi seorang guru, dimana guru harus memiliki pengetahuan dan penguasaan materi/teori yang matang. (Tayar Yusuf, 1995 : 2).
Dalam menggunakan metode yang tepat, diharapkan setidak-tidaknya dapat menghasilkan efektifitas pengajaran, dimana guru dituntut untuk berkreatifitas melakukan apa saja yang membuat siswa belajar, yang dalam hal ini guru tidak perlu menggunakan intimidasi, menakut-nakuti, penggunaan hukuman fisik, atau bentuk hukuman lainnya yang biasanya tidak disukai oleh siswa atau kebanyakan orang.
Dengan metode pembelajaran yang digunakan dapatlah memudahkan siswa belajar sesuatu yang berguna dan bermanfaat, bagaimana memadukan antara isi dan nilai yang terkandung dalam pembelajaran, dan belajar diharapkan dapat membentu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.
2.  Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Metode Pengajaran
Dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar merupakan proses belajar yang kompleks sifatnya. Hal ini disebabkan banyaknya unsur yang berpengaruh dalam kegiatan tersebut. Disamping faktor siswa, guru merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar, demikian juga dengan tujuan dan kondisi atau situasi yang terlibat langsung dalam terjadinya proses belajar mengajar. Seorang guru harus memiliki pandangan yang luas mengenai substansi yang berhubungan dengan pengajarannya, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama karena persiapan merupakan cermin, yang dengannya dapat melihat sejauh mana kemampuan guru, kepintaranya memilih bahan pelajaran dan kemahirannya mendidik serta meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang membrikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar. Disamping itu guru juga harus tepat memilih bahan pengajaran.
Untuk mempertinggi suatu metode tertentu, penerapan suatu metode kedalam setiap situasi pengajaran haruslah mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai kemungkinan-kemungkinan, kalau tidak mau maka bukan saja berakibat proses belajar pengajaran  menjadi terhambat, tetapi dapat juga berakibat lebih jauh, yaitu tidak tercapainya tujuan pengajaran sebagaimana yang telah diterapkan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode pengajaran adalah sebagai berikut :
1)      Tujuan yang hendak dicapai
2)      Kemampuan guru
3)      Anak didik
4)      Situasi dan kondisi pengajaran
5)      Fasilitas yang tersedia
6)      Waktu yang tersedia
7)      Kebaikan dan kekurangan suatu metode. (Tayar Yusuf, 1995 : 7)
Untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan faktor-faktor tersebut diatas sebagai berikut :
a.       Tujuan Yang Hendak Dicapai
Dalam pemilihan metode, guru hendaklah mampu melihat tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, dan membawa anak didik ke dalam situasi pemilihan metode yang dianggap paling cocok atau tepat dan serasi untuk diterapkan. Dengan demikian, maka tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing mata pelajaran itu haruslah menjadi perhatian utama bagi seorang guru dalam menetapkan metode apa yang akan dipakai dalam mengajar.
b.      Kemampuan Guru
Efektif tidaknya suatu metode juga sangat dipengaruhi pada kemampuan guru memahami metode tersebut, disamping kepribadian guru memang cukup dominan pengaruhnya. Dengan demikian faktor penguasaan metode seorang guru juga hal yang perlu diperhatikan.

