Thursday, 27 September 2012

MODERNITAS NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT LUQMAN AYAT 17-19 TAFSIR JALALAIN KARYA JALALUDIN MUHAMMAD BIN MAKHALI WA JALALUDIN ABDURRAHMAN BIN ABI BAKAR SYAYUTHI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dalam dunia pendidikan pada hakikatnya untuk mengantarkan keberhasilan proses pembelajaran, di mana  keberadaan peserta didik dan pendidik merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru / pendidik merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik pada jalur pendidikan formal maupun informal. Dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri.
Filosofis sosial dalam budaya pendidikan di Indonesia telah menempatkan fungsi dan peranan guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah diposisikan mempunyai peranan ganda bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mentransformasikan nilai-nilai pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik, bahkan tidak jarang para guru dijadikan sebagai orang tua kedua setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.
Dalam konteks budaya Jawa, kata guru sering dikonotasikan sebagai kepanjangan dari kata “digugu lan ditiru” (menjadi panutan utama).[1] Begitu pula dalam khsanah bahasa Indonesia, kata guru dijelaskan dalam sebuah pribahasa bahwa “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan memposisikan diri secara professional sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.[2]  
Guru memiliki posisi yang mulia dan sekaligus beban Psikologis tersendiri. Saat ini setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia antara lain adalah :
1.      Masalah kualitas / mutu guru
2.      Guru yang dirasakan masih kurang
3.      Masalah distribusi dan kesejahteraan guru.[3]
Guru menjadi sebuah panutan atau idola bagi masyarakat, guru sebagai sosok yang digugu oleh masyarakat haruslah bisa dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan segala ungkapannya, sedangkan sebagai sosok yang ditiru maka haruslah bertingkah laku yang dapat sebagai contoh baik sehingga keduanya itu dapat menjadi tauladan bagi masyarakat.
Sosok guru dihadapan murid adalah orang tua bahkan dalam masyarakat  memiliki kewibawaan tersendiri sehingga predikat guru tidak bisa dilepaskan dari peran sentralnya sebagai pembimbing murid ke arah pencerahan hidup.[4]
Dengan memahami dinamika perkembangan dunia pembelajaaran di tanah air sangatlah perlu adanya penyesuaian pembelajaran secara radikal, dimana setelah gejolak kolonialisme Belanda di Indonesia  semakin banyak melahirkan tokoh pendidik Muslim dan organisasi yang membawai misi keislaman.[5]
Perubahan kearah penegakan Islam sesuai perintah al-Quran dan as-Sunah yang telah dipertahankan pemuka-pemuka Islam sejak masuknya ajaran Islam ke Indonesia harus diakui tidak sebagaimana idealisai yang diharapkan. Munculnya apresiasi gerakan pembaharuan hingga yang tetap mencoba yang tetap mempertahankan dengan segala konsekwensi dari unsur kepentingan yang telah banyak memberikan inspirasi tentang nilai-nilai dalam gerakan Islam di Indonesia pada praktik-praktik pembelajaran yang dianggap kurang tepat sasaran selaras dengan keberhasilan pembelajaran dan ada yang dianggap menyimpang dalam pelaksanaan ajaran Islam bisa lebih diminimalisir.[6]
Untuk dapat memberikan nuansa dan identitas keislaman dalam ranah pendidikan Islam, maka suatu keniscayaan setiap pendidik dan peserta didik muslim harus memiliki keunggulan-keunggulan yang perlu ditampakan khususnya dalam konsep perilaku kesopanan tindakan terpuji, menjadi teladan yang dapat memberi manfaat pada berbagai tempat dan suasana keberagaman serta suasana yang penuh dengan solidaritas dan sikap keyakinan bahwa ajaran Islamlah yang paling lengkap dan perlu dibuktikan ditengah peradaban global.
Jika siswa sudah terbiasa hidup dengan norma-norma agama yang baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat pastinya norma tersebut sudah bisa dijiwai oleh seorang anak. Peranan dari berbagai pihak khususnya dalam proses pembelajaran sering tumpang tindih, namun untuk kepentingan analisis dapat dilakukan perbedaan dan pemisahan. Salah satunya dapat kita ketahui dalam tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19 yang berbunyi:
( يا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما أصابك ) بسبب الأمر والنهي ( إن ذلك ) المذكور ( من عزم الأمور ) أي معزوماتها التي يعزم عليها لوجوبها.( ولا تصعر ) وفي قراءة تصاعر ( خدك للناس ) لا تمل وجهك عنهم تكبرا ( ولا تمش في الأرض مرحا ) أي خيلاء ( إن الله لا يحب كل مختال ) متبختر في مشيه ( فخور ) على الناس. ( واقصد في مشيك ) توسط فيه بين الدبيب والإسراع وعليك السكينة والوقار ( واغضض ) اخفض ( من صوتك إن أنكر الأصوات ) أقبحها ( لصوت الحمير ) أوله زفير وآخره شهيق. [7]
Relevansi dari ketiga ayat di atas adalah memerintahkan bagi umat manusia untuk :
1.      Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2.      Larangan  untuk sombong dan angkuh terhadap sesama
3.      Bersifat sederhana dalam berbuat dan berucap.
Dalam pengembangan dan perwujudan potensi-potensi disetiap sifat individu dalam artian humanis (insaniyah) pada dunia pendidikan yang berasal dari norma Illahiyyah seperti yang tersebut di atas, maka penulis mencoba mengupas untuk dijadikan sebuah karya ilmiah berupa tesis dengan judul “Konsep Interaksi Guru dan Murid dalam tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19


B.     Definisi Oprasional
Untuk menghindari kesalah pahaman tentang judul ini, maka penulis perlu memberikan pemaknaan yang terkandung dalam judul sebagai berikut:
1.      Konsep
Konsep adalah Rancanagan (rencana) tertulis perumusan sementara mengenai suatu undang-undang peraturan penetapan.[8]
Sedangkan yang penulis maksud adalah segala rancangan yang tersurat dalam sebuah pembahasan atau kesepakatan untuk dijadikan sebagai sebuah pedoman.
2.      Interaksi Guru dan Murid
Interaksi adalah hubungan yang disengaja, konsep atau ide umum, rancangan dasar yang telah dikeluarkan oleh individu-individu yang berkompeten / hal yang saling mempengaruhi.[9]
Guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsi seorang guru secara profesional yang pantas menjadi figur atau teladan bagi pesrta didiknya.[10]
Murid adalah individu atau kelompok yang mendapat bimbingan dan pasokan pengetahuan dari seorang guru.
Jadi maksud dari interaksi guru dan murid adalah hubungan yang disengaja oleh sosok pendidik dan yang dididik.
3.      Tafsir Jalalain Surat Lukman Ayat 17 -19
Tafsir Jalalain Surat Lukman Ayat 17 – 19 adalah tafsiran surat dalam al-Qur’an  yang dalam penulisan ini dijadikan sebagai kajian utama dalam membahas masalah interaksi guru dan murid.
Jadi maksud dari judul diatas adalah segala rancangan yang tersurat dalam sebuah pembahasan atau kesepakatan untuk dijadikan sebagai sebuah pedoman dalam hubungan yang disengaja oleh sosok pendidik dan yang dididik dilihat dari sudut pandang Tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19.

C.    Rumusan Masalah 
Sesuai definisi operasional diatas, penulis merumuskan masalah dengan sebuah pertanyaan sebagai berikut : Bagamana konsep Interaksi antara guru dan murid menurut tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19 ?.

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui konsep interaksi antara guru dan murid atau pendidik dalan tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19.
2.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a.       Memberikan tambahan informasi pemikiran dalam pendidikan untuk pemahaman tentang konsep pendidikan dalam Islam.
b.      Sebagai langkah pengumpulan berbagai ide, pemikiran dan konsep tentang pendidikan sesuai dengan kandungan surat Lukman ayat 17-19.
c.       Menambah bahan pustaka bagi UNU Surakarta berupa hasil penelitian dibidang pendidikan terutama dalam bidang pembelajaran agama Islam yang qur’ani.

E.     Tinjauan Pustaka 
Interaksi guru dan murid merupakan  suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam dunia pendidikan. Jika salah satu ditiadakan maka tidak akan ada kegiatan yang dapat menghidupkan dunia pendidikan.
Selain karya ilmiah ini ada beberapa buku yang membahas keberadaan guru dan murid akan tetapi beda dalam penetuan konsep. Setidaknya penulis menemukan beberapa literatur yang terkait dengan hal ini untuk dijadikan pembanding, diantaranya adalah :
1.      Guru dalam proses belajar mengajar karya Muhammad Ali.
Dalam buku ini mengindikasikan bahwa dalam proses belajar mengajar perlu adanya optimalisasi guru selaku pendidik.
2.      Filsafat Pendidikan Islam Karya Ahmad Tafsir
Dalam buku ini adanya anjuran untuk memahami secara utuh konsep pendidikan Islam sesuai ajaran Islam.
3.      Moral dan Kognisi Islam Karya Muslimin Nurdin dkk
Dalam buku ini, terdapat prinsip aktualisasi ajaran Islam yang menyangkut masalah Insaniyah, Nubuwiyyah dan Illahiyyah sebagai pembeda antara manusia dengan hewan, akan tetapi prinsip tersebut membutuhkan proses yang matang unntuk mencapai perkembangan mental maupun spiritual. 
4.      Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar karya Sardiman A.M
Dalam buku ini dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagi pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai pihak pokoknya tanpa harus meninggalkan komponen-komponen pendukung dalam proses edukasi.



F.     Sistematika Penulisan Tesis
Sistematika penulisan tesis pada tesis ini dapat disebut sebagai permasalahan pertama yang harus dipecahkan atau dibahas dari awal hingga akhir pembahasan.
Sistematika pembahasan sebelum masuk pada bab pertama akan dilengkapi dengan bagian yang meliputi halaman judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, lembar abstraksi, daftar isi.
Bab I        Pendahuluan terdiri atas : Latar belakang masalah, Definisi Oprasional, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan Tesis.
Bab II      Bab ini adalah Landasan teori yang terdiri dari : Pendidikan Islam, Pengertian, Ruang Lingkup, tujuan serta prinsip dan sub bab ini meliputi pengertian Interaksi guru dan murid serta pengertian interaksi dalam surat tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19, azbabun nuzul dan nilai-nilai pendidikan Islam.
Bab III     Membahas masalah Jenis dan Pendekatan Penelitian, Waktu Penelitian, Sujek Penelitian, Objek Penelitian, Tekhnik Pengumpulan Data dan Tekhnik Analisis Data.
Bab IV     Mencakup tentang analisis terhadap interaksi guru dan murid dalam pendidikan Islam, tentang etika profesi pendidik dilihat dari prsepektif tafsir Jalalain surat Lukman ayat 17-19, kemudian dianalisis dengan pendekatan, pemaparan dan analisis.  
Bab V       Penutup meliputi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Bagian akhir berisi daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup. 




DAFTAR PUSTAKA

Alex. MA, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ALFA, TT), hal. 204
Bisri Afandi, Pembaharuan dan Pemurnian Islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Alkautsar, 1999)
Muhammad Zamroni, Belajar di Alam Bebas, Edukasi, 2004, Vol II, nomor 2
Moh. Roqib, Kepribadian Guru Cet II, (Yogyakarta : STAIN Purwokerto Press, 2011)
Samsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam,  (Yogyakarta : PT Graham Ilmu, 2000)
Sardiman A. M, Interaksi & Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2001)
Samana, Profesionalisme Guru, (Yogyakarta : PT Duta Wacana, 2000)

جلال الدين محمد بن أحمد المحلي وجلال الدين عبدالرحمن بن أبي بكر السيوطي, تفسير الجلالين, دار الحديث - القاهرة




[1] Samsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam,  (Yogyakarta : PT Graham Ilmu, 2000),  hal. 3  
[2] Sardiman A. M, Interaksi & Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2001), hal. 123
[3] Samana, Profesionalisme Guru, (Yogyakarta : PT Duta Wacana, 2000), hal. 3
[4] Muhammad Zamroni, Belajar di Alam Bebas, Edukasi, 2004, Vol II, nomor 2
[5] Bisri Afandi, Pembaharuan dan Pemurnian Islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Alkautsar, 1999), hal. 2
[6]  Ibid, hal. 2
[7] . جلال الدين محمد بن أحمد المحلي وجلال الدين عبدالرحمن بن أبي بكر السيوطي, تفسير الجلالين, دار الحديث - القاهرة
[8] Alex. MA, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ALFA, TT), hal. 204
[9] Ibid, hal. 174
[10] Moh. Roqib, Kepribadian Guru Cet II, (Yogyakarta : STAIN Purwokerto Press, 2011), hal. 23

No comments: