A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term Tarbiyah,
Ta’lim, Tadris, Taslik, Tatsqif, Ta’dib, Irsyad. [1] Dari term tersebut yang sering digunakan
dalam pendidikan Islam adalah Tarbiyah, sebab kata tersebut maknanya
lebih dekat dengan makna pendidikan.[2]
Muhibbin Syah mengungkapkan bahwa pendidikan berasal dari kata dasar
“didik” yang berarti mememelihara dan memberi latihan .[3]
kemudian pendidikan tidak berkembang tidak hanya mempengaruhi melainkan
memelihara, mengasuh, menuntukkn, membimbing atau memberi pertolongan pada Murid.
Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut dengan “education” adapun
definisinya menurut Fredrick J Mc. Donald adalah education in the process or
an activity which is directed at producing desirable changes in the behaviour
of human beings.[4]
Dari pemaknaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses
atau aktivitas yang diarahkan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan
dalam tingkah laku manusia.
Proses pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mempengaruhi, merubah
dan membentuk kepribadian dan tingkah laku seseorang sehingga sesuai dengan
tujan hidup manusia yang dicita-citakan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto pendidikan
merupakan usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani kearah kedewasaan.[5]
Pendidikan dalam Islam lebih ditentukan kepada perbaikan sikap mental yang
akan terwujud dalam amal perbuatan baik untuk kepentingan diri sendiri maupun
orang lain.
Pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan tentang agama Islam sehingga menjadi umat yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah S.W.T serta berakhlak mulia. Dengan demikiann pendidikan
Islam yang dikembangkan berprinsip kepada pendidikan manusia seutuhnya yang
disesuaikan dengan aspek-aspek pendidikan meliputi pendidikan keimanan, akhlak,
intelektual, jasmani dan sosial.[6]
Disisi lain, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja tetapi
juga bersifat praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal
sholeh oleh karena itu pendidikan Islam menjadi pendidikan iman dan pendidikan
amal. Pendidikan Islam juga berisikan ajaran tentang sikap dan tingkah laku
manusia baik bersifat pribadi mapun masyarakat, sehingga pendidikan Islam juga
bisa disebut sebagai pendidikan individu dan masyarakat.
Sama halnya dengan pendidikan yang lain, pendidikan Islam lebih utama dikenalkan
melalui dunia keluarga sebab disinilah peserta didik lebih dahulu mengalaminya
dan jangka wakntunya sangat banyak dibandingkan pada lembaga pendidikan yang
mengajarkan tentang keislaman sebab dalam dunia pendidikan, orang tua sangatlah
berpengaruh didalamnya. Maka tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul/lebih dibebankan kepada orang tua.[7]
Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan Islam karena sumber
dan tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan agama Islam sama dengan yang
ingin dicapai dari pendidikan Islam.
Zakiyah Darajat mendefinisikan bahwa pendidikan agama Islam adalah :
“Suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan islam sebagai
pandangan hidup”.[8]
Pendidikan Islam secara keseluruhan dalam lingkup al-Qur’an dan hadits,
keimanan, fiqih/ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama Islam mencangkup perwujudan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Pendidikan Islam haruslah dapat membentuk dan merencanakan dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran Islam dari sumber utamanya yaitu al-Quran dan hadits melalui kegiatan
bimbingan, penngajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.[9]
Pendidikan Islam dapat berjalan secara efektif apabila dilaksanakan secara integral.
Ajaran dan nilai-nilai agama Islam hendaknya dapat dicerna sedemikiann rupa
sehingga siswa dapat mudah menyerap dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Landasan Tujuan Pendidikan Islam
Dasar pendidikan adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas
penidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan
pendidikan. Oleh karena itu dasar pelaksanaan pendidikan agama yaitu dasar
pelaksanaan yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat
menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan Islam secara formal.[10]
a. Dasar Yuridis/Hukum
1) Dasar ideal, Yaitu pancasila sila pertama sebagai dasar falsafah negara
yang berbunyi “Ketuhanan yang maha Esa”
2) Dasar Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2
yang berbunyi :
-
Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha
Esa
-
Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.
3) Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam unang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab X pasal 37 ayat 1 dan 2.
b. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah
dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama
adalah perintah tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya, sebagaimana
disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/
“Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”[11]
Dan juga hadits Nabi SAW yang berbunyi :
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عُمَرٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْاللهِ ص.م بَلَّغُوا
عَنِّى وَلَوْا أَيَة. (رواه البخارى).[12]
“Diriwayatkan dari Abdillah Ibnu Umar r.a, telah bersabda
Rosulullah SAW : sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya
sedikit.” (H.R. Bukhori)
c. Dasar Psikologis
Dasar
psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik secara
individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat
hatinya menjadi tidak tenang dan tidak tentram sehingga manusia membutuhkan
pegangan hidup.
Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Zakiyah Darajat bahwa semua manusia di dunia ini selalu
membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka merasakan
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat Allah,
tempat mereka berlindung dan meminta pertolongan.[13]
Secara
psikologis, dalam kehidupan ini setiap manusia sangat membutuhkan keberadaan
agama untuk dapat dijadikan sebagai acuan, bimbingan, arahan dan pengajaran
bagi tiap muslim agar dapat beribadah dan muamalah dengan sang khaliq,
sesama atau masyarakat untuk menerapkan konsep iman, Islam dan ikhsan
dengan tujuan ketenangan bathin.
Sedangkan
secara etimologi merupakan sebuah tujuan atau arah, maksud atau haluan
sedangkan dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ghoyyah, ahdaf, maqashid.
Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan aim, goal, purpose. Secara
terminologi tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah
usaha atau kegiatan selesai.[14]
Dalam
pelaksanaan pendidikan, hal yang paling awal dilakukan adalah menentukan tujuan
dari pendidikan tersebut agar pendidikan yang akan dilaksanakan mempunyai arah
tujuan yang jelas dengan menentukan tujuan terlebih dahulu maka pendidikan akan
mengetahui metode-metode apa yang akan digunakan dalam proses pendidikan.
pendidikan
agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan meningkatkan keimanan melalui pemerian dan pemupkan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan
beragama, berbangsa dan bernegara serta bertujuan untuk melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[15]
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujun
pendidikan Islam menekankan pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini dalam rangka
mencapai keberhasilan hidup di dunia dan kemudian mampu membuahkan kebaikan di
akhirat.
Abdul Majid menambahkan bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk
membentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan konsep
Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian
tujuan pendidikan nasional.[16]
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam yang dapat menunjang
pencapaian tujuan pendidikan nasional, Islam telah memberikan arahan agar
manusia mampu memanfaatkan potensinya dan kesempatan hidup untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu, Islam telah memberikan dorongan untuk
mengembangkan potensi akhlak melalui pendidikan formal maupun non-formal.
Sedangkan Muhaimin menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan serta pengakuan peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman, dan bertaqwa kepada
Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan
negara.[17]
Menurut Achmadi tujuan pendidikan agama Islam terbagi atas tiga tahapan
yaitu : tujuan akhir, tujuan umum, dan tujuan khusus.[18]
Ketiga tujuan tersebut tetap mengacu pada tujuan tertinggi yaitu untuk mendapat
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari berbagai tujuan pendidikan agama Islam di atas, menggambarkan betapa
luasnya ruang lingkup dan sasaran yang harus dicapai oleh pendidikan agama
Islam. Namun yang harus kita jadikan pegangan adalah sebagai tujuan kehidupan
umat Islam sebagai kebahagiaan dunia dan akherat.
Jadi tujuan pendidikan umat Islam
menurut penulis adalah penanaman ajaran-ajaran agama Islam secara menyeluruh
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sehingga manusia mampu mencapai
kebahagiaan baik di dunia maupun
akhirat.
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
tujuan harus mempunyai landasan atau sumber yang jelas. Oleh karena itu
pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai
sumber kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan itu akan dihubungkan.
Sumber dari penidikan Islam dapat diperoleh dari al-Qur’an, hadits dan yang
dapat dikembangkan dengan metode ijtihad.[19]
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
dijadikan sebagai sebuah petunjuk oleh umat manusia sepanjang masa.[20]
Al-qura’an merupakan sumber pertama dalam pendidikan agama Islam. Ajaran
yag terkandung dalam al-Quran itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut dengan aqidah dan yang
berhubungan dengan masalah amal disebut dengan syari’ah.
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip yang
berkenaan dengan kegiatan pendidikan, sebagai contoh cara pendidikan yang telah
dilakukan Luqman kepada anaknya sebagaimana disebut dalam surat Luqman ayat
13-17.
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ $uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ ¢Óo_ç6»t !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5Ayöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù't $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ×Î7yz ÇÊÏÈ ¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (Luqman
berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Qs. 31 : 13-17).”[21]
b. Hadits
Hadits atau sunnah Rosulullah adalah semua ucapan, perbuatan, taqrir
Nabi Muhammad SAW yang mengandung ajaran-ajaran Islam.
Hadits berfungsi sebagai penafsir al-Qur’an, sebab pada umumnya al-Qur’an
menyebutkan aturan ajaran Islam yang menyangkut segi-segi kehidupan duniawi
secara garis besar, demikian pula dalam beberapa halyang merupakan perintah
agama tidak dijelaskan bagaimana cara melaksanakannya, sehingga untuk
pelaksanaanya diperlukan tuntukknan dari Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadits
yang menjelaskan tentang pendidikan, sebagaimana yang dikutip oleh M. Chabib
Thoha yang artinya adalah.
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. Baihaqi).[22]
Al-Qur’an dan hadist sebagai rujukan final dalam pendidikan agama Islam dan
sebagai kebenaran mutlak yang tidak mungkin terjadi perubahan. Karena itu dari
dasar inilah berbagai konsep, rumusan dan produk pemikiran tentang pendidikan
islam dihasilkan. Apabila sebagai rujukan utamanya tidak kuat atau dapat
berubah-ubah bisa dipastikan proses dan perjalanan pendidikan tidak hanya
kehilangan arah bahkan akan tidak memiliki arah.[23]
Dengan demikiann sasaran pendidikan Islam tidak hanya peserta didik mampu
mengetahui tentang pengetahuan agama saja tetapi juga mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat dijadikan sebagai pedoman
dan kendali dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
B. Interaksi Guru dengan Murid
1. Pengertian Interaksi Belajar antara Murid dengan Pendidik
Dalam interaksi belajar siswa dengan guru adalah hubungan yang sengaja
antara pendidik dan peserta didik dengan fokus proses pembelajaran pada
kegiatan siswa di dalam bentuk grup, individu dan kelas. Selain itu juga ada
partisipasi didalam proyek, penelitian pendidikan, penemuan dan beberapa macam
strategi yang hanya dibatasi dari imajinasi guru.
Pada hakikatnya intereaksi belajar siswa dengan guru adalah proses
humanisasi pendidikan menuju kedewasaan, namun realitas sering terjadi
degredasi dari makna idealnya. Pembaruan, revolusi, revormasi dan kontruksi
dalam bidang pendidikan semakin banyak digembor-gemborkan, alhasil sekarang
muncul beberapa alternatif baru yang diharapkan dapat memberikan konstribusi
signifikan.
PP No. 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interakttif, inspiratif,
menyenangakan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, serta kemandirian
sesuai sengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu
menyelenggarakan pembelajaran yang melibatkan segenap potensi pembelajaran yang
menjadi salah satu alternatif tersendiri dan memberikan signifikansi positif di
tengah-tengah keterpurukan dunia pendidikan dewasa ini, ditambah dengan
munculnya UU guru dan dosen baru-baru ini.
Pada dasarnya guru sudah banyak yang memahami bahwa penerapan masih banyak
kendala dan persoalan tekhnis. Interaksi belajar siswa dengan guru merupakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu melakukan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar
sambil bekerja. Hal semacam itu dapat menjadikan sebagai sumber belajar
sekaligus membantu peran guru bagi siswa.