c.       Anak Didik
Guru dihadapan dengan siswa yang memiliki potensi dan fitrah yang memberi kemungkinan dan sekaligus harapan untuk berkembang dengan baik kearah pribadi yang sempurna.
Fitrah setiap individu anak didik, telah diberikan oleh Allah swt, berupa keimanan dan tauhid. Akan tetapi iman dan tauhid itu dapat saja berubah kearah kekufuran manakala tidak disiram dan dipupuk dengan pendidikan dan bimbingan kejalan yang menuju kearah keimanan dan islam.
Hal ini sejalan dengan sabda Rosulallah yang diriwayatkan Bukhori Muslim yang berbunyi :
ﻤﺎ ﻤﻥ ﻤﻭﻠﻭﺩ ﺇﻻ ﻴﻭﻠﺩﻋﻠﻰﺍﻠﻔﻁﺭﺓ‚ ﻭﺇﻨﻤﺎﺍ ﺒﻭﺍﻩ ﻴﻬﻭﺩﺍﻨﻪ ﺍﻭﻴﻨﺼﺭﺍﻨﻪ
 ﺍﻭﻴﻤﺠﺴﺎﻨﻪ ﴿ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭﻤﺴﻠﻡ
Artinya: “Tiadalah manusia itu lahir kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi. (H.R. Bukhori-Muslim)
d.      Situasi Dan Kondisi Pengajaran Dimana Berlangsung
Situasi dan kondisi saat berlangsungnya pengajran hendaknya diperhatikan dan dipertimbangkan didalam pemilihan metode pengajaran, baik kondisi fisik gedung, keadaan guru dan siswa didalam kelas, adakah ia dekat kebisingan, ataukah mungkin dalam keadaan lelah sehabis olah raga. Untuk itu perlu dipilihkan metode yang dianggap tepat, jika pengajaran ingin berhasil secara optimal.
e.       Fasilitas Yang Tersedia
Tersedianya sarana dan prasarana atau media pengajaran, misalnya gedung sekolah, buku-buku bacaan, alat latihan praktikum, alat peraga serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat menentukan terhadap efektif tidaknya suatu metode. Sehingga seyogyanya seorang guru yang baik, harus menyiapkan alat peraga atau media pengajaran pada setiap kali akan mengajar.
f.        Waktu Yang Tersedia
Dalam menggunakan metode tertentu, hal yang juga harus diperhatikan adalah waktu. Sebab dalam menyampaikan materi pelajaran, metode harus disesuaikan agar tepat waktu untuk materi pelajaran yang lain, biasanya waktu pelajaran telah ditentukan atau ditetapkan oleh silabus/ kurikulum. Kemudian guru mempertimbangkan waktu pengajaran yang telah disediakan tersebut dengan pemilihan metode pengajaran yang pas.
g.      Kebaikan Dan Kekurangan Suatu Metode
Sudah barang tentu suatu metode memiliki kelebihan dan kekurangan . akan tetapi kekurangan suatu metode tertentu dapat dilengkapi oleh keunggulan atau kelebihan dalam suatu metode yang lain. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, diharapkan seorang guru dapat memilih metode yang tepat atau dapat memadukan kelebihan0kelebihan dari masing-masing metode, sehingga dapat mencapai tujuan pengajaran.
3.      Macam-Macam Metode Pembelajaran
Agar siswa dapat menguasai bahasa arab dengan baik, seorang guru perlu menguasai bermacam-macam metode pengajaran bahasa arab. Kita mengenal banyak sekali macam metode pengajaran, dari sekian banyak metode yang dipakai atau ditetapkan dalam pengajaran, biasanya seorang guru dalam menetapkan metode tersebut memperhatikan minat siswa agar dapat tercurah pada pelajaran
Berkaitan dengan metode pembelajaran Bahasa Arab Mulyanto Sumardi (1974 : 32-34) dalam bukunya yang berjudul “Pengajaran Bahasa Asing”  mengemukakan beberapa metode yang bisa dan biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Arab. Metode-metode tersebut diantaranya adalah:
a.      Direct Method “Metode Langsung”
Metode ini disebut metode langsung karena selama pelajaran guru berlangsung menggunakan bahasa asing yang diajarkan, sedang bahasa murid tidak digunakan. (Mulyanto Sumardi, 1974 : 32)
Jadi dengan metode ini, guru dalam mengajar langsung menggunakan bahasa asing melalui percakapan, diskusi dan membaca bahan yang dipelajari. Sedangkan untuk menjelaskan suatu arti kata atau kalimat digunakan alat peraga.
b.      Natural Method “ Metode Alami
Metode ini disebut metode alami, karena dalam proses belajar mengajar murid dibawa ke alam seperti hanya kalian mempelajari bahasa ibu. (Mulyanto Sumardi, 1974 : 33)
Jadi dengan metode ini, yang dipentingkan ialah asosiasi analisa dengan didasari prinsip bahwa dalam mempelajari bahasa ibunya dan mengerti makna yang diajarkan melalui informasi.
c.       Phoenetik Methode “Metode Fonetik”
Metode ini disebut metode fonetik, karena dengan metode ini materi peljaran ditulis dalam notasi fonetik, bukan ejaan seperti aslinya. (Mulyanto Sumardi, 1974 : 34)
Dalam metode ini, pelajaran dimulai dengan latihan mendengarkan atau ear training, kemudian latihan mengucapkan bunyi-bunyi, kata-kata, kalimat pendek. Selanjutnya kalimat tersebut kemudian menjadi ucapan dalam percakapan.
d.      Grammer Method “ Metode Tata Bahasa
Ciri metode ini adalah penghapalan aturn-atuaran gramatika/rule of grammer dan sejumlah kata-kata tertentu. ( Mulyanto Sumardi, 1974 : 34)
e.       Translation Method “ Metode Terjemah”
Metode ini menitik beratkan kepada kegiatan yang berupa menterjemahkan bacaan-bacaan, mula-mula dari bahasa asing kebahasa ibu, kemudian sebaliknya. ( Mulyanto Sumardi, 1974 : 34)
Jadi dalam metode ini yang ditekankan adalah kemampuan menerjemah dari bahasa asing kebahasa ibu dan sebaliknya.
f.       Mim-Mem Method “Metode Meniru Dan Menghafal
Mim-mem adalah singkatan dari mimiery atau meniru dan memorization atau menghafal, metode ini sering dikenal dengan informen drill method. (Mulyanto Sumardi, 1974 : 34)
Jadi metode ini didunakan oleh guru dengan jelas membacakan teks bahasa arab (materi pelajaran) dan kemudian ditirukan oleh siswa beberapa kali untuk dihafal atau menurut metode ini metode menghafal berupa demonstrasi dan drill menggunakan kosa kata dengan menirukan guru selaku drill master.

