Sunday 3 January 2016

KONFIGURASI TEORI PENDIDIKAN JOHN DEWEY AND AL-ABRASYI

Kurikulum memiliki keterkaitan yang.sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.
Teori pendidikan Islam terutama sekali hams berusaha dari AL-Qur'an, karena teori ini mempunyai ketetapan-ketetapan sendiri. Dan apabila dikatakan bahwa dasar-dasar teori Islam berasal dari Al-Quran, maka implikasinya tidak dapat berubah-ubah. Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan pada dirinya sendiri bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memang memiliki daya dorong pada pembahan, bisa melahirkan orang-orang kritis dan kreatif. Akan Tetapi di sisi lain, ia pun memiliki fungsi untuk memperkuat dan melestarikan fungsi masyarakat yang timpang. Di poin inilah kemudian terjadi tarik menarik antara kekuatan yang mendorong pada pembahan dengan kekuatan yang mempertahankan status quo imtuk tetap eksis.
Konsep Dewey tentang pendidikan diwarnai oleh pemikiran tentang pendidikan yang progresif, dimana pertunibuhan, perkembangan, evolusi, kemajuan. dan perbaikan merupakan elemen-elemen untuk menjadikan pendidikan yang progresif. Pemikiran inilah yang membawanya menjadi  salah satu konseptor tentang pedidikan kontemporer, dimana dalam konsep ini pula gagasan filosofi Dewey nampak dan disebutnya sebagai the experimental continum, atau penyelidikan yang berkelanjutan. Dalam konsep tersebut terlihat adanya hubungan antara pengetahuan dan kesadaran, yang dalam lingkup pendidikan digambarkan sebagai proses sosial. Bmmbaugh dan Lawrence (1963) juga mengemukakan tentang teori urnum pendidikan dari pemikiran Dewey, yang disebutkan bahwa pendidikan sebagai suatu proses pembentukan fundamental atas disposisi intelektual dan emosionai seseorang.Sisi lain dari hasil penelitiannya pemikir lain yang bernama Whitehead juga menyatakan setuju dengan beberapa pemikiran Dewey tentang pendidikan. Whitehead menekankan bahwa pengetahuan datang dari konflik atau gesekan antar manusia yang terpecahkan. Dalam hal ini manusia belajar tatkala terjadi persoalan-persoalan yang memerlukan pemecahan.
Menurut Whitehead, Dewey yang memperoleh inspirasi dari Aristotle bahwa bentuk yang kompleks muncul dari sesuatu yang kecil dan individual yang alami. Menumtnya naturalisasi pendidikan Dewey adalah bentuk pendidikan untuk masyarakat, dimana baik Dewey maupun . Rousseau menginginkan manusia hidup sesuai dengan kodrat, tetapi kodrat disini didalamnya termasuk dan melibatkan masyarakat yang kompleks, yang cenderung pada adanya kompleksitas lebih dari sekedar sesuatu yang bersifat sederhana. Lebih lanjut Whitehead berpendapat bahwa naturalisasi Dewey bersifat evolusioner dan pragmatis, yang didalamnya terkandung gagasan evolusi, pertumbuhan, dan perkembangan manusia. Satu hal lain, Noddings (1997) lebih tegas dalam membedah pemikiran Dewey pada beberapa hal. Pertama, ia mengelompokkan pemikiran Dewey sebagai filsuf naturalistik yang menjelaskan segala sesuatu dari fenomena alam dari obyek-obyek dan kejaduan-kejadian yang ' dapat diterima oleh perasaan manusia, dan menolak hal-hal yang berkaiian dengan sumber-sumber supranatural, bahkan menolak definisi Tuhan dalam gagasan-gagasan, rencana, dan tindakan manusia. Dewey sangat percaya pada metode-metode ilmu perigetahuan dan mendesak penggunaannya dalam setiap bagian dari aktivitas manusia. Kedua. Noddings (1998) juga berpendapat bahwa Dewey sering mengemukakan dua hal yang ekstrim, sebagaimana' disebutkan dalam bukimya yang berjudul experience and education. Dalam buku ini ia menyebutkan dua hal yang berlawanan. Di satu pihak Dewey mempertentangkan antara pendidikan lama dan baru, tetapi di sisi yang lain ia tidak secara khusus mengemukakan yang baru tersebut.
Al-Abrasyi memmandang bahwa manusia itu memiliki kebebasan (liberal), namun kebebasan tesebut bukan tanpa aturan dan nilai. Baginya kebebasan itu perkara nisbi (relatif), artinya bahawa kebebasan manusia dibatasi oleh kebebasan orang lain. Ukuran baik dan buruk dalam perbuatan manusia menurut Al-Abarsyi adalah agama (Islam). Disebitkan bahwa manusia itu dapat menerima sifat/ nilai baik karena ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu lingkungan mempengaruhinya menjadi baik dan buruk. Disini pandangan Dewey yang cenderung sosioantroposentris.
Penulisan ini menganalisis secara komparatif dalam bentuk konfigurasi, bagaimana teori pendidikan menurut John Dewey dan Muhammad Athiyah al-Abrasyi. Fokus kajian tokoh ini amat berarti agar penelitian ini lebih spesifik, di samping karena mengingat teori yang dikemukakan oleh seseorang bisa berbeda dengan teori yang lain, tergantung pada sejauh mana hipotesa yang dibuat serta eksperimen dan observasi yang dilakukan. Itu sebabnya teori pendidikan John Dewey bisa berbeda dengan teori pendidikan al-Abrasyi. Perbedaan yang mencuat di sini bukan diakibatkan oleh penjelasan pokok bahasanya saja, lebih dari itu, bisa muncul akibat cultural and ideological gap antartokoh.
Ada beberapa perbedaan orientasi dan wawasan pendidikan antara John Dewey dan al-Abrasyi. Jika Dewey berwawasan chil-centerd-oriented dan life-centered-oriented maka bagi al-Abrasyi pendidikan itu hendaknya meliputi book-centered-oriented, child-centerd-oriented dan sebagai ganti life-centered-oriented sebagaimana cendemng diikuti Dewey, al-Abrasyi menawarkan konsep social demand.
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : (I). pandangan John Dewey tentang manusia, secara prinsip dapat dikategorikan dalam lima pandangan, yaitu: manusia sebagai (makhluk)   liberal-indivualistik,   rasional   mutlak,   sosio-antroposentris, progressif-aktif, dan etico-religius. Berbeda dengan John Dewey, al-Abrasyi berpendapat bahwa manusia dalam Islam adalah bebas (liberal) dengan aturan dan nilai. (II). Pemikiran   filosofis   John  Dewey  mengikuti  pandangan pragmatisme yang tidak melepaskan diri dari karakter naturalis, materialisme, eksperimentalisme,    instruiBentalisme,    dan empirisme. Sedangkan pemikiran filosofis Al-Abrasyi dengan wama Islami, bersifat idealisme dan realisme yang berkarakteristik etis, agamis, spiritualistik, dan inter-korelasi antara dunia-ukhrawi. (III). Orientasi dan wawasan John Dewey dalam pendidikan banyak diwamai dengan t child-center d' dan 'life-centered'^ sementara al-Abrasyi cenderung mengutamakan 'book-center'd\ 'child center d' dan 'social-demand'. (IV). Tujuan pendidikan bagi John Dewey adalah untuk meningkatkan aspek culture atau personal mental enrichment, development according to nature, dan social efficiency, sedangkan al-Abrasyi terkonsentrasi pada akhlak atau dengan kata ringkas membentuk 'fadlilah' (keutamaan).

No comments: