BAB III
BIOGRAFI
PENGARANG KITAB
A. Kitab Tafsir
al-Ibris
Tafsir al-Ibris jika ditinjau dari keluasan penafsiran ayat, maka
terkategori ijmali, karena penafsiran ayat-ayat Alqurannya
dituturkan secara global saja, tidak secara mendalam dan panjang lebar sehingga
mudah dipahami. Ditinjau dari
segi sasaran dan tertib penafsiran ayat Dari
aspek ini, tafsir al-Ibris tergolong bermetode tahlili, karena penafsiran
ayatnya dilakukan secara keseluruhan mulai dari ayat dan suratnya sesuai urutan
mushaf, mulai al-Fatihah hingga an-Nas. Adapun berkenaan dengan pengarang kitab Tafsir
al-Ibris adalah :
1. Riwayat Hidup Pengarang Kitab Tafsir
al-Ibris
Bisri Musthofa merupakan satu diantara sedikit ulama Islam
Indonesia yang memiliki karya besar. Beliaulah sang pengarang kitab tafsir al-Ibris li Ma’rifah Tafsir al-Qur’an al-‘Aziz. Kitab tafsir ini selesai beliau tulis pada tahun 1960 dengan
jumlah halaman setebal 2270 yang terbagi ke dalam tiga jilid besar. Beliau dilahirkan di kampung Sawahan, Rembang, Jawa Tengah pada tahun 1915,[1] dengan nama asli Mashadi (yang kemudian diganti menjadi Bisri
Musthofa setelah menunaikan ibadah haji). Bisri Musthofa merupakan putra
pertama dari pasangan H. Zainal Mushthofa dengan isteri keduanya bernama Hj.
Chotijah.[2]
Pada usia yang kedua puluh, Bisri Musthofa dinikahkan oleh gurunya
yakni Kiai Cholil dari Kasingan (tetangga Pesawahan) dengan seorang gadis
bernama Ma’rufah yang tidak lain adalah putri Kiai Cholil sendiri. Dari
pernikahannya ini, Bisri Musthofa dikaruniai delapan orang anak, yakni Cholil,
Musthofa, Adieb, Faridah, Najihah, Labib, Nihayah dan Atikah. Dua orang putra
yakni Cholil (KH. Cholil Bisri) dan Musthofa (KH. Musthofa Bisri) mungkin yang
paling familiar dikenal masyarakat sebagai penerus kepemimpinan Pondok
Pesantren.
2. Latar Belakang Pendidikan Pengarang Kitab
Tafsir al-Ibris
Bisri Musthofa lahir dalam lingkungan pesantren, karena memang
ayahnya seorang Kiai. Sejak umur tujuh tahun, beliau belajar di sekolah “Angka
Loro” di Rembang. Di sekolah ini, beliau hanya bertahan satu tahun, karena
ketika hampir naik kelas dua beliau diajak orang tuanya untuk menunaikan ibadah
haji ke tanah suci dan di sana pula (pelabuhan Jeddah) Ayahnya meninggal dunia.[3] Sepulang dari Makkah, Bisri Musthofa sekolah di Hollan Indische
School (HIS) di Rembang. Tak lama kemudian, ia dipaksa keluar oleh Kiai Cholil
dengan alasan sekolah tersebut milik Belanda. Akhirnya, beliau kembali ke sekolah “Angka Loro”nya yang dulu. Ia belajar di Angka
Loro hingga mendapatkan sertifikat dengan masa pendidikan empat tahun.
Pada usia 10 tahun, KH. Bisri Musthofa melanjtukan pendidikannya ke
pesantren Kajen, Rembang. Selanjutnya pada 1930, belajar di Pesantren Kasingan
pimpinan Kiai Cholil. Setahun setelah dinikahkan oleh Kiai Cholil dengan
putrinya, Bisri Musthofa berangkat lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji
bersama-sama dengan beberapa anggota keluarga dari Rembang. Namun seusai haji,
KH. Bisri Musthofa tidak pulang ke tanah air, melainkan memilih bermukim di
Mekah dengan tujuan menunutut ilmu di sana. Di
Mekah, beliau belajar dari satu ke guru lain secara langsung dan privat.
Tercatat beliau pernah belajar kepada Syeikh Baqil, asal Yogyakarta, Syeikh
Umar Hamdan Al Maghriby, Syeikh Ali Malik, Sayid Amid, Syeikh Hasan Massath,
Sayid Alwi dan KH. Abdullah Muhaimin. Dua tahun lebih Bisri Musthofa menuntut
ilmu di Mekah. Bisri Musthofa pulang ke Kasingan tepatnya pada tahun 1938 atas
permintaan mertuanya.
3. Karya-karya Pengarang Kitab Tafsir al-Ibris
a.
Bidang Tafsir
Selain tafsir
Al Ibris, Bisri
Musthofa juga menyusun kitab Tafsir Surat Yasin. Tafsir ini bersifat sangat
singkat dapat digunakan para santri serta da’i di
pedesaan. Termasuk karya beliau
dalam bidang tafsir ini adalah al-Iksier yang berarti “ Pengantar Ilmu Tafsir”
ditulis sengaja untuk para santri yang sedang mempelajari ilmu tafsir.
b.
Hadist
Beberapa kitab
hadis yang beliau susun diantaranya :
-
Sullamul Afham, terdiri dari 4 jilid, berupa terjemah dan
penjelasan. Didalamnya memuat hadist-hadist hukum syara’ secara lengkap dengan
keterangan yang sederhana.
-
Al Azwad al Musthofawiyah,
berisi tafsiran Hadist Arba’in awawi untuk para santri pada tingkatan
Tsanawiyah
-
Al – Mandhomatul Baiquny,
berisi ilmu Musthalah al Hadist yang berbentuk nadham yang diberi nama
c.
Aqidah
Beberapa kitab aqidah yang beliau susun diantaranya :
-
Rawihatul Aqwam
-
Durarul Bayan
d.
Syari’ah
Beberapa kitab Syari’ah yang beliau susun diantaranya :
-
Sullamul Afham li Ma’rifati Al Adillatil Ahkam fi Bulughil Maram
-
Qawa’id Bahiyah, Tuntunan
Shalat dan Manasik Haji
-
Islam dan Shalat
e.
Ahlak / Tasawuf
Beberapa kitab
Ahlak / Tasawuf yang beliau susun diantaranya :
-
Washaya al-Abaa’ lil Abna
-
Syi’ir Ngudi Susilo
-
Mitra Sejati
-
Qashidah al-Ta’liqatul Mufidah (Syarah Qashidah al Munfarijah karya
Syeikh Yusuf al Tauziri dari Tunisia).
f.
Ilmu Bahasa Arab
Beberapa kitab
Ilmu Bahasa Arab yang beliau
susun diantaranya :
-
Jurumiyah
-
Nadham ‘Imrithi
-
Alfiah Ibn Malik
-
Nadham al Maqhsud
-
Syarah Jauhad Maknun
g.
Ilmu Mantiq / Logika
Kitab Ilmu
Mantiq / Logika yang beliau susun yaitu Tarjamah Sullamul Munawarraq,
memuat dasar-dasar berpikir yang sekarang dikenal dengan ilmu Mantiq dan
logika.
h.
Sejarah
Beberapa kitab sejarah yang beliau susun diantaranya :
-
An-Nibrasy
-
Tarikhul Anbiya
-
Tarikhul Awliya
4. Karir Pengarang Kitab Tafsir al-Ibris
Bisri Musthofa hidup dalam tiga zaman, yaitu zaman penjajahan,
zaman pemerintahan Soekarno, dan masa Orde Baru. Pada zaman penjajahan, ia
duduk sebagai ketua Nahdlatul Ulama dan ketua Hizbullah Cabang Rembang.
