Wednesday, 26 September 2012

TAFSIR AL-IKHLAS DALAM KITAB ALBAYAN


BAB I
PENDAHULUAN

Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan,. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas dan jelas. Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW., berikut penjelasan maknanya serta hikmah-hikmahnya.[1]
Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia. Secara lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagai penjelasan sesuatu yang diinginkan oleh kata.[2]
Dengan mengetahui pertian tafsir diatas, maka tafsir yang penulis maksud adalah penafsiran surat al-ikhlas dalam kitab Baidlowi. Jadi segala sesuatu ucapan /  kandungan surat al-Ikhlas yang dipertegas dan diperjelas oleh pengarang kitab tafsir baidhowi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.       الإخلاص : ( 1 ) قل هو الله أحد
 )قل هو الله أحد( الضمير للشأن كقولك هو زيد منطلق وارتفاعه بالابتداء وخبره الجملة ولا حاجة إلى العائد لأنها هي هو أو لما سئل عنه (صلى الله عليه وسلم) أي الذي سألتموني عنه هو الله إذ روي أن قريشا قالوا يا محمد صف لنا ربك الذي تدعونا إليه فنزلت وأحد بدل أو خبر ثان يدل على مجامع صفات الجلال كما دل الله على جميع صفات الكمال إذ الواحد الحقيقي ما يكون منزه الذات عن أنحاء التركيب والتعدد وما يستلزم أحدهما كالجسمية والتحيز والمشاركة في الحقيقة وخواصها كوجوب الوجود والقدرة الذاتية والحكمة التامة المقتضية للألوهية وقرئ هو الله بلا )قل( مع الأتفاق على أنه لا بد منه في  (قل يا أيها الكافرون) ولا يجوز في تبت ولعل ذاك لأن سورة الكافرون مشاقة الرسول أو موادعته لهم وتبت معاتبة عمه فلا يناسب أن تكون منه وأما هذا فتوحيد يقول به تارة ويؤمر بأن يدعو إليه أخرى.[3]
Secara global, lafadz ayat pertama artinya adalah “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. [4]
Dalam kitab Baidowi, penjabarannya adalah pengakuan untuk mengesakan Allah secara Agung / meng-esa-kan kesempurnaan dalam sifat Robbi dengan ketauhidan yang hakiki dari apa yang ada dalam sifatnya Allah yaitu dengan cara membersihkan / menghilangkan dzat Allah dari susunan (Allah tidak terdiri atas berbagai susunan/komposisi yang tersusun), bilangan (adanya Allah bukan dari kelompok / golongan / jenis / jumlah/keragaman yang menyatu) dan bersih dari sesuatu yang lahir dari salah satu itu, seperti jisim (materi), tahayuz (Bentuk), serikat pada kekhususannya seperti wajibnya sifat wujud, kekuasaan dzatiyyah, hikmah sempurnaan yang menunjukan sifat ketuhanan.
Dalam ayat ini, sebagaian ulama ada yang membacanya tanpa lafadz “qul”, hal ini berbeda dengan lafadz “qul” pada ayat ““qul” yaa ayuhal kaafiruun” yang dimufakati wajib dilafadzkannya dan wajib tidak melafadzkan “qul” padaayat “taabat …..”, kemungkinan itu semua dikarenakan surat al-Kafirun adalah menunjukan kesusahan rasul atau perpisahannya rosul dengan orang kafir, sedangkan lafadz “tabbat…..” mencela paman rosul sehingga tidak pantas menggunakan lafadz “qul”. Adapun surat ini menunjukan surat tauhid yang suatu ketika Beliau (rosul) mengatakan lafadz “qul”.
B.       الإخلاص : ( 2 ) الله الصمد.
(الله الصمد)  السيد المصمود إليه في الحوائج من صمد إليه إذا قصد وهو الموصوف به على الإطلاق فإنه يستغنى عن غيره مطلقا وكل ما عداه محتاج إليه في جميع جهاته وتعريفه لعلمهم بصمديته بخلاف أحديته وتكرير لفظة  (الله(  للإشعار بأن من لم يتصف به لم يستحق الألوهية وإخلاء الجملة عن العاطف لأنها كالنتيجة للأولى أو الدليل عليها.
Secara global arti dari ayat ke dua ini adalah “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Pada ayat ini, menerangkan tentang kebutuhan/hak yang dikhususkan kepada Allah untuk mencapai tujuan. Allah ini memiliki sifat As-Shomad   secara mutlak karena sesungguhnya Allah tidak butuh dzat lain dan semua hal selain Allah pasti membutuhkan-Nya dalam semua aspek/dimensi sebab mereka tahu akan adanya sifat Shomadiyyahnya Allah, berbeda dengan sifat Ahadiyyah Allah. Mengulang lafadz Allah pada ayat ini sebagai pemberitahu bahwa dzat yang tidak memiliki sifat Ash-somad maka tidak berhak menjadi Tuhan. Pada ayat ini tidak menggunakan harful ‘athof karena ayat ini adalah kesimpulan dari ayat pertama atau yang menunjukan kepada ayat kesatu.
C.        الإخلاص : ( 3 ) لم يلد ولم . . . . .
(لم يلد)  لأنه لك يجانس ولم يفتقر إلى ما يعينه أو يخلف عنه لامتناع الحاجة والفناء عليه ولعل الاقتصاد على لفظ الماضي لوروده ردا على من قال الملائكة بنات الله أو المسيح ابن الله أو ليطابق قوله (ولم يولد( وذلك لأنه لا يفتقر إلى شيء ولا يسبقه عد م.
Makna secara utuh dalam ayat ini adalah “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”.
Pada ayat ini menyatakan bahwa dzat Allah tidak menyamai (golongan) dan tidak butuh pada sesuatu hal yang memberi pertolongan. Allah tidak butuh terhadap pemberi pertolongan (anak) atau pengganti (putra mahkota). Redaksi Ayat ini menggunakan kata yang menunjukan zaman lampau (madhi) karena untuk menyangkal orang-orang yang mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah dan Almasih adalah putra Allah atau untuk membanding ayat “Walam yuulad”.
Walam yuulad ini sebagai pernyataan bahwa Allah tidak membutuhkan sesuatu dan tidak didahului sifat ‘adam yang mana Allah belum pernah tidak ada dalam suatu dimensi apapun.
D.       الإخلاص : ( 4 ) ولم يكن له . . . . .
( ولم يكن له كفوا أحد)  أي ولم يكن أحد يكافئه أو يماثله من صاحبة أو غيرها وكان أصله أن يؤخر الظرف لأنه صلة (كفوا)   لكن لما كان المقصود نفي المكافأة عن ذاته تعالى قدم تقديما للأهم ويجوز أن يكون حالا من المستكن في (كفوا)  أو خبرا ويكون  (كفوا)  حالا من  ( أحد) ولعل ربط الجمل الثلاث بالعطف لأن المراد منها نفي أقسام المكافأة فهي كجملة واحدة منبهة عليها بالجمل وقرأ حمزة ويعقوب ونافع في رواية كفوا بالتخفيف وحفص ) كفوا ( بالحركة وقلب الهمزة واوا ولاشتمال هذه السورمع قصرها على جميع المعارف الإلهية والردعلى من ألحد فيها جاء في الحديث أنها تعدل ثلث القرآن فإن مقاصده محصورة في بيان العقائد والأحكام والقصص ومن عدلها بكله اعتبر المقصود بالذات من ذلك وعنه (صلى الله عليه وسلم) أنه سمع رجلا يقرؤها فقال وجبت قيل يا رسول الله وما وجبت قال وجبت له الجنة.
Makna secara utuh dalam surat ini adalah “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Dalam ayat ini dibahas tentang tidak adanya sesuatu hal yang membandingi menyamai Allah seperti isteri ataupun yang lain. Asal tarkibnya adalah mengakhirkan dzarof ( kalimat lahu) karena lafadz lahu menjadi silah (persambungan) dari lafadz kufuan, namun ketika yang dimaksud adalah meniadakan perbandingandari dzat Allah maka lafadz “Lhau” didahulukan sebab lebih penting, dan boleh lafadz lahu menjadi khal dari dhomir yang tersimpan dari lafadz kufuan atau menjadi khobar sedangkan lafadz kufuan menjadi khal dari lafadz ahad. Tiga jumlah tersebut dirangkai dengan huruf ‘atof mungkin karena yang dimakud adalah meniadakan macam-macam perbandingan. Maka jumlah tersebut seperti halnya satu jumlah yang mengingatkan macam-macam perbandingan.
Sohabat Hamzah, Yakub, Nafi’, dalam satu riwayat membaca lafadz kufuan dengan cara di di tahfif / diringankan (kufwan), kemudian Imam Hafs membaca lafadz kufuan dengan harokat dan merubah hamzah menjadi wawu ( kufuan). Karena surat yang pendek ini mengandung semua pengetahuan tentang ketuhanan dan penyangkalan pada orang yang menentang hakikat Allah maka dalam hadits Rosulullah menyatakan bahwa surat ini membandingi sepertiga Al-Qur’an. Sesungguhnya maksud maksud Al-Qur’an diringkas dalam keterangan tentang aqidah, hukum dan kisah. Rosulullah juga pernah menjumpai seseorang sedang membaca surat ini kemudia beliau mewajib kannya atas dia untuk masuk surga.



BAB III
KESIMPULAN

Ayat ini merupakan ayat tauhid yang didalamnya membahas tentang keesaan Allah untuk menepis segala definisi tentang Tuhan sebagai sesembaan. Allah dalah surat Ini merupakan tujuan dan pengharapan atas segala kebutuhan sekalipun Allah tidak butuh dengan keberadaan yang lain.
Keistimewaan surat ini diantaranya adalah membandingi sepertiga al-Qur’an dan rosulpun mewajibkan pada yang membaca surat ini untuk masuk surga.

DAFTAR REFERENSI

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ALWAAH),
http://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir
http://journal.uii.ac.id/index.php/JHI/article/viewFile/157/122
الكتاب : تفسير البيضاوى ـ موافق للمطبوع المؤلف : البيضاوي دار النشر : دار الفكر - بيروت



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir
[2] http://journal.uii.ac.id/index.php/JHI/article/viewFile/157/122
[4] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ALWAAH), hal. 1118.

No comments: