BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh ulama sepakat bahwa maulid Nabi tidak pernah
diperingati pada masa Nabi shallallahu `alaihi wasallam hidup dan tidak
juga pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin. Lalu kapan dimulainya peringatan
maulid Nabi dan siapa yang pertama kali mengadakannya?. Al Maqrizy (seorang
ahli sejarah Islam) dalam bukunya "Al khutath" menjelaskan
bahwa maulid Nabi mulai diperingati pada abad IV Hijriyah oleh Dinasti
Fathimiyyun di Mesir.
Dynasti Fathimiyyun mulai menguasai mesir pada tahun 362
H dengan raja pertamanya Al Muiz lidinillah, di awal tahun menaklukkan Mesir
dia membuat enam perayaan hari lahir sekaligus; hari lahir ( maulid ) Nabi,
hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir Fatimah, hari lahir Hasan, hari lahir
Husein dan hari lahir raja yang berkuasa.
Kemudian pada tahun 487 H pada masa pemerintahan Al
Afdhal peringatan enam hari lahir tersebut dihapuskan dan tidak diperingati,
raja ini meninggal pada tahun 515 H. Pada tahun 515 H dilantik Raja yang baru
bergelar Al amir liahkamillah, dia menghidupkan kembali peringatan enam maulid
tersebut, begitulah seterusnya peringatan maulid Nabi shallallahu `alaihi
wasallam yang jatuh pada bulan Rabiul awal diperingati dari tahun ke
tahun hingga zaman sekarang dan meluas hampir ke seluruh dunia.
1. Siapakah
pertama kali memperkenalkan acara Maulid Nabi muhammad S.A.W.?
2. Apa
yang menjadi dasar hukum perayaan Maulid Nabi muhammad S.A.W.?
3. Bentuk perayaan Maulid Nabi muhammad S.A.W. ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pencetus Tradisi Maulid Nabi Muhammad S.A.W
Shalahuddin Al-Ayubi terlahir dari keluarga Kurdish di
kota Tikrit (140 km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun
1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di
lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau
Nuruddin Zangi. Salahudin Al-Ayubi atau
tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din Ibn Ayyub atau
Saladin/salahadin (menurut lafal orang Barat) adalah salah satu pahlawan besar
dalam tharikh (sejarah) Islam.[1]
Satu konsep dan budaya dari pahlawan perang ini adalah
perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud
atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya tahun, bermakna seperti pada
istilah ulang tahun. Berbagai perayaan ulang tahun di
kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah,
meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.
Selain
belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya
Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama
dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir
dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad
SAW).
Dinobatkannya
Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin,
Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih
Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir.
Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai
Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan
dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria
sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus
Sunnah wal Jamaah. [2]
Jadi pada intinya pencetus tradisi Maulid Nabi Muhammad
S.A.W. yang sekarang membudaya pada masyarakat Islam dunia adalah seorang
pahlawan besar dalam dunia tarikh Islam yang memiliki konsep tersendiri dalam
pembentukan budaya.
B.
Dasar Hukum Perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W
Dalam
pembahasan makalah tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Penulis
mencantumkan al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum pendukung adanya budaya Maulid
Nabi Muhammad S.A.W yang ada dalam masyarakat. Adapun dalam sumber hukumnya
adalah :
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an
sebagai dasar hukum Islam paling utama dalam Islam yang digunakan sebagai
pedoman bagi pemeluknya dalam pembahasan ini juga dijadikan dasar dalam
perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W, adapun ayat yang dapat dijaikan pedoman
antara lain :
a. Surat
Yunus : 58
Dalam surat ini Allah berfirman
ö@è% È@ôÒxÿÎ/ «!$# ¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur y7Ï9ºxÎ7sù (#qãmtøÿuù=sù uqèd ×öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah
dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".[3]
Maksud
dari ayat ini adalah, Allah SWT menyuruh kita
untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang
terbesar. Kemudian ayat inipun dikuatkan dalam Surat al-Anbiya’ : 107 yang
berbunyi :
!$tBur »oYù=yör& wÎ) ZptHôqy úüÏJn=»yèù=Ïj9
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Dari ayat pertama sebagai
ayat pokok dan ayat kedua sebagai pendukung, dapat disimpulkan bahwa kegembiraan
dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W merupakan pengaruh positif dalam
artian Muhammad S.A.W. terutus sebagai rohmatal lil ‘alamin dimana
segala sesuatu yang berkaitan dengan Muhammad merupakan sebuah karunia dari
Allah untuk alam semesta.
b. Al-Ahzab
: 56
Dalam surat ini yang
berbunyi :
¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áã n?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JÎ=ó¡n@
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Dalam ayat tersebut, terdapat
kalimat “tÓÉ<¨Z9$#n?tãbq=|Áã” memiliki tiga arti yaitu : kalau dari Allah berarti memberi rahmat sedangkan dari
malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti
berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan Allahuma shalli ala
Muhammad.[4]
Surat ini sebagai dasar
untuk melakukan Sholawat. Dalam acara Maulid Nabi Muhammad S.A.W., Sebagai puncaknya adalah pembacaan sholawat
Nabi dan mau’i dlotul hasanahnya pun menceritakan tentang kenabian
Muhammad S.A.W. untuk dijadikan tauladan bagi umat manusia yang kemudian dapat
membangun spirit (ghiroh) dalam melakukan ajaran Islam dan penghormatan
terhadap Muhammad S.A.W.
c.
QS Hud: 120
Dalam al-Qur’an surat hud : 120 sebgai dasar perayaan
Maulid Nabi kareana dalam perayaan ini menceritakan kisah Muhammad S.A.W
sekaligus sebagai rosul yang dapat meneguhkan hati umat dan merupakan penjelas
tentang kebenaran, pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman. sebagai mana yang disebutkan dalam surat ini.
Adapun bunyi surat hud :120 adalah :
yxä.ur Èà)¯R y7øn=tã ô`ÏB Ïä!$t6/Rr& È@ß9$# $tB àMÎm7sVçR ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù 4 x8uä!%y`ur Îû ÍnÉ»yd ,ysø9$# ×psàÏãöqtBur 3tø.Ïur tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9
Dan semua kisah dari rasul-rasul kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan
dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.
Sebagai
mana pada acara Maulid Nabi yang ada dalam masyarakat khususnya Islam di
Indonesia adalah menceritakan tentang Nabi Muhammad S.A.W, ketika ayat ini
dijadikan dasar hukumnya maka peringatan maulid nabi sesuai dengan apa yang
disebutkan dalam surat ini.
Dari
ayat al-Qur’an di atas yang penulis jadikan sebagai pokok hukum Maulid Nabi
Muhammad S.A.W, dapat digaris bawahi bahwa Maulid Nabi yang ada / berkembang
hukumnya adalah diperbolehkan dalam al-Qur’an yang mana maulid nabi tersebut
bertujuan untuk membangun mental bertauladan Muhammad S.A.W, penghormatan maupun
keteguhan hati dalam pembenaran segala karunia.
2. Hadits
Hadis
Nabi Muhammad S.A.W merupakan pedoman kedua setelah al-qur’an yang dijadikan
pedoman oleh pengikutnya. Selain al-Qur’an, dalam pembahasan Maulid Nabi pada
makalah ini hadits nabi pun dijadikan sebagai dasar hukum. Adapun hadis nabi
diantaranya adalah :
اِنَّمَــا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ (
صححه الحاكم (1\ 91 ) ووافقه الحافظ الذهبي)
“Aku hanyalah rakhmat yang
dihadiahkan”. (Shohih al-Hakim (1/91) dan al-Hafidz al-Dzahabi).
Dengan demikian, Rosulullah adalah rohmat yang agung bagi umat manusia
sebagai mana yang sudah dijelaskan dalam surat Yunus : 58.
Sebagai mana pada dasar
hukum surat Al-Ahzab
: 56, Maulid nabi, merupakan /
dilakukan dengan melafadzkan sholawat kepada Nabi. Perayaan mauled yang
didalamnya terdapat sholawat itu juga diterangkan pada hadist dari Abi
Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya
Rasulullah bagaimana kami bersholawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya
Allah! Berilah sholawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya,
sebagaimana Engkau memberi sholawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad,
istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun
‘Alaihi]
C.
Bentuk-bentuk
Perayaan Maulid Maulid
Nabi Muhammad S.A.W.
Perayaan maulid Nabi
Muhammad merupakan kebudayaan masyarakat yang dihasilkan dari kajian al-Qur’an
dan Hadits. Perlu disadari bahwa Islam hidup tidak hanya dalam satu periode,
masyarakat maupun pemikiran saja melainkan melainkan sebagai keberkahan semua
alam melalui konsep rokhmatal lil ‘alamin.
Perayaan maulid nabi pada zaman Dinasti Fathimiyyun, pada Masa Shalahuddin Al-Ayubi dan pada masa sekarang tentunya berbeda dalam
perayaannya namun intinya masih sama sebagai penghormatan kepada Nabi Muhammad
S.A.W. Di Indonesia yang merupakan negeri muslim terbesar di dunia perayaan
maulid pun kerap dilakukan di berbagai daerah. Masyarakat di setiap daerah
memiliki cara tersendiri untuk merayakan kelahiran manusia agung tersebut.
Di daerah Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta (keraton)
perayaan maulid dikenal dengan istilah sekaten.[5]
Istilah ini berasal dari kata syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat, perayaan
maulid Nabi di daerah pemukiman penduduk / masyarakat seringkali diisi
pengajian di tempat peribadahan dengan mengangkat pembahasan actual yang masih
ada kaitannya dengan Maulid.
Dalam masyarakat modern, perayaan maulid Nabi
dikemas dalam sebuah acara/ media yang dapat menghubungkan (Ukhuwwah),
wacana kebangsaan maupun spirit religious edukatif sesuai dengan bidang keahliannya tanpa
meninggalkan tujuan utamanya seperti yang dilakukan PKS tentang pembangunan
Negara konsep Nabi.[6]
Artikel karya Sarjudin yang berjudul Momentum Pembangunan Karakter.[7]
BAB III
KESIMPULAN
peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan
kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan
manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab,
paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam
Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita dan karena
kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari
Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas
kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada
seorang yang kafir pun Allah merahmati, karena kegembiraannya atas kelahiran
sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu
ada di hatinya
peringatan maulid nabi pada awalnya dilakukan
oleh seorang pahlawan perang yang bernama Shalahuddin Al-Ayubi dari keluarga Kurdish di kota Tikrit.
Perayaan ini kemudian membudaya dalam masyarakat Islam sebagai penghormatan
terhadap Nabi Muhammad S.A.W, muatan-muatan yang ada dalam acara Maulid Nabi
bertujuan untuk meneladani Nabi Muhammad S.A.W yang diharapkan dapat membangun
ghiroh keislaman pada masyarakat Islam yang sesuai dasar hukum dan dapat
diterima oleh kelompok-kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ALWAAH),
Suara Merdeka, Rabu 4 Februari 2012, http://www.islamhouse.com/p/72553
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/perayaan-maulid-nabi-dalam-sorotan/
1 comment:
Dasarnya kuat
http://shufi-indonesia.blogspot.com/2014/12/mana-dalilnya-perayaan-maulid-nabi-saw.html
Post a Comment