Kemudian, setelah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dibubarkan Jepang, ia
diangkat menjadi ketua Masyumi Cabang Rembang yang dibawah komando pusat oleh KH. Hasyim Asy’ari dan wakilnya Ki Bagus Hadikusumo.[5] Masa-masa menjelang kemerdekaan, Bisri Musthofa mendapat tugas
dari PETA (Pembela Tanah Air). Beliau juga pernah menjabat sebagai kepala
Kantor Urusan Agama dan ketua Pengadilan Agama Rembang. Menjelang kampanye
Pemilu 1955, jabatan tersebut ditinggalkan, dan mulai aktif di partai NU. Dalam
hal ini beliau menyatakan : "tenaga saya hanya untuk partai NU… dan di
samping itu menulis buku".[6]
B. Kitab Tafsir
al-Jalalain
Tafsir al-Jalalain (bahasa
Arab: تفسير الجلالين Tafsīr al-Jalālayn, arti
harfiah: "tafsir dua Jalal") adalah sebuah kitab tafsir al-Qur'an terkenal yang
dikarang oleh seorang yang memiliki kesamaan nama yaitu Jalaluddin,[7] sehingga
kitab tafsir tersebut disebut tafsir dua jalal. Kitab tafsir ini memiliki keunikan
dibandingkan tafsir-tafsir lainnya, terutama dalam menganalisis setiap kata dan
lafal yang diterangkan. Metode yang digunakan adalah tafsir bi al-ra'yi,
yakni menggunakan pola logika (ijtihad). Adapun kedua biografi pengarang
kitab tersebut yaitu :
1. Jalaluddin Al-Mahalli
a. Riwayat Hidup Jalaluddin Al-Mahalli
Jalal al-Din Muhammad ibn Ahmad al-Mahalli al-Shafi'i, beliau
lahir tahun 791- 864 H atau 1389-1459 M.[8] Dalam muqodimah kitab
ash-Showi, beliau diterangkan bahwa :
الإ مام جلال الدين المحلي : فهو العلامة محمد بن
احمد محمد بن ابراهيم احمد بن هاشم المحلي
المصري الشافعى. ولد بالقا هرة عام ۷۹۱ هــــ الموافق
لعام ۱۳٨۹ م , وتوفي في مستهل
عام ٨۶۴ هــــ الموافق لعام ۱۴۵۹ م, [9]
Beliau adalah sosok yang selalu tampil sederhana,
jauh dari gemerlap dunia meski ia juga seorang pedagang. Sejak kecil,
Al-Mahalli sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan. Berkat keuletannya dalam
menutut ilmu, ia banyak menguasai berbagai disiplin ilmu. Karena itu,
selain dikenal sebagai ahli tafsir, Al-Mahalli juga dikenal fakih (ahli
dalam bidang hukum Islam), ahli kalam (teologi), ahli usul fikih, ahli nahwu
(gramatika), dan menguasai mantik (logika).[10]
b. Latar Belakang Pendidikan Jalaluddin
Al-Mahalli
Mengenai
petualangan studinya bisa dibilang tidak begitu istimewa, beliau tidak melakukan petualangan studi lintas Negara layaknya para
ulama lainnya. Akan tetapi ia
lebih memilih berguru pada para ulama terkenal di negaranya, Al-Mahalli
belajar dan berguru kepada ulama yang masyhur pada masa itu. Di antaranya
adalah :[11]
-
Al-Badri Muhammad bin Al-Aqsari,
-
Burhan Al-Baijuri,
-
Ala’ Al-Bukhari
-
Al-Allamah Syamsuddin Al-Bisathi.
Namun, tidak sedikit pula dari ilmu-ilmu yang dikuasainya itu
dipelajari secara otodidak.
c. Karya-karya Jalaluddin Al-Mahalli
Al-Mahalli, disamping
aktif mengajar juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Hampir di
setiap bidang ilmu yang dikuasainya, ia menghasilkan sebuah karya tulis. Karya beliau selain Tafsir al- Jalalain
diantara yaitu :[12]
-
Syarh Jami' Al-Jawami (Tentang ushuluddin
dan usul fikih)
-
Syarh Al-Minhaj Ath-Thalibin, karya Imam Nawawi (Tentang fikih)
Kitab tersebut dipakai hampir
di seluruh pesantren di Indonesia. Ulama Syafi’i juga banyak mempelajari dan
menggunakan kitab ini sebagai rujukan.
d. Karir Jalaluddin Al-Mahalli
Setelah
menyelesaikan studinya di Alahzar, beliau diangkat
menjadi staf pengajar di al-mameternya untuk mengajar disiplin ilmu Fiqih, semenjak
itu pula ia lebih memilih menjalani hidup sebagai sosok sufi. Zuhud menjadi
cermin utama dalamp erjalanan hidup yang beliau jalani saat itu. Sehingga bila menelisik
kehidupannya yang serba kekurangan dalam pakaiyan, makanan, kendaraan dan
lainnya merupakan pemandangan yang biasa dalam kehidupannya. Seakan tak ada
sedikitpun kesukaan dalam dunia.
Etika sufisme
lain yang juga begitu melekat pada diri Al-Mahalli adalah Khumul, hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap karir duniawinya. Apa yang dilakukan sebagai langkah penyelamatan dirinya yang menjalani
kehidupan sufi agar tidak terjerumus popularitas dan ketenaran.[13] Dalam dunia pemerintahan pada saat itu, nama Al-Mahalli sudah
terkenal keberadaannya sangat diperhitungkan dalam kanca keilmuan Islam,
pemerintah dinasti Mamluk berkeinginan untuk mengangkatnya sebagai Al-Qodhi
Al-Akbar (Hakim Agung) di Mesir akan tetapi jabatan itu ditolak oleh sang
sufi tersebut.
2. Jalaluddin as-Suyuthi
a. Riwayat Hidup Jalaluddin As-Suyuthi
Jalaluddin as-Suyuthi gelar
lengkapnya Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin
Sabiquddin, Jalaluddin al-Misri as-Suyuthi asy-Syafi'i al-Asy'ari;
lahir 1445 (849H)-wafat 1505 (911H)) adalah seorang ulama dan cendekiawan
muslim yang hidup pada abad ke-5 di Kairo, Mesir.[14] Dalam
muqodimah kitab ash-Showi, beliau diterangkan bahwa :
الإ مام جلال الدين السيوتي : فهو
عبدالرحمن ابى بكر بن محمد بن سابق الدين
بن فخرالدين عثمان بن ناصر الدين بن محمد بن سيف الدين الخضيري الإمام جلال الدين,
الأسيوطي.[15]
Kepribadian Jalaluddin As-Suyuthi dengan berbagai
aspeknya, tanpa diragukan lagi. Beliau banyak memperdalam
ilmu-ilmu agama dan bahasa, mengarang buku-buku kesusastraan, juga menaruh
perhatian besar terhadap sejarah, politik dan sosial. Berbagai
pujian karena prestasi yang dimilikinya diantaranya dari Ibnu Ammar Al-Hambali dengan
perkataannya: “Beliau adalah sandaran peneliti yang cermat, juga mempunyai
banyak karangan yang unggul dan bermanfaat”, Asy-Syaukani juga pernah memuji
beliau dengan perkataannya: “Beliau adalah seorang imam besar dalam masalah
Al-Kitab dan As-Sunnah, yang mengetahui ilmu-ilmu ijtihad dengan sangat luas,
juga memiliki pengetahuan yang memisahkan diri dari pengetahuan ijlihad”, Asy-Syaukani berkata lagi tentang
As-Suyuthi: “Beliau terkenal menguasai semua disiplin ilmu (agama), melampaui
teman-temannya dan namanya terkenal di mana-mana dengan sebutan yang baik dan
beliau juga telah mengarang kitab-kitab yang, berguna”.[16]
b. Latar Belakang Pendidikan Jalaluddin
As-Suyuthi
As-Suyuthi
dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah menyebutkan
bahwa ia mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai
150 ijazah dari 150 orang guru. Diantara guru-gurunya tersebut, beliau berguru pada Al-Bulqini sampai wafatnya, juga belajar hadits pada
Syaikhul Islam Taqiyyudin al-Manaawi.