Untuk lebih mengoptimalkan kwalitas pembelajaran yang sesuai dengan materi
PAI tetap dipengaruhi adanya kurikulum, dukungan fasilitas belajar, kesiapan
peserta didik dan juga sukap guru yang kreatif dan kemauan mengadakan improfisasi.[24]
2. Interaksi Murid di Sekolah
Interaksi di dalam dunia pendidikan merupakan komponen penting dan tidak
terpisahkan dalam interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dapat mengakibatkan kegagalan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Prses rasionalisas, enkulturasi
dari upaya menanggulangi pengaruh negatif dan patologi sosial lainnya
membutuhkan kepatuhan para siswa dalam mencapai keberhasilan dari tujuan pendidikan melalui proses pembinaan dan
sosialisasi penerapan norma-norma di sekolah.
Untuk menumbuhkan interaksi Murid di dalam sekolah diperlukan adanya
motifasi baik berupa angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement,
ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan
tujuan yang diakui.[25]
Ketika salah satu atau keseluruhan cara tersebut diterapkan maka seorang siswa
dapat dan mau untuk melakukan kegiatn belajar.
Tugas pendidikan terutama dalam dunia sekolah adalah untuk mengembangkan
kemampuan pro-aktif siswa. Jika dimensi proaktif siswa dalam belajar meliputi
moral, etika, tingkah, tanggung jawab dan cara hidup Islami maka siswa yang aktif
akan memiliki ketangguhan sebagai Insan yang Islami sebab hal ini muncul
karena adanya pendidikan di sekolah.
Hasil riset daerah yang dilakukan Balitbang Propinsi Jawa Tengah tahun 2004
menunjukan bahwa faktor utama yang mendorong siswa untuk melanggar norma
sekolah adalah ciri perkembangan anak yang ditunjukan oleh :
a. Keinginan mencari “siapa” saya sebenarnya.
b. Adanya idiom dikalangan mereka bahwa “masa sekolah adalah masa paling
indah”.
c. Tidak ingin dibatasi dalam mengekspresikan diri.
d. Siswa masih labil dalam menentukan jati dirinya.
e. Mereka nyaman mengekspresikan diri meski melanggar norma sekolah.
f. Ekspresi pelampiasan karena tidak puas dengan keadaan.
g. Mencontoh teman yang dinilai memiliki kesamaan dengan jati dirinya.
h. Siswa mencontoh idolanya dalam berpenampilan.
i.
Mencontoh model pakaian dan aksesoris idolanya
baik yang muncul ditlevisi maupun media lain.
j.
Lingkungan sekolah (guru galak, suka marah,
merokok saat mengajar, sering tidak masuk kelas ketika ada jadwal mengajar).[26]
3. Komponen-komponen Interaksi Belajar.
Dalam kegiatan belajar terdapat komponen untuk mengetahui seperti apa
interaksi belajar murid. Adapun komponen yang harus dicapai atau dilewati
adalah :
a. Mengalami
Dalam hal mengalami, siswa belajar banyak melalui perbuatan, pengalaman
langsung mengaktifkan melalui indera, contoh kongkritnya adalah melakukan
pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara dan penggunaan alat peraga.
b. Interaksi
Interaksi antara siswa dengan siswa maupun
antar siwa dengan guru diupayakan secara langsung agar tetap terjaga supaya
pembelajaran semakin hidup, menarik, terkoreksi sehingga kwalitas hasil belajar
semakin meningkat.
c. Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai cara
menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi akan lebih bermakna jika
interaksi lebih komunikatif. Komunikasi yang disampaikan kepada orang lain ada
respon balik maka komunikasi tersebut ada tanggapan dari orang lain. Komunikasi ini tidak hanya berbentuk lisan
akan tetapi dapat dengan media lain untuk dijadikan simbol.
d. Refleksi
Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/diikirkan. Melalui
refleksi kita dapat mengetahui efektifitas pembelajaran yang sudah berlangsung.
