Struktur Makalah
|
Indikator
|
Nilai
|
Sangat sesuai = 4
Sesuai = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
|
||
Daftar Halaman
|
Tatanan Rinci dan Sesuai
|
4
|
BAB I
Pendahuluan
|
Latar belakang
|
4
|
Rumusan masalah
|
4
|
|
Tujuan penulisan.
|
4
|
|
BAB II
Isi
|
Ketepatan pemilihan
gambar
|
4
|
Orisinalitas makalah
|
4
|
|
Deskripsi
|
4
|
|
Struktur/logika penulisan
disusun dengan jelas sesuai metode yang dipakai
|
4
|
|
Bahasa yang digunakan
sesuai EYD dan komunikatif
|
4
|
|
Daftar pustaka yang dapat
dipertanggungjawabkan (Ilmiah)
|
4
|
|
Menghindari sumber (akun)
yang belum dikaji secara ilmiah
|
4
|
|
BAB III
Penutup
|
Kesimpulan sesuai dengan
rumusan masalah
|
4
|
Saran relevan dengan
kajian, dan berisi pesan untuk peningkatan kepedulian / moral
|
4
|
|
Rata-Rata = Jumlah Nilai
/ Jumlah Indikator
|
4
|
|
Nilai Akhir = (Jumlah /
4) X 100
|
100
|
[“And remember Our slaves, Ibrahim (Abraham), Ishaque (Isaac), and Ya’qub (Jacob), (All) owners of strength (in worshipping Us) and (also) of religious understanding”.]
Friday, 8 May 2015
Penilaian Makalah
Thursday, 7 May 2015
PERJALANAN KURIKULUM PENDIDIKAN di INDONESIA
Kurikulum
yang memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan telah mengalami perubahan (khususnya di Indonesia),
yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013 dan pasca 2013 Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
di masyarakat sebagai bentuk persiapan SDM untuk kebutuhan masa yang akan datang.
Perjalanan Kurikulum Pendidikan di Indonesia dari era 1947 - saat ini (07 Mei 2015) yaitu :
1.
KURIKULUM
RENCANA PELAJARAN (1947-1968)
a.
Rencana
pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer
plan yang artinya rencana pelajaran. Kurikulum ini lebih bersifat politis
dimana terdapat perubahan orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950 karena Leer Plan 1947 baru mulai digunakan pada tahun 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 memberikan keutamaan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
b.
Rencana
Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran dengan merinci silabus
setiap mata pelajaran.
c.
Kurikulum Rentjana
Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali
ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964
yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan, dan jasmani.
d.
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama. Beberapa mata
pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial. Beberapa mata pelajaran,
seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering disebut Sains
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rentjana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
2.
KURIKULUM
BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)
a.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito,
Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pada
Kurikulum 1975 guru dibuat sibuk dengan berbagai catatan kegiatan belajar
mengajar.
b.
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini
juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
3.
KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI DAN KTSP (2004/2006)
a.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi yang harus dicapai siswa.
Kurikulum ini cenderung Sentralisme Pendidikan, Kurikulum disusun oleh Tim
Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan. Kurikulum yang tidak
disahkan oleh keputusan/Peraturan Mentri Pendidikan ini mengalami banyak
perubahan dibandingkan Kurikulum sebelumnya baik dari orientasi, teori-teori
pembelajaran pendukungnya bahkan jumlah jam pelajaran dan durasi tiap jam
pelajarannya.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah baru menguji cobakan KBK di sejumlah
sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa saja.
Hasilnya kurang memuaskan. Maka sebagian pakar pendidikan menganggap bahwa pada
tahun 2004 tidak terjadi perubahan kurikulum, yang ada adalah Uji Coba
Kurikulum di sebagian sekolah yang disebut dengan KBK untuk kemudian
disempurnakan pada tahu 2006.
b.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol pada Kurikulum ini adalah lebih
konstruktif sehingga guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan
(SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran
untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem
penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi
dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
4.
KURIKULUM 2013
Seperti kita ketahui
bersama, menginjak tahun ajaran 2013-2014, Kurikulum tahun 2013 telah disahkan
dan sudah dilaksanakan bagi seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Kurikulum
baru ini sejak diwacanakan sampai dengan disahkan banyak mendapat kritik dari
masyarakat, terutama yang terlibat langsung dengan dunia pendidikan seperti
para pakar pendidikan, dosen, guru maupun pengamat pendidikan. Kurikulum sendiri
memiliki pengertian seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU
nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005).
Meneteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. M. Nuh, menyampaikan bahwa Tujuan
Kurikulm tahun 2013 lebih mengutamakan pada pembentukan karakter dibandingkan
dengan kompetensi peserta didik, ini berbeda sekali dengan KTSP yang tujuan
akhirnya lebih mengutamakan pada kompetensi peserta didik. Didalam Kurikulum
2013, pembentukan kepribadian peserta didik menjadi perhatian penuh, semua
termaksud dalam kompetensi inti (KI) yang dirumuskan menjadi 4 bagian
yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual, (2) kompetensi inti sikap sosial,
(3) kompetensi inti pengetahuan, (4) kompetensi inti keterampilan.
Kurikulum 2013 ini
5.
Subscribe to:
Posts (Atom)