Wednesday 26 September 2012

SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI S.A.W


BAB I
PENDAHULUAN

Seluruh ulama sepakat bahwa maulid Nabi tidak pernah diperingati pada masa Nabi shallallahu `alaihi wasallam hidup dan tidak juga pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Lalu kapan dimulainya peringatan maulid Nabi dan siapa yang pertama kali mengadakannya?. Al Maqrizy (seorang ahli sejarah Islam) dalam bukunya "Al khutath" menjelaskan bahwa maulid Nabi mulai diperingati pada abad IV Hijriyah oleh Dinasti Fathimiyyun di Mesir.
Dynasti Fathimiyyun mulai menguasai mesir pada tahun 362 H dengan raja pertamanya Al Muiz lidinillah, di awal tahun menaklukkan Mesir dia membuat enam perayaan hari lahir sekaligus; hari lahir ( maulid ) Nabi, hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir Fatimah, hari lahir Hasan, hari lahir Husein dan hari lahir raja yang berkuasa.
Kemudian pada tahun 487 H pada masa pemerintahan Al Afdhal peringatan enam hari lahir tersebut dihapuskan dan tidak diperingati, raja ini meninggal pada tahun 515 H. Pada tahun 515 H dilantik Raja yang baru bergelar Al amir liahkamillah, dia menghidupkan kembali peringatan enam maulid tersebut, begitulah seterusnya peringatan maulid Nabi shallallahu `alaihi wasallam yang jatuh pada bulan Rabiul awal diperingati dari tahun ke tahun hingga zaman sekarang dan meluas hampir ke seluruh dunia.

1.    Siapakah pertama kali memperkenalkan acara Maulid Nabi muhammad S.A.W.?
2.    Apa yang menjadi dasar hukum perayaan Maulid Nabi muhammad S.A.W.?
3.    Bentuk perayaan Maulid Nabi muhammad S.A.W. ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pencetus Tradisi Maulid Nabi Muhammad S.A.W
Shalahuddin Al-Ayubi terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140 km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.   Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din Ibn Ayyub atau Saladin/salahadin (menurut lafal orang Barat) adalah salah satu pahlawan besar dalam tharikh (sejarah) Islam.[1]
Satu konsep dan budaya dari pahlawan perang ini adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya tahun, bermakna seperti pada istilah ulang tahun. Berbagai perayaan ulang tahun di kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah, meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.
Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).
Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah. [2]
Jadi pada intinya pencetus tradisi Maulid Nabi Muhammad S.A.W. yang sekarang membudaya pada masyarakat Islam dunia adalah seorang pahlawan besar dalam dunia tarikh Islam yang memiliki konsep tersendiri dalam pembentukan budaya.
B.     Dasar Hukum Perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W
Dalam pembahasan makalah tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Penulis mencantumkan al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum pendukung adanya budaya Maulid Nabi Muhammad S.A.W yang ada dalam masyarakat. Adapun dalam sumber hukumnya adalah :
1.    Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai dasar hukum Islam paling utama dalam Islam yang digunakan sebagai pedoman bagi pemeluknya dalam pembahasan ini juga dijadikan dasar dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W, adapun ayat yang dapat dijaikan pedoman antara lain :
a.       Surat Yunus : 58
Dalam surat ini Allah berfirman
ö@è% È@ôÒxÿÎ/ «!$# ¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur y7Ï9ºxÎ7sù (#qãmtøÿuù=sù uqèd ׎öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".[3]

Maksud dari ayat ini adalah, Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar. Kemudian ayat inipun dikuatkan dalam Surat al-Anbiya’ : 107 yang berbunyi :
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Dari ayat pertama sebagai ayat pokok dan ayat kedua sebagai pendukung, dapat disimpulkan bahwa kegembiraan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W merupakan pengaruh positif dalam artian Muhammad S.A.W. terutus sebagai rohmatal lil ‘alamin dimana segala sesuatu yang berkaitan dengan Muhammad merupakan sebuah karunia dari Allah untuk alam semesta.
b.      Al-Ahzab : 56
Dalam surat ini yang berbunyi :
¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Dalam ayat tersebut, terdapat kalimat “tÓÉ<¨Z9$#n?tãbq=|Áム memiliki tiga arti yaitu : kalau dari Allah berarti memberi rahmat sedangkan dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan Allahuma shalli ala Muhammad.[4]
Surat ini sebagai dasar untuk melakukan Sholawat. Dalam acara Maulid Nabi Muhammad S.A.W.,  Sebagai puncaknya adalah pembacaan sholawat Nabi dan mau’i dlotul hasanahnya pun menceritakan tentang kenabian Muhammad S.A.W. untuk dijadikan tauladan bagi umat manusia yang kemudian dapat membangun spirit (ghiroh) dalam melakukan ajaran Islam dan penghormatan terhadap Muhammad S.A.W.     
c.       QS Hud: 120
Dalam al-Qur’an surat hud : 120 sebgai dasar perayaan Maulid Nabi kareana dalam perayaan ini menceritakan kisah Muhammad S.A.W sekaligus sebagai rosul yang dapat meneguhkan hati umat dan merupakan penjelas tentang kebenaran,  pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.  sebagai mana yang disebutkan dalam surat ini. Adapun bunyi surat hud :120 adalah :

yxä.ur Èà)¯R y7øn=tã ô`ÏB Ïä!$t6/Rr& È@ߍ9$# $tB àMÎm7sVçR ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù 4 x8uä!%y`ur Îû ÍnÉ»yd ,ysø9$# ×psàÏãöqtBur 3tø.ÏŒur tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Sebagai mana pada acara Maulid Nabi yang ada dalam masyarakat khususnya Islam di Indonesia adalah menceritakan tentang Nabi Muhammad S.A.W, ketika ayat ini dijadikan dasar hukumnya maka peringatan maulid nabi sesuai dengan apa yang disebutkan dalam surat ini.

