Kata Kunci :
#Sumpah_Pemuda #Budaya #Global
#SALAM_SATU_JIWA
!!!, Membaca dan menganalisis atau lebih tepatnya “iqra’a” ((اقراء = “membaca fakta-fakta” dari task ikrar sumpah pemuda :“bertoempah
darah jang satoe, tanah Indonesia; berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia; mendjoendjoeng
bahasa persatoean, bahasa Indonesia;, jangan dibatasi oleh “dimensi” apapun
sebab perlu adanya keselarasan terhadap perkembangan pemikiran, hajat hidup
masyarakat maupun program suci INDONESIA yang lahir dari kebutuhan
masyarakatnya secara universal. Momentum Sumpah Pemuda (28 Oktober)
sebagai kajian humanisme untuk peradaban, baik dalam skala mikro
maupun makro oleh Pemuda Indonesia maupun pemilik jiwa muda tanpa adanya
noda yang bersifat cola-cala / ngayawara sebab hal-hal tersebut
tidak untuk berhenti atau puncak tertingginya ceremonial saja.
#Mengingat
kembali bahwa Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik yang mana pada tanggal 28
oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini
merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun berada di bawah
“ketiak” kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang
kemudia mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad melalui
gerakan, strategi dan konsep demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang
Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia
hingga berhasil mencapai kemerdekaannya pada 17 tahun kemudian. Lebih tegasnya,
sumpah pemuda sebagai sebuah kontrak politik Orang Indonesia Asli kepada
dirinya untuk bersatu dan merdeka dengan membawa khasanah perbedaan yang
melekat pada dirinya. Lalu bagai mana dengan sekarang ?.
#Zaman_globalisasi
tentu berbeda dengan zaman kolonialis maupun zaman 1928 pada saat putusan
kongres sumpah pemuda. Statmen yang cocok menurut penulis adalah “kacang tidak
boleh lupa pada kulitnya”, maksudnya pada tatanan apapun kita / pemuda berada, tidak
bisa meninggalkan kontrak politik kepada dirinya akan kemerdekaan yang harus
dibuktikan, pencapaikan harkat dan martabat yang tinggi tentunya harus bisa
mengindahkan kontrak politiknya untuk bersaing dalam era global. Tanah air
Indonesia, Bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia, dengan segala khasanah yang
menjadi ruh pemersatu bukan sekedar pengakuan lisan ataupun pencitraan bangsa
dan dirinya saja sehingga berujung pada konsep yang bersifat ghoib. Dalam era
globalisasi yang jembar ini, pemuda harus mampu dan memiliki kemauan
untuk mensinergikan nilai-nilai yang terkandung dalam putusan konggres
tersebut kedalam produk pemikiran dan budaya global sehingga kontrak politik
terhadap diri dan bangsanya tidak usang dimakan zaman. Salah satu nilai yang
paling keton mata adalah nilai yang ber sifat kebudayaan. Indonesia
sebagai Negara yang secara fitroh memiliki kemerdekaan tidak bisa
dipungkiri bahwa didalamnya memiliki unsur kebudayaan orisinil hasil imajinasi
dan kebutuhan masyarakatnya. Bersaing untuk membangun kebudayaan positif pada
panggung globalisasi yang jembar sebagai bentuk pengembangan semangat 28
Oktober 1928 dengan memperhatikan nilai Agama, hukum dan perkembangan kebutuhan
manusia harus diekspresikan tanpa tedeng aling-aling. Kebudayaan bangsa
Indonesia yang dari masa ke masa senantiasa diajarkan oleh tokoh Indonesia atau
mulanya Nusantara kepada masyarakat bangsanya, salah satunya adalah budaya menjadi sosok pemimpin dunia /
wali / Khalifah Fil al-Ard melalui proses mengayomi, mangku dan menjawab
kebutuhan kemerdekaan masyarakat dunia sehingga segala khasanah yang telah
dikaruniakan kepada pemuda Indonesia sebagai aset Bangsa tidak hanya dibatasi
oleh luasnya tempurung.
#Bersinergi
dengan kebudayaan global merupakan satu prinsip tinggi yang harus tertanam
dengan jiwa percaya diri sebagai sebuah bangsa yang memiliki peradaban unggul sehingga
teori kepemimpinan, kebudayaan dan segala keanekaragaman masa lalu senantiasa
hidup ditengah masyarakat global dan menjadi kiblat kebijakan-kebijakan
pemimpin masyarakat universal. Indonesia dari peradaban Nusantara hingga
peradaban Bangsa Mega Politan berlimpah warisan ide kepemimpinan yang dapat
menjadi spirit untuk unjuk secara global melalui multi kreatifitas tanpa
melepas nilai luhur dalam poetoesan congres pemoeda-pemoeda Indonesia, sehingga
dalam produk global yang serba ada, pemuda Indonesia menjadi bagian yang
dinanti bukan menanti kreatifitas yang akan muncul.
#tunjukan_bahwa_kita_masih_memiliki_gigi_yang_kuat_dan_kita_juga_masih_memiliki_martabat