Refleksi dapat berupa laporan, review, revisi dan sebagainya.
Sedangkan komponen dalam interaksi belajar mengajar antara peserta didik
dengan pendidik adalah sebagai berikut :
a. Aktif
Ciri aktif dalam interaksi belajar mengajar berarti pada kegiatan
pembelajaran memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan,
memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta mengamati penngaruh dari
manipulasi yang sudah dilakukan. Setiap guru terlibat secara aktif dalam
merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Guru
diharapkan menciptakan suasana yang mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif
bertanya.
b. Kreatif
Kreatif merupakan ciri kedua pada interaksi belajar mengajar, yang artinya pembelajaran membangun
kreatifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama
siswa yang sama-sama menyelesaian tugas-tugas pembelajaran. Sedangkan guru dituntukkt
mampu dan kreatif dalam menciptakan merancang dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar (KBM) secara beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa.
c. Efektif
Maksud dari efektif dalam interaksi belajar mengajar adalah membentuk
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
efektifitas pembelajaran yang berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa.
d. Menyenangkan
Menyenangkan merupakan ciri keempat dalam interaksi belajar mengajar,
maksud dari menyenangkan adalah pembelajaran yang dirancang untuk menciptakan
suasana menyenangkan sehingga siswa maupun guru tidak cepat mengalami
kebosanan. Dengan demikiann siswa mudah dalam konsentrasi belajar (time of
task) yang berimbas pada peningkatan kwalitas dan rasa ingin tahu
(kecanduan) siswa semakin tinggi.
Menurut Rose and Nocholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran yang
menyenangkan memiliki beberapa ciri yaitu :
a) Menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks)
b) Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan
c) Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif
d) Melibatkan secara sadar bahwa semua indra beserta pikiran paik otak kiri
maupun kanan.
e) Menantang pesrta didik untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengekspresikan
apa yang sedang diajari.
Dari uraian singkat tentang pembelajaran tentang interaksi belajar mengajar
dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan harus diwujudkan di kelas
sebagai penerapan peraturan Pemerintah Nomor : 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka murid sebagai sebagai subjek
belajar tidak mengkonsumsi gagasan akan tetapi mampu memproduksi gagasan dalam
proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Sedangkan guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran hendaknya dapat mewujudkan fasilitas pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
4. Kesiapan dan sikap Guru
Sebagai mana dalam penjelasan pada bab sebelumnya bahwa guru adalah
sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik dalam
menjalankan tugas dan fungsi seorang guru secara profesional yang pantas
menjadi figur atau teladan bagi pesrta didiknya. Maka seorang guru harus
memiliki kesiapan dan sikap baik di dalam maupun luar kelas.
Selain itu seorang guru juga memiliki penilaian yang positif dihadapan
masyarakat, maka selain memiliki kesiapan dan sikap di depan Murid juga harus
bisa menjadi tauladan dalam lingkungan masyarakat.
Dalam dunia profesionalisme, seorang guru harus memiliki keahlian (skill)
dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) secara khusus yang diperleh dari lembaga
akademis yang intensif. Guru adalah bagian dari sebuah profesi itu menunjukan
bahwa guru merupakan pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan
kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran.
Guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik
serta memiliki banyak pengalaman pada bidangnya. Adapun ciri-ciri guru
profesional antara lain :
a. Menuntukkt adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
keahliannya.
c. Menuntukkt adanya tingkat pendidikan yang memadai.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Dengan pengembangan guru sebagai profesi diharapkan mampu
a. Membentuk, membangun dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat
yang tinggi ditengah masyarakat.
b. Meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera.
c. Meningkatkan mutu lulusan sesuai standar kompeten dalam rangka pencapaian
visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.
C. Deskripsi Surat Luqman Ayat 17-19
1. Pengertian dan isi surat Luqman Ayat 17-19.
Peranan dari berbagai pihak, khususnya dalam proses pembelajaran sering
tumpang tindih. Namun untuk kepentingan
analisis dapat dilakukan perbedaan dan pemisahan. Salah satunya sebagaimana
dalam kaitan maksud surat Luqman ayat 17-19 di bawah ini :
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøèC 9qãsù ÇÊÑÈ ôÅÁø%$#ur Îû Íô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎÏJptø:$# ÇÊÒÈ
Menurut ahli tafsir, hamba disini interaksi akan sangat
terjadi antara pihak guru dengan murid, dan yang dimaksud dengan rakhmat disini
adalah wayu dan kenabian.
2. Kandungan nilai interaksi belajar dalam surat Luqman ayat 17-19
Kandungan dalam surat ini merupakan sebuah pendidian yang murni dengan sang
Kholiq, Surat Luqman merupakan jenis surat Makiyyah, terdiri dari 34
ayat. Dinamai Luqman karena pada ayat ke 12 disebutkan bahwa Luqman telah
diberi oleh Allah ni’mat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu, dia bersyukur
kepada-Nya atas nikmat yang diberikan itu dan pada ayat 13-19 terdapat nasihat Luqman kepada anaknya. Ini
merupakan sebuah isyarat dari Allah supaya setiap Ibu / bapak melaksanakan pula
kepada anak-anaknya sebagaimana luqman.[27]
Jadi maksud judul di atas memuat adanya kwalitas interaksi antara guru dan
murid sebagaimana yang terkandung dalam surat luqman ayat 17-19 antara lain
adalah :
a. Adanya hubungan tatap muka antara guru dan murid.
b. Adanya proses pembelajaran yang langsung
c. Adanya kesanggupan dan kesabaran.
d. Siap memahami hal-hal yang rahasia.
e. Selalu tunduk dan tekun.
Sesungguhnya guru dan murid mampu terbangun untuk mengetahui semua perkara
yang tampak dan yang tidak tampak. Pada
kalimat "يبنىّ أ قم الصلوة" artinya hai
anakku dirikanlah sholat, yakni kerjakanlah sholat dengan sempurna sesuai
dengan cara yang diriloi sebab dalam sholat itu terkandung ridlo Tuhan selain
itu juga berarti orang yang mengerjakan sholat adalah orang mengharap dan
tunduk kepada-Nya. Hikmah lain yang
terkandung adalah pencegahan dari perbuatan keji dan munkar. Maka apabila seseorang
menunaikan hal itu dengan sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri
kepada tuhannya baik dalam keadaan suka maupun duka.
Sesudah luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menyenangkan dirinya demi
memenuhi hak Allah yang dibebankan kepada dirinya lalu Luqman memerintahkan
kepada anaknya supaya menyempurnakan pula kepada orang lain.
Hal itu difirmankan oleh Allah dengan kalimat "وأ مر بالمعـروف" yang maksudnya adalah memerintahkan kepada orang lain
(sikap Ikhsan) untuk berbuat Kema’rufan supaya jiwanya menjadi
suci demi mencapai keberuntukkngan dengan catatan harus menerapkan kesabaran.
Wasiat ini
dimulai dengan perintah mendirikan sholat, kemudian diakhiri dengan perintah untuk
kesabaran sebab kedua perkara tersebut media pokok untuk dapat meraih ridlo
Allah.
Konsep ini jika
diterapkan pada dunia pendidikan maka akan menghasilkan disiplin akademi antara
guru dengan murid yang kemudian dari murid berpengaruh pada lingkungan (orang
lain) dalam artian lain bahwa norma pendidikan pada sekolah membumi pada budaya
masyarakat umum.
3. Perintah Luqman kepada Anaknya
Luqman mewasiati anaknya dengan berbagai macam hal kemudian Ia mengingatkan
kepada anaknya akan hal-hal lain seperi dalam firman Allah yang berbunyi "ولاتصعّر خدّك للنّــاس ولاتمش فى الارض مرحا" yang artinya “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”.