Jalaluddin As-Suyuthi selain pernah berguru pada Al-Bulqini sampai sang guru wafat, beliau
juga pernah belajar belajar kepada Jalaluddin Al-Mahalli samapai wafat yang
pada akhirnya melanjutkan penulisan karya tafsir yang sedang dilakukan oleh gurunya.
c. Karya-karya Jalaluddin As-Suyuthi
As-Suyuthi telah meninggalkan karya-karyanya begitu banyak dalam berbagai
disiplin ilmu, dikarenakan beliau rajin menulis buku pada usia mudanya. Dia
berkata : “Saya mulai menulis buku pada tahun 866 H.[17]
Karya-karyanya telah mencapai jumlah hingga enam ratus karya selain yang
dia perbaiki dan yang tercuci.[18] Diantara karya-karyanya yang terkenal, antara
lain :[19]
-
Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an, kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu
mempelajari al-Qur'an
-
Al-Asybah wa an-Nazhair,
dalam ilmu qawa'id fiqh
-
Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan
kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
-
Al-Asybah wa an-Nazhair,
dalam ilmu nahwu
-
Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
-
Al-Jami' al-Kabir
-
Al-Hawi lil Fatawa
-
Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
-
Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
-
Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
-
Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
d. Karir Jalaluddin As-Suyuthi.
Jalaluddin
as-Suyuthi sebagaimana sufi yang lain, disamping
ilmunya yang banyak, ia adalah seorang yang mulia, dermawan, shalih, tidak
pernah berambisi pada kekuasaan dan tidak pernah minta bantuan kepada
pemerintah atau raja-raja. Diriwayatkan bahwa Sultan al-Ghuri pernah mengirim
kepadanya seorang budak bersama uang seribu dinar, Tetapi ia menolak uang
seribu dinar tersebut dan menerima budak untuk dimerdekakannya dan dijadikan
sebagai pelayan masjid Nabawi, ia sering dikunjungi oleh para penguasa, Amir
dan menteri dengan membawa berbagai pemberian dan hadiah, namun ia selalu
menolaknya. Dia juga berkata kepada para pejabat, “jangan datang kepadaku
selalu membawa hadiah, karena Allah telah mencukupiku dari hal seperti itu”.[20]
[1] Saifullah
Ma’sun, Karisma Ulama : Kehidupan Ringkas 26 tokoh NU, (Bandung : MIZAN,
1998), hal. 319
[2] Achmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Perjalanan
Khidmah KH. Bisri Mustofa, (Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Aksara,
2005), hal. 8
[3] PCNU
Pekalongan, RISALAH-RISALAH DINIYYAH, http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Aswaja/Tanya%20Jawab%20Bersama%20KH.%20Bisri%20Musthofa/Biografi.htm, hal 1
[6] Muhtadin AR, Tokoh
Pesantren (KH. Bisyri Musthofa) http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.php?option=com_content&task=view&id=187, hal. 1
[7] Wikipedia
Ensiklopedia Bebas, Tafsir al-Jalalain, http://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir_al-Jalalain, hal. 1
[10] Republika
Online, Hujjatul Islam: Jalaluddin
Al-Mahalli, Ahli Tafsir nan Bersahaja (1), http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/10/m6xuv2-hujjatul-islam-jalaluddin-almahalli-ahli-tafsir-nan-bersahaja-1, hal. 1
[13] Mukhamad Khamdan, Jalaluddin Al-Mahalli, http://kajianislamsalafy.blogspot.com/2011/07/jalaluddin-al-mahalli.html, hal. 1
[16] Fatwa Al-Imam Asy-Syafii dan Ulama Mazhab
Asy-Syafiiyyah, Biografi Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Abdur Rahman
bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Al-Khudhari, http://fatwasyafii.wordpress.com/2010/05/18/biografi-imam-jalaluddin-as-suyuthi-abdur-rahman-bin-abu-bakar-bin-muhammad-bin-sabiq-al-khudhari/,
hal. 1
[17] Hendra Pakpahan, BIOGRAFI IMAM AS-SUYUTHI, http://dinulislami.blogspot.com/2009/08/biografi-imam-as-suyuthi.html. hal. 1
[18] Fr. Louis Ma’luf al-Yassu’i dan Fr. Bernard
Tottel al-Yassu’I, Munjit
fiil lughoti wal a’lam, (Libanon : Daar
Al-Masyriq, 1986), hal.
325
[20] Mohamad Kholil, Biografi Imam Jalaluddin As-Suyuthi, http://mckahlil.blogspot.com/2013/03/biografi-imam-jalaluddin-as-suyuthi.html, hal. 1
No comments:
Post a Comment