Wednesday, 21 May 2014

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KISAH NABI IBRAHIM AS DAN NABI ISMAIL AS (Studi Komparatif antara Kitab Tafsir al-Ibris dan Kitab Tafsir al-Jalalain) (BAB 1)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal atau diakui oleh masyarakat.[1] Maka dari itu pendidkan harus menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.[2] Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membekali kehidupannya sekaligus sebagai pembeda dengan makhluk yang lain. Tanggung jawab manusia dalam kehidupannya menyankup dua unsur yaitu sosial atau sering disebut dengan hablum minan an-naas dan ibadah atau hablum minal Allah. Dari kedua hal tersebut yang berkaitan erat dengan manusia tentunya ada tata cara atau norma yang harus dimilikinya supaya tidak bertentangan dengan dimensi yang sedang dijalaninya, maka dari itu pendidikan bagi manusia merupakan unsur yang sangat berpegaruh dalam menentukan tingkah lakunya sekaligus sebagai pengelola hasrat manusiawi.
Pendidikan kita dihadapkan pada sejumlah problem yang bersifat makro dan mikro. Pada tataran makro, setidaknya ada dua permasalahan mendasar, yaitu orientasi filosofis dan arah kebijakan. Secara tersurat, tujuan pendidikan nasional kita sungguh sangat ideal karena menjangkau semua dimensi kemanusiaan kita (religiusitas, etis, fisik, keilmuan, dan  life skill), tetapi terjadi  gap antara cita-cita dengan upaya dan instrumen untuk mencapai cita-cita tersebut.
Implementasi pendidikan kita sering lebih menciptakakan manusia yang bertipe mekanistik daripada humanistik. Berbagai kebijakan juga seringkali mengebiri dan sengaja mengerdilkan pendidikan. Pada tataran mikro, kita dihadapkan pada kesenjangan kualitas yang sangat jauh antar lembaga pendidikan dalam hal in put siswa, ketersediaan sarana, SDM, lingkungan, dan lain-lain.
Pengaruh pendidikan ini nantinya berimbas terhadap kepribadian atau karakter seseorang karena muatan dari pendidikan yang dialami atau terpakai. Karakter itu sendiri merupakan suatu ciri khusus daripada seseorang terutama wataknya, sehingga ia berbeda dengan orang lain.[3] Secara tegasnya, ketika setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter.
Agama Islam dalam dunia pendidikannya memperkenalkan konsep karakter terutama dalam kehidupan yang dialami oleh para Rasul dan atau Nabi nya.  Dari etos Nabi dan Rasul tersebutlah kemudian menjadi sebuah contoh untuk para kengikutnya dalam menjalani kehidupan yang hakiki karena religiusitas, etis, fisik, keilmuan dan  Life Skill yang didapat melalui sejarah kehidupan Nabi.
Kisah Nabi dalam sejarah Islam seperti Nabi Ibrahim AS dengan anaknya yang bernama Ismail dapat dijadikan sebagai sebuah bukti bahwa dalam kehidupan yang dilaluinya sarat dengan pendidikan karakter. Karakter-karakter yang tersirat juga mencakup dua hal pokok yaitu sebagai makhluk sosial dan juga sebagai sosok hamba Allah. Simbol-simbol akidah dan ketauhidan, ibadah dan tadzkiyatun Nufus, dan akhlak al karimah yang dimuatnya dapat menjadi sebuah referensi dalam menata kehidupan sosial dan agama pada tatanan kehidupan umat berikutnya. Banyak nilai yang menjadi perilaku/karakter dalam kehidupan manusia dapat diidentifikasikan dalam tiga nilai yaitu :
1.      Nilai yang terkait dengan diri sendiri
2.      Nilai yang terkait dengan makhluk / orang lain
3.      Nilai yang terkait dengan Ketuhanan.[4]
Bukti pengorbanan dalam perjalanan hidup keduanya bukan sekedar pengorbanan yang bersifat sementara. Nabi Ibrahim AS dalam mimpinya, Ketika Nabi Ismail as mencapai usia remaja, Nabi ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail.  Dan mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara Allah menurunkan wahyunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS. Mengetahui perintah itu, ibrahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut.[5]
Nabi Ibrahim AS sebagai seorang ayah yang baru saja dikaruniai seorang putera setelah puluhan tahun diharapkan dan didamnbakan, serta saat itu ia sedang penuh kebahagiaan bersama puteranya yang diharapkan bisa menjadi pewaris dan menyambung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri. Pengorbanan semacam ini sangatlah berat, namun hal tersebut harus disadari untuk dipatuhi karena merupakan sebuah wahyu yang tidak bisa ditolak. Karakter semacam ini merupakan sepuah kedisiplinan diri yang sangat tinggi. Ketika sang Khaliq yang menitipkan amanah berupa anak namun masih sangat disayangi oleh hambanya harus diambil.
Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam sudah sangat paham dengan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. Jika karakter tersebut dijalankannya maka mental “patuh, disiplin dan rela berbuat” akan menciptakan karakter postif dilingkungan masyarakat pada umumnya. Kisah semacam itu sangat dibutuhkan dikalangan masyarakat muslim di Indonesia setelah konsep pendidikan karakter mendapatkan posisi khusus dikalangan masyarakat pendidikan di Indonesia.
Untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, penulis mencoba memadukan kitab tafsir al-Ibris dan kitab tafsir Al-Jalalain dalam menelaah muatan pendidikan karakter yang tersirat maupun tersurat dalam bahasannya. Kedua tafsir tersebut merupakan kitab tafsir al-Qur’an yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan pesantren maupun akademis Islam. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk mengambil judul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah Nabi Ibrahim As Dan Ismail As (Studi Komparatif Antara Kitab Tafsir Al-Ibris dan Kitab Tafsir Al-Jalalain)”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang penyusun sampaikan untuk mempermudah proses penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pada kitab Tafsir al-Ibris ?
2.      Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pada kitab Tafsir al-Jalalain ?
3.      Apa persamaan dan perbedaan antara nilai-nilai pendidikan karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pada kitab Tafsir al-Ibris dan kitab Tafsir al-Jalalain ?

C.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pada kitab Tafsir al-Ibris.
2.    Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pada kitab Tafsir al-Jalalain.
3.    Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pada kitab Tafsir al-Ibris dan kitab Tafsir al-Jalalain.
D.    Kegunaan Penelitian
Keguanaan penelitian ini dimaksudkan untuk :
1.      Memahami nilai-nilai pendidikan karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi  Ismail AS.
2.      Memberi sumbangan pendidikan tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam kitab Tafsir al-Ibris dan kitab Tafsir al-Jalalain.
3.      Memberikan kontribusi pendidikan melalui nilai-nilai pendidikan karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam kitab Tafsir al-Ibris dan kitab Tafsir al-Jalalain.

E.     Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Apabila ditinjau dari tempatnya, jenis penelitian ini merupakan penelitian Kepustakaan (library research). Penelitian pustaka adalah penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, artikel dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.[6]
Untuk menunjang studi kepustakaan, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Mencari Buku-buku di perpustakaan yang ada kaitannya dengan penulisan.
b.      Mencari penyesuaian dengan data yang umum atau data yang khusus dari literatur buku-buku sebagai misal pegangan sistematis, karangan khusus dan lain sebagainya.
2.      Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori yaitu :
a.       Sumber Primer
Sumber primer meruakan sumber pokok yang dijadikan penggalian data yang bersifat langsung dari subyek yang diteliti. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu :
1.    Kitab Tafsir al-Ibris karya Bisyri Musthofa
2.    Kitab Tafsir al-Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

b.      Sumber  Skunder
Sumber skunder data yang berperan sebagai pelengkap terhadap sumber data pertama (primer) dan berfungsi membantu ketajaman analisis peneliti terhadap sebuah data. Sumber ini terdiri atas karya atau buku yang berkaitan
1.      Qishosul Anbiya’ Karya Imam al-Hafidz Ngimaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin Katsir al-Quraisy ad-Damasqy.
2.      Qishosul Anbiya’ Karya Thoha Mahsun.
3.      Al-Qur’an dan Terjemahannya Karya Tim Departemen Agama.
4.      Tafsir al-Munir Karya Syeh Nawawi al-Jawwi.
5.      Tafsir al-Misbah karya M. Qurais  Shihab.
6.      Terjemahan Tafsir Ruhul Bayan oleh Ismail Haqqi al-Buruswi
7.      Al-Qur’an dan Filsafat Karya M. Yusuf Musa.
8.      Pendidikan karakter Karya Darman Kesuma
9.      Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter karya Saptono
10.  Sikap Manusia (teori dan Pengukurannya) karya Saifuddin Azwar

3.      Metode Pengumpulan Data
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai cara untuk mencari teori-teori, konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang bersumber pada buku/kitab, Paper/Jurnal/Makalah, Surat Kabar/Internet. Data-data tersebut kemudian dilakukan klarifikasi untuk selanjutnya dilakukan analisis data.
Adapun data yang akan penulis kumpulkan meliputi :
a.       Data yang mengenai nilai-nilai pendidikan Karakter
b.      Data mengenai proses pembinaan karakter oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
c.       Data mengenai biografi pengarang kitab al-Ibris
d.      Data mengenai biografi pengarang kitab al-Jalalain

4.      Metode Analisis Data
Dalam menelaah konsep atau gagasan, penulis menggunakan analisis dengan tekhnik content analysis yaitu tekhnik analisis yang digunakan atau diperlukan mendeskripkan secara obyektif, sistematis, dan menyeluruh tentang sebuah teks. content analysis atau kajian ini juga memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang benar dari sebuah buku atau dokumen.[7] Dengan metode analisis ini, hanya sampai pada pengumpulan data tetapi meliputi analisis dan interprestasi. Metode ini digunakan untuk menganalisis tentang Istinbath penafsir dalam menafsiri ayat.
Langkah-langkah dalam content analysis terdiri atas :[8]
a.    Merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan semua tindakan berdasarkan tujuan.
b.    Memilih unit analisis yang dikaji.
c.    Menggunakan kata dan kalimat yang relevan.
d.   Melakukan kualifikasi terhadap yang telah dilakukan dengan melihat sejauh mana satuan makna berhubungan.
e.    Menganalisis satuan makna dan kategori kemudian mencari hubungan satu dengan yang lainnya untuk menemukan arti dan isi tujuan komunikasi tersebut.
f.     Mendeskripsikan hasil analisis.

F.     Sistematika Penulisan Tesis
Guna memudahkan dalam melakukan pembahasan, sangat penting dibuat kerangka sistematika penulisan yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menyusun penelitian agar sistematis dan terencana dengan baik. Adapun sistematika penelitian ini meliputi :
BAB  I      PENDAHULUAN
Adapun uraian dalam pendahuluan ini menjelaskan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Tesis.           

BAB II     NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN KARAKTER.
Pada Bab Dua ini membahas masalah tentang Nilai-Nilai Pendidikan dan Karakter secara umum, yang terdiri atas : Karaktrer Nafsiyyah, Karaktrer Insaniyyah dan Karaktrer Illahiyyah.

BAB III   BIOGRAFI PENGARANG KITAB
Diuraikan tentang :
Kitab Tafsir al-Ibris yang terdiri dari Riwayat Hidup Pengarang Kitab Tafsir al-Ibris, Latar Belakang Pendidikan Pengarang Kitab Tafsir al-Ibris,  Karya-karya Pengarang Kitab Tafsir al-Ibris dan Karir Pengarang Kitab Tafsir al-Ibris.
Kitab Tafsir al-Jalalain yaitu : Jalaluddin  al-Mahalli yang terdiri dari Riwayat Hidup Jalaluddin al-Mahalli, Latar Belakang Pendidikan Jalaluddin  al-Mahalli,  Karya-karya Jalaluddin  al-Mahalli, Karir Jalaluddin  al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi yang terdiri dari  Riwayat Hidup Jalaluddin as-Suyuthi, Latar Belakang Pendidikan Jalaluddin as-Suyuthi, Karya-karya Jalaluddin as-Suyuthi, Karir Jalaluddin as-Suyuthi.

BAB IV   ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN KARAKTER DALAM KISAH NABI IBRAHIM AS DAN NABI ISMAIL AS.
Pada Bab empat ini membahas tentang : Analisis Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam kitab Tafsir al-Ibris, Analisis nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam kitab Tafsir al-Jalalain, Analisis tentang persamaan dan perbedaan antara Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi  Ismail AS pada kitab Tafsir al-Ibris dan kitab Tafsir al-Jalalain.

BAB  V    PENUTUP
Kesimpulan
Saran-saran
Kata  Penutup.

Kemudian bagian akhir penulis lampirkan Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Hidup dan Lampiran-lampiran




[1] Tim Redaksi FOKUSMEDIA, “HIMPUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG GURU DAN DOSEN”,  (Bandung : FOKUSMEDIA, 2006), hal 94.
[2] Haryanto, “Pengertian Pendidikan Menurut Ahli”, http ://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.htmlhal. 1
[3] Alex. MA, Kamus Ilmiah Populer,  (Surabaya : ALFA, TT), hal. 188

[4] Darma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teoritis dan Praktis di Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosyda Karya, 2012), Cet III, hal 12. 
[5] Zaid Husein Alhamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, (Jakarta : PUSTAKA AMANI, 2011), hal 31-40.
[6]. Sutrisno Hadi,  Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1986), hal 3.
[7]. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2009), hal. 220
[8]. Asmadi Alsa, Pendekatan Kuanttatif & Kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian, Cet II (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), Hal 109

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KISAH NABI IBRAHIM AS DAN NABI ISMAIL AS (Studi Komparatif antara Kitab Tafsir al-Ibris dan Kitab Tafsir al-Jalalain) (ABSTRAK)


ABSTRAK
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KISAH
NABI IBRAHIM AS DAN NABI ISMAIL AS
(Studi Komparatif antara Kitab Tafsir al-Ibris dan Kitab Tafsir al-Jalalain)
Oleh    : Ahmad Mukhlasin

Kata Kunci : Nilai, Karakter dan Kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS


Perjalanan hidup seorang Nabi tiada lain adalah untuk dicontoh atau ditauladani oleh umatnya dalam kehidupan. Ibrahim dan Ismail sebagai seorang Nabi dan Rasul dalam perjalanan hidupnya memiliki tiga peranan penting yang harus dipikul sehingga amalan-amalan yang menjadi kebiasaan (karakter) tersebut dapat menjadi alat bagaimana peran kita terhadap diri kita sendiri supaya senantiasa selamat atau mungking menang secara individual, kemudian dalam kehidupan sosial seperti apa kita harus memposisikan diri sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang sudah jelas-jelas tidak memiliki kesamaan ide atau amalan secara total akan tetapi keberadaan seorang Nabi atau tokoh tersebut tidak menjadi ancaman besar terhadap strata sosial yang ada. Sedangkan Tanggung jawab ke tiga adalah tanggung jawab sebagai seorang hamba dihadapan Tuhannya. Maka dari tiga hal pokok tersebut perlu dipadukan.
Ibrahim dan Ismail melalui karakter Nafsiyyah yang dijadikan media supaya perilaku seseorang yang kaitannya dengan diri sendiri diterapkannya untuk menjadi pribadi yang Jujur, Kerja Keras, Sabar dan Tanggung Jawab. Karakter ini dimaksudkan untuk menjaga, melindungi maupun menghormati diri supaya berkepribadian mulia.
Metode  Insaniyyah kaitannya sebagai individu sosial sebagai bagian dari masyarakat umum yang memilii segala keanekaragaman,  Ibrahim dan Ismail sebagai sosok tokoh di dalam masyarakat dari lingkungan yang dihuninya. Beliau menerapkan sifat yang menjadi kebiasaan melalui cara Tolong Menolong, Toleransi, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Bersabar dan peduli. Dari penerpan karakter tersebut pada diri manusia secara individu berarti secra sadar akan mengantarkannya pada posisi intrapersonal dan Interpersona.
Ilaahiyyah dengan maksud sebagai media komunikasi antara manusia dengan Tuhannya ini merupakan etika (tatakrama) supaya ikhtiar dalam hal penjagaan terhadap diri sendiri dan menghargai atau berperan langsung dengan lingkungan mendapat ridlo dari sang Tuhan. Ibrahim dan Ismail sebagai salah satu hamba yang memiliki tangung jawab khusus dibanding yang lain, melalui etika Iman, Ikhlas, Ihsan maupun Takwa yang dijadikan kebiasaan tersebut tidak dilupakan apalagi ditinggalkan melainkan sebagai alat untuk mendapat kemudahan, kejelasan maupun kehusuan terhadap segala kebenaran Tuhannya.



ABSTRACT
VALUES CHARACTER EDUCATION IN A STORY
PROPHET IBRAHIM AS AND ISMAIL AS
 (Comparative Study between the Book of Tafsir al - Ibris and the Book of Tafsir al - Jalalain)
By       : Ahmad Mukhlasin


The journey of life is a prophet no other is to be emulated or ditauladani by his people in life. Ibrahim and Ismail as a Prophet and Messenger in the course of his life has three important roles that must be endured so that deeds-deeds that becomes a habit (character) can be a tool how our role to ourselves that it might not always be safe or win individually, then in social life like what we have to position ourselves as part of a group of people who are obviously not have the same idea or practice in total but the presence of a prophet or a character is not a major threat to the existing social strata. While the third is the responsibility of the responsibility as a servant before his Lord. So of the three main things that need to be integrated.
Ibrahim and Ismail Nafsiyyah character through the media that made ​​the behavior of someone who is related to self- implementation to be personally honest, Hard Work, Patience and Responsibility. The character is meant to preserve, protect and respect themselves so noble personality.
Insaniyyah method as individual social relation as a part of the general public who memilii all diversity, Ibrahim and Ismail as being leaders in the community from which occupies environment. He implemented the custom properties through Help Helping way, Tolerance, Amar Ma'ruf Nahi Munkar, patient and caring. Of Applied characters in human beings means the individual will deliver the perpetually conscious intrapersonal and Interpersona position.
Ilaahiyyah with intent as a medium of communication between man and God is ethics ( manners ) in order to endeavor in terms of preservation of self and respect for the environment or contribute directly received from the Lord 's bless. Ibrahim and Ismail as one of the servants who have special responsibilities than others, through Faith ethics, Ikhlas, Ihsan and piety which made ​​it a habit not forgotten let alone abandoned but rather as a tool to get ease, clarity and kehusuan the Lord of all truth.