C.   KESIMPULAN
       Dari penjelasan yang penulis paparkan diatas, dapat simpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang sistematis dalam menyampaikan materi kepada siswa guna mencapai tujuan yang diinginkan, Memberi jalan untuk mencapai suatu tujuan pengajaran yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam belajar bahasa arab.
a.      Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Metode Pengajaran
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode pengajaran adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan yang hendak dicapai
2.      Kemampuan guru
3.      Anak didik
4.      Situasi dan kondisi pengajaran
5.      Fasilitas yang tersedia
6.      Waktu yang tersedia
7.      Kebaikan dan kekurangan suatu metode
b.     Macam-Macam Metode Pembelajaran Dalam Bahasa Arab
Metode pengajaran bahasa arab yang dapat digunakan menurut mulyanto sumardi ada 6, yaitu :
1. Direct Method
2. Natural Method
3. Phoenetik Method
4. Grammer Method
5. Translation Method
6. Mim-Mem Method.

























DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, dkk.
2008, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press

Abu Bakar Muhamad,
1981, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha Nasional.

Ali Ridho,
ttt  المرجع فى اللغة العرا بية فى نحوها وصرفهاBeirut : Darul Fiqri Jus Awal

Ahmad Fuad Effendy,
2005, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat.

Chatibul Umam,
1980, Aspek-Aspek Fundamental Dalam Mempelajari Bahasa Arab, Bandung: PT Al-Ma’arif

Ehlers and Lee,
1963, Crucial issues in education, united states America : Holt Rinehart and winston

Mulyanto Sumardi,
1974, Pengajaran Bahasa Asing (Sebuah Tinjauan Dari Segi Metodologis) Jakarta: Bulan Bintang

Nana Sudjana,
1989, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru

Radliyah Zaenudin,
2005, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group

Slameto,
2003, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya Jakarta : Rineka Cipta

Suja’i,
2008, Inovasi pembelajaran Bahasa Arab, Semarang : Walisongo Press

Suryatna Rafi’I,
1985, Teknik Evaluasi, Bandung : Angkasa

Tayar Yusuf Dan Syaiful Anwar,
1995, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta :Bumi Aksara
METODE  PEMBELAJARAN BAHASA ARAB







[1] Chotibul Umam, Aspek-Aspek Fundamental Dalam Mempelajari Bahasa Arab, Bandung: PT Al-Ma’arif),hlm: 9