Dari pemaknaan kalimat tersebut ada dua
perintah yang bersifat keikhsanan yaitu :
a. Pada kalimat "ولاتصعّر خدّك للنّــاس"
Pada kalimat tersebut yang memliki makna “Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)”dapat
kita terapkan bahwa dalam interaksi guru dan murid tidak diperbolehkan saling
memalingkan muka baik dalam kelas maupun luar.
Bagi
guru terhadap murid tidak diperbolehkan untuk bersikap pilih kasih sebab hal
ini akan memunculkan kecemburuan antar siswa. Sedangkan bagi siswa untuk selalu
menghargai guru sebab guru adalah sebagai sosok yang digugu dan ditiru.
b.
Pada kalimat "ولاتمش فى الارض مرحا"
Sama
halnya dengan perintuh luqman pada pembahasan diatas, pada kalimat ini juga
terkandung pesan keikhsanan yaitu perintah larangan yang berbunyi “janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh”.
Kata “angkuh” dalam pemaknaan sering bermaksud negatif. Dari firman Allah
tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap manusia tidak diperkenankan
bersikap angkuh dalam hidupnya. Orang angkuh sama halnya dengan menyombongkan
diri, tindakan kekejaman dan suka berbuat dzalim kepada orang lain sebab bagian
dari orang angkara murka.
Sedangkan perintah yang dianjurkan adalah berjalan dengan
sikap sederhana sesungguhnya cara yang demikiann mencerminkan rasa rendah diri
sehingga pelakunya akan sampai pada tingkat kebaikan.
Daftar Pustaka
M. Dian Nafi’ dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren,
(Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2007),
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002),
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung :
Rosdakarya, 1995),
Ferdrick J. Mc.
Donald, Education Psychology, (Tokyo : Overses Publication, LTD, 1954)
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
(Bandung : Rosda Karya, 1995),
Zainudin, dkk, Beluk-beluk pendidikan dari al-Ghomali, (Jakarta
: Bumi Aksara, 1991),
Ahmad Tafsir, Metoologi pengajaran Agama Islam.
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003),
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta :
Bumi Aksara, 1992), hal. 86
DepDikNas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SD dan
MI, (Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003)
Abdul Rahman Shaleh, PendIdikan Agama dan Pembangunan
Bangsa, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),
Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz 3, (Beirut : Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, 1992),
Zuhairini, Metodik Khusus Penidikan Agama,
(Malang : IAIN Sunan Ampel, 1983)
Armai Arif, Pengantar dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta
: Ciputat Press, 2002),
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam
Berbasis kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004),
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 75
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teoritis,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),
A. Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam 1 (aqidah),
(Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1995),
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan
Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996),
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, cet. I (Jakarta
: Pustaka Firdaus, 2005),
Tim Media Informasi Penelitian Pengembagan dan
Iptek, Kepetuhan dalam Proses Belajar, WWW. Litbang.Patikab,go.id, 11 Mei 2005
[1]
M. Dian Nafi’ dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren,
(Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2007), hal. 35-36
[4]
Ferdrick J. Mc. Donald, Education Psychology, (Tokyo
: Overses Publication, LTD, 1954), hal. 54
[5]
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
(Bandung : Rosda Karya, 1995), hal. 10
[6]
Zainudin, dkk, Beluk-beluk pendidikan dari al-Ghomali,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hal. 96
[7]
Ahmad Tafsir, Metoologi pengajaran Agama Islam.
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hal 135
[8]
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam ,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 86
[9] DepDikNas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SD dan MI,
(Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), hal. 7
[10]. Abdul Rahman
Shaleh, PendIdikan Agama dan Pembangunan Bangsa, ( Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 8
[14] Armai Arif, Pengantar dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta
: Ciputat Press, 2002), hal 15
[15]
Abdul Majid dan
Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis kompetensi, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 135
[18]
Achmadi, Ideologi
Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teoritis,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal. 28-29
[19]
A. Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam 1 (aqidah),
(Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, 1995), hal. 23
[22]
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), hal.104
[26]
. Tim Media Informasi Penelitian Pengembagan dan Iptek, Kepetuhan dalam
Proses Belajar, WWW. Litbang.Patikab,go.id, 11 Mei 2005
No comments:
Post a Comment