Kurikulum
memiliki keterkaitan yang.sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum
disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori
kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata
(1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik;
(2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan
interaksional.
Teori
pendidikan Islam terutama sekali hams berusaha dari AL-Qur'an, karena teori ini
mempunyai ketetapan-ketetapan sendiri. Dan apabila dikatakan bahwa dasar-dasar
teori Islam berasal dari Al-Quran, maka implikasinya tidak dapat berubah-ubah. Sebagaimana
kita ketahui bahwa pendidikan pada dirinya sendiri bagaikan pedang bermata dua.
Di satu sisi, ia memang memiliki daya dorong pada pembahan, bisa melahirkan
orang-orang kritis dan kreatif. Akan Tetapi di sisi lain, ia pun memiliki
fungsi untuk memperkuat dan melestarikan fungsi masyarakat yang timpang. Di
poin inilah kemudian terjadi tarik menarik antara kekuatan yang mendorong pada
pembahan dengan kekuatan yang mempertahankan status quo imtuk tetap eksis.
Konsep
Dewey tentang pendidikan diwarnai oleh pemikiran tentang pendidikan yang
progresif, dimana pertunibuhan, perkembangan, evolusi, kemajuan. dan perbaikan
merupakan elemen-elemen untuk menjadikan pendidikan yang progresif. Pemikiran
inilah yang membawanya menjadi salah
satu konseptor tentang pedidikan kontemporer, dimana dalam konsep ini pula
gagasan filosofi Dewey nampak dan disebutnya sebagai the experimental continum,
atau penyelidikan yang berkelanjutan. Dalam konsep tersebut terlihat adanya
hubungan antara pengetahuan dan kesadaran, yang dalam lingkup pendidikan digambarkan
sebagai proses sosial. Bmmbaugh dan Lawrence (1963) juga mengemukakan tentang
teori urnum pendidikan dari pemikiran Dewey, yang disebutkan bahwa pendidikan
sebagai suatu proses pembentukan fundamental atas disposisi intelektual dan
emosionai seseorang.Sisi lain dari hasil penelitiannya pemikir lain yang
bernama Whitehead juga menyatakan setuju dengan beberapa pemikiran Dewey
tentang pendidikan. Whitehead menekankan bahwa pengetahuan datang dari konflik
atau gesekan antar manusia yang terpecahkan. Dalam hal ini manusia belajar
tatkala terjadi persoalan-persoalan yang memerlukan pemecahan.
Menurut
Whitehead, Dewey yang memperoleh inspirasi dari Aristotle bahwa bentuk yang
kompleks muncul dari sesuatu yang kecil dan individual yang alami. Menumtnya naturalisasi
pendidikan Dewey adalah bentuk pendidikan untuk masyarakat, dimana baik Dewey
maupun . Rousseau menginginkan manusia hidup sesuai dengan kodrat, tetapi
kodrat disini didalamnya termasuk dan melibatkan masyarakat yang kompleks, yang
cenderung pada adanya kompleksitas lebih dari sekedar sesuatu yang bersifat
sederhana. Lebih lanjut Whitehead berpendapat bahwa naturalisasi Dewey bersifat
evolusioner dan pragmatis, yang didalamnya terkandung gagasan evolusi,
pertumbuhan, dan perkembangan manusia. Satu hal lain, Noddings (1997) lebih
tegas dalam membedah pemikiran Dewey pada beberapa hal. Pertama, ia
mengelompokkan pemikiran Dewey sebagai filsuf naturalistik yang menjelaskan
segala sesuatu dari fenomena alam dari obyek-obyek dan kejaduan-kejadian
yang ' dapat diterima oleh perasaan manusia, dan menolak hal-hal yang berkaiian
dengan sumber-sumber supranatural, bahkan menolak definisi Tuhan dalam
gagasan-gagasan, rencana, dan tindakan manusia. Dewey sangat percaya pada
metode-metode ilmu perigetahuan dan mendesak penggunaannya dalam setiap bagian
dari aktivitas manusia. Kedua. Noddings (1998) juga berpendapat bahwa Dewey sering
mengemukakan dua hal yang ekstrim, sebagaimana' disebutkan dalam bukimya yang
berjudul experience and education. Dalam buku ini ia menyebutkan dua hal yang
berlawanan. Di satu pihak Dewey mempertentangkan antara pendidikan lama dan
baru, tetapi di sisi yang lain ia tidak secara khusus mengemukakan yang baru
tersebut.
Al-Abrasyi
memmandang bahwa manusia itu memiliki kebebasan (liberal), namun kebebasan
tesebut bukan tanpa aturan dan nilai. Baginya kebebasan itu perkara nisbi
(relatif), artinya bahawa kebebasan manusia dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Ukuran baik dan buruk dalam perbuatan manusia menurut Al-Abarsyi adalah agama
(Islam). Disebitkan bahwa manusia itu dapat menerima sifat/ nilai baik karena
ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu lingkungan mempengaruhinya menjadi
baik dan buruk. Disini pandangan Dewey yang cenderung sosioantroposentris.
Penulisan
ini menganalisis
secara komparatif dalam bentuk konfigurasi, bagaimana teori pendidikan menurut
John Dewey dan Muhammad Athiyah al-Abrasyi. Fokus kajian tokoh ini amat berarti
agar penelitian ini lebih spesifik, di samping karena mengingat teori yang
dikemukakan oleh seseorang bisa berbeda dengan teori yang lain, tergantung pada
sejauh mana hipotesa yang dibuat serta eksperimen dan observasi yang dilakukan.
Itu sebabnya teori pendidikan John Dewey bisa berbeda dengan teori pendidikan al-Abrasyi.
Perbedaan yang mencuat di sini bukan diakibatkan oleh penjelasan pokok
bahasanya saja, lebih dari itu, bisa muncul akibat cultural and ideological gap
antartokoh.
Ada
beberapa perbedaan orientasi dan wawasan pendidikan antara John Dewey dan
al-Abrasyi. Jika Dewey berwawasan chil-centerd-oriented dan
life-centered-oriented maka bagi al-Abrasyi pendidikan itu hendaknya meliputi
book-centered-oriented, child-centerd-oriented dan sebagai ganti
life-centered-oriented sebagaimana cendemng diikuti Dewey, al-Abrasyi
menawarkan konsep social demand.
Dari
uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : (I). pandangan John Dewey tentang manusia,
secara prinsip dapat dikategorikan dalam lima pandangan, yaitu: manusia sebagai
(makhluk) liberal-indivualistik, rasional
mutlak, sosio-antroposentris,
progressif-aktif, dan etico-religius. Berbeda dengan John Dewey,
al-Abrasyi berpendapat bahwa manusia dalam Islam adalah bebas (liberal) dengan
aturan dan nilai. (II). Pemikiran filosofis John
Dewey mengikuti pandangan pragmatisme yang tidak melepaskan
diri dari karakter naturalis, materialisme, eksperimentalisme, instruiBentalisme, dan empirisme. Sedangkan pemikiran
filosofis Al-Abrasyi dengan wama Islami, bersifat idealisme dan realisme yang
berkarakteristik etis, agamis, spiritualistik, dan inter-korelasi antara
dunia-ukhrawi. (III). Orientasi dan wawasan John Dewey dalam pendidikan banyak diwamai
dengan t child-center d' dan 'life-centered'^
sementara al-Abrasyi cenderung mengutamakan 'book-center'd\ 'child center d' dan 'social-demand'. (IV). Tujuan pendidikan bagi John Dewey adalah
untuk meningkatkan aspek culture atau personal mental enrichment,
development according to nature, dan social efficiency, sedangkan
al-Abrasyi terkonsentrasi pada akhlak atau dengan kata ringkas membentuk 'fadlilah'
(keutamaan).
No comments:
Post a Comment