Wednesday, 26 September 2012

PROBLEM UMUM DALAM BELAJAR BAHASA ARAB


BAB I
PENDAHILUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa arab tidak penting, Bahasa Arab tidak ada di Ujian Nasional, celotehan yang amat menyakitkan semacam itu merupakan sebuah bentuk kemandulan dalam dunia pendidikan. Pelajaran bahasa Arab yang terrmasuk dalam kurikulum Kementerian Agama jika ada kalimat semacam itu kemudian didengar oleh anak didik dari MI, MTs dan MA maka hal ini menjadi problem baru dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Salah satu proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pembelajaran bahasa Arab. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sangat lazim jika bahasa Arab lebih banyak dipelajari dan digunakan. Akan tetapi dalam buku bahasa Arab dan  metode pengajarannya dijelaskan bahwa: Bahasa Arab bukanlah bahasa khusus orang-orang Muslim dan agama Islam, melainkan juga bahasa kaum non-muslim dan agama bukan Islam.[1]
Umat Islam dengan bahasa Arab seolah tidak bisa terlepas sebab Allah SWT menurunkan sumber hukum Islam atau Al-Qur’an dengan bahasa Arab sebagai mana dijelaskan dalam QS. Yusuf/12: 2
š[2].cqè=É)÷ès? öNä3¯=yè©9  $wŠÎ/ttã$ºRºuäöè% çm»oYø9tRr&  $¯RÎ)
Hal tersebut lebih merupakan soal teknis penyampaian pesan dari pada soal nilai itu ditunjang oleh keterangan Al-Qur’an surat Fushshilat ayat 44 yang berbunyi :
öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõƒr& (#qä9$s)©9 Ÿwöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»tƒ#uä ( @ÏJygõƒ­#uä @Î1ttãur 3 ö@è% uqèd šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( šúïÏ%©!$#ur Ÿw šcqãYÏB÷sムþÎû öNÎgÏR#sŒ#uä ֍ø%ur uqèdur óOÎgøŠn=tæ ¸Jtã 4 šÍ´¯»s9'ré& šc÷ryŠ$uZム`ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ [3].
Dengan adanya ayat tersebut diatas, posisi bahasa Arab tidak hanya berhenti pada wilayah pendidikan formal (KEPENTINGAN UJIAN NASIONAL) saja melaikan untuk kepentingan yang lebih dari itu. Semakin banyak kepentingan semakin banyak pula yang membutuhkan/menggunakan itu berarti semaki banyak pula problem yang bermunculan.

B.     Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan maka penulis merumuskan masalah ini dengan  tiga pertanyan yaitu :
1.    Faktor apa yang menjadi sebuah problem dalam belajar bahasa Arab ?
2.    Apakah faktor itu akan selalu tumbuh ?
3.    Bagaimana upaya mengatasinya ?

C.    Tujuan
1.    Mengungkap faktor yang menjadi problem.
2.    Mencoba untuk merobah pandangan semacam itu.
3.    Menjawab untuk mengatasinya.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Faktor Internal
Faktor internal merupakan motivasi idealis yang membantu seseoarang dalam belajar. Seseorang yang memiliki motif internal akan lebih kuat dalam proses belajarnya dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Motif internal lahir dari perenungan tentang konsep diri (filosofis) yang mempertanyakan manfaat belajar itu sendiri.
Jadi, yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa itu sendiri. Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian.[4]   
Faktor Internal yang terdapat pada siswa meliputi:    
1)      Bakat
Setiap Individu atau setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Bakat biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Bakat merupakan kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (misalnya, bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus).[5]
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik. Untuk  mendidik anak supaya tidak membebani anak tersebut, bakat sangat penting bahkan untuk menentukan dimana dia cocok untuk disekolahkan.
2)      Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang tanpa adanya batasan waktu.[6] 
Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya.
Dalam hal ini siswa harus memiliki minat dalam belajar, sedangkan guru berperan untuk mengarahkan minat anak didiknya melalui metode yang dianggap cocok untuk siswa maupun metode yang sedang digemari siswanya sehingga tidak mudah menemui kejenuhan dalam belajar.
Minat yang tinggi untuk menimbulkan rasa ingin tahu terhadab bahasa Arab harus bisa diterapkan oleh anak didik itu sendiri supaya pemahaman terhadap materi yang akan atau sedang disampaikan mudah diterima.
Supaya minat dapat tercapai dengan hasil yang baik, maka harus didukung dengan tiga aspek yaitu:
a)      Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
b)      Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
c)      Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.[7]
3)      Kemauan
Faktor paling dasar untuk memperoleh dan berhasil terhadap segala sesuatu yang diinginkan oleh seseorang adalah kemauan. Keamauan ini muncul pada diri seseorang tanpa adanya paksaan dari luar diri seseorang.
Kemauan seorang anak didik dalam mempelajari bahasa Arab dapat merubah atau menentukan prestasinya. Intelektualitas tinggi tanpa didukung adanya kemauan tidak bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, akan tetapi intelektualitas yang pas-pasan jika memiliki rasa kemauan cukup tinggi dapat menentukan hasil yang lebih.
4)      Pengalaman terdahulu terhadap pembelajar
Mengenai permasalahan pengalaman terdahulu seorang anak didik terhadap pembelajaran hanya pada lembaga formal saja akan tetapi pendidikan non-formal juga berpengaruh dalam membangun pengalaman anak didik.
Pada sekolah atau lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab, pendidikan formal dalam hal ini Madrasah sebelum anak didik mempelajari bahasa Arab pada sekolah / lembaga pendidikan yang sedang ia jalani, sudah pasti ada pengenalan terhadap bahasa Arab.
Sama halnya pada pendidikan non-formal seperti pesantren maupun tempat pendidikan lingkungan masyarakat seperti dalam pengajian (ngaji) pada masjid maupun mushola pastinya sudah dikenalkan walaupun sekedar pada tingkatan membaca, akan tetapi pengenalan semacam ini bisa menjadikan modal bagi anak didik dalam menempuh pendidikan yang sedang dialami.
Faktor internal dalam diri anak didik jika cocok dengan pendidikan yang sedang ia alami pada saat ini sangat perpengaruh positif dalam meraih prestasi belajar, sebab anak didik bisa dengan mudah beradaptasi melalui kepribadian yang ada dalam dirinya.  

B.     Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di luar motif idealis. Dalam faktor ini penulis akan membahas tiga macam yaitu:
              1).      Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan pendidikan sosial anak didik yang meliputi:
a)      Keluarga
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari suami, istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama.[8]
Secara umum, bagi seorang anak didik, keluarga merupakan tempat awal dan paling utama guna mendapatkan pendidikan luar sekolah. Di dalam keluarga inilah seorang anak didik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari dan diinsyafi oleh tiap-tiap keluarga, bahwa anak berada dalam keluararga dengan segala proses hingga dapat melepaskan diri dari ikatan keluarga.
Keluarga sebagai tempat pencetak pengalaman paling awal bagi anak maka keluarga jangan sampai meninggalkan dasar-dasar pendidikan yang baik, sebab kemajuan perkembangan anak didik lebih menguntungkan  bagi yang hidup dalam keluarga serta lingkungan yang baik.
Dalam pendidikan atau belajar bahasa Arab, keluarga di Indonesia yang pada umumnya beragama Islam tidak berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Dari sisi ini keluarga belum bisa efektif dalam memahami bahasa arab akan tetapi sudah bisa sedikit mengenalkan tentang bahasa Arab melalui bahasa ibadah yang yang diajarkan orang tua kepada anak.
b)      Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.[9]
Marsyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya dan dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.[10]
Dalam dunia pendidikan, masyarakat berperan membangun karakteristik seorang siswa atau mempengaruhi pendidikan dengan cita-citanya. Tugas masyarakat di dalam pendidikan ialah membiayai sekolah/pendidikan. Masyarakat memiliki tujuan tertentu: ialah agar anak didik yang muda- muda kelak dapat membantu kepada masyarakat dan mengabdi kepada negara.
Anak didik suatu Madrasah atau yang sedang mempelajari bahasa Arab sangat beruntung ketika hidup dalam lingkungan masyarakat yang peradaban islamnya tinggi, sebab sudah secara langsung ia belajar atau memiliki bekal ilmu dari lingkungan masyarakat. Bahasa Arab memang tidak dipakai sebagai bahasa komunikasi pada lingkungan tersebut akan tetapi ada pengenalan melalui bacaan do’a maupun pengajian yang isi bahasannya bersumber dari bahasa Arab.
c)      Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, semakin maju suatu masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu.
Dalam runtutan pendidikan, sekolah sebagai tempat pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga selain itu juga anak didik perlu menganggap sekolah sebagai keluarga kedua. Maka sebagian dari kehidupan sekolah adalah ekstensi dari kehidupan keluarga, sehingga sekolah perlu mencerminkan hal tersebut pada masyarakat dengan harapan kehidupan keluarga bisa sejalan dengan masyarakat patembayan (gemeinschaft).[11]  
              2).      Guru
Guru sangat menentukan karakteristik siswa atau anak didik sekaligus sebagai seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Secara garis besar, guru merupakan orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.
Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.[12]
Dilihat daru faktor eksternal siswa, secara langsung guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami suatu pembelajara. Maka dari itu guru harus betul-betul dapat memberi solusi  dalam belajar siswa. Profesi guru sangat memerlukan suatu keahlian khusus dan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan.
Agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, guru perlu mengetahui beberapa prinsip mengajar yaitu:
-          Dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang disampaikan dan dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
-          Mampu membangkitkan minat peseta didik untuk aktif dalam berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
-          Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan memberikannya sesuai kemampuan peserta didik.
-          Guru mampu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah diketahui oleh peserta didik (kegiatan apersepsi).
-          Mampu menjelaskan unit pelajaran berulang-ulang sehingga tanggapan peserta didik semakin jelas.
-          Guru wajib memikirkan dan memperhatikan korelasi untuk kehidupan sehari-hari.
-          Guru harus tetap menjaga konsentrasi peserta didik dengan cara memberi kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengtamati atau meneliti dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatkannya.
-          Mampu mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun luar kelas.
-          Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.[13]  
Dalam kegiatan belajar, guru diharapkan peka terhadap situasi yang sedang dihadapi, baik dipengaruhi oleh faktor guru sendiri, siswa, kurikulum, maupun lingkungan. Sebelum masuk pada materi pelajaran guru harus menguasai bahan ajar yang akan disampaikan.
Bila guru sudah betul-betul menguasai dan mentest kebenaran pelajaran, dan sudah memlih bahan yang sesuai dengan tingkat kecerdasan murid, maka hendaklah guru menyusun dan membaginya (mengelompokannya) dengan pembagian yang seksama sesuai dengan tempatnya.[14]
              3).      Buku teks
Buku teks merupakan bahan/media cetak (printed materialis). Media cetak bagian dari faktor eksternal sebagai media pengajaran bukan hanya buku teks saja, bisa jadi terbitan berkala maupun lembaran lepas.
Buku dalam proses kegiatan belajar memang bukan faktor utama akan tetapi buku sangat mendukung lancarnya proses belajar baik bagi siswa maupun guru. Fungsi buku bagi siswa dalam pembelajaran hanya sebagai media untuk mempermudah tugas guru, bukan guru karena buku tida bisa berperan sebagai guru.
Seorang siswa supaya lebih mengenal terhadap materi yang baru dan lisan hendaklah datang dari guru, sedangkan buku teks untuk dijadikan pelengkap.[15]

C.    Upaya mengatasinya
Pada beberapa pembahasan diatas, problem dalam pembelajaran bahasa Arab pastinya ada cara menangani atau solusi agar permasalahan anak didik segera bisa dipecahkan. Dalam pembahasan diatas faktor kesulitan belajar bahasa Arab secara garis besar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa arab pada faktor internal, dalam menentukan maupun menjalani kegiatan belajar, anak didik harus menyeimbangkan dengan potensi diri yang dimiliki dan bisa beradaptasi dengan pendidikan yang sedang dilakukan.
Sedangkan upaya untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa Arab dari faktor eksternal, maka yang terlibat dalam faktor ini harus bisa menunjukan atau mendukung proses belajar anak didik dan anak didik pun dapat menerima sehingga ada timbal balik yang saling mengnuntungkan (mutualisme).
Bahasa Arab mudah, penting dan dapat di gunakan dalam berbagai hal, statment ini yang harus dimunculkan supaya peningkatan SDM dalam pembelajaran bahasa Arab bisa tercapai dan yang terpenting untuk belajar/berbicara bahasa Arab bagi orang yang masih awam menurut Ma’mun Efendi Nur cukup dengan kalimat dzikir dan dzakar untuk digunakan dalam komunikasi dapat memahamkan.


BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menjadi kendala pada seseorang dalam mempelajari bahasa arab itu ada dua yaitu faktor internal dan Eksternal. Adapun faktor internal terdiri atas bakat, minat, kemauan, pengalaman terdahulu terhadap pembelajaran, yang tentunya terdapat aspek afektif, psikomotorik dan kognitif.
Sedangkan dalam faktor eksternal terdiri atas lingkungan, guru, buku dan yang berkaitan dari luar keberadaan siswa