Dari ayat al-Qur’an di atas yang penulis jadikan sebagai pokok hukum Maulid Nabi Muhammad S.A.W, dapat digaris bawahi bahwa Maulid Nabi yang ada / berkembang hukumnya adalah diperbolehkan dalam al-Qur’an yang mana maulid nabi tersebut bertujuan untuk membangun mental bertauladan Muhammad S.A.W, penghormatan maupun keteguhan hati dalam pembenaran segala karunia.

2.    Hadits
Hadis Nabi Muhammad S.A.W merupakan pedoman kedua setelah al-qur’an yang dijadikan pedoman oleh pengikutnya. Selain al-Qur’an, dalam pembahasan Maulid Nabi pada makalah ini hadits nabi pun dijadikan sebagai dasar hukum. Adapun hadis nabi diantaranya adalah :
اِنَّمَــا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ ( صححه الحاكم (1\ 91 ) ووافقه الحافظ الذهبي)
“Aku hanyalah rakhmat yang dihadiahkan”. (Shohih al-Hakim (1/91) dan al-Hafidz al-Dzahabi).
Dengan demikian, Rosulullah adalah rohmat yang agung bagi umat manusia sebagai mana yang sudah dijelaskan dalam surat Yunus : 58.
Sebagai mana pada dasar hukum surat Al-Ahzab : 56, Maulid nabi, merupakan / dilakukan dengan melafadzkan sholawat kepada Nabi. Perayaan mauled yang didalamnya terdapat sholawat itu juga diterangkan pada hadist dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]



C.    Bentuk-bentuk Perayaan Maulid Maulid Nabi Muhammad S.A.W.
Perayaan maulid Nabi Muhammad merupakan kebudayaan masyarakat yang dihasilkan dari kajian al-Qur’an dan Hadits. Perlu disadari bahwa Islam hidup tidak hanya dalam satu periode, masyarakat maupun pemikiran saja melainkan melainkan sebagai keberkahan semua alam melalui konsep rokhmatal lil ‘alamin.
Perayaan maulid nabi pada zaman Dinasti Fathimiyyun, pada Masa Shalahuddin Al-Ayubi dan pada masa sekarang tentunya berbeda dalam perayaannya namun intinya masih sama sebagai penghormatan kepada Nabi Muhammad S.A.W. Di Indonesia yang merupakan negeri muslim terbesar di dunia perayaan maulid pun kerap dilakukan di berbagai daerah. Masyarakat di setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk merayakan kelahiran manusia agung tersebut.
Di daerah  Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta (keraton) perayaan maulid dikenal dengan istilah sekaten.[5] Istilah ini berasal dari kata syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat, perayaan maulid Nabi di daerah pemukiman penduduk / masyarakat seringkali diisi pengajian di tempat peribadahan dengan mengangkat pembahasan actual yang masih ada kaitannya dengan Maulid.
Dalam masyarakat modern, perayaan maulid Nabi dikemas dalam sebuah acara/ media yang dapat menghubungkan (Ukhuwwah), wacana kebangsaan maupun spirit religious edukatif  sesuai dengan bidang keahliannya tanpa meninggalkan tujuan utamanya seperti yang dilakukan PKS tentang pembangunan Negara konsep Nabi.[6] Artikel karya Sarjudin yang berjudul Momentum Pembangunan Karakter.[7]



BAB III
KESIMPULAN

peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati, karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya
peringatan maulid nabi pada awalnya dilakukan oleh seorang pahlawan perang yang bernama Shalahuddin Al-Ayubi dari keluarga Kurdish di kota Tikrit. Perayaan ini kemudian membudaya dalam masyarakat Islam sebagai penghormatan terhadap Nabi Muhammad S.A.W, muatan-muatan yang ada dalam acara Maulid Nabi bertujuan untuk meneladani Nabi Muhammad S.A.W yang diharapkan dapat membangun ghiroh keislaman pada masyarakat Islam yang sesuai dasar hukum dan dapat diterima oleh kelompok-kelompoknya.




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ALWAAH),
Suara Merdeka, Rabu 4 Februari 2012, http://www.islamhouse.com/p/72553
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/perayaan-maulid-nabi-dalam-sorotan/




[3] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ALWAAH), hal. 315.
[4] Ibid, hlm 678
[6] http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/perayaan-maulid-nabi-dalam-sorotan/
[7] Suara Merdeka, Rabu 4 Februari 2012, Hlm. 6

1 comment:

Anonymous said...

Dasarnya kuat

http://shufi-indonesia.blogspot.com/2014/12/mana-dalilnya-perayaan-maulid-nabi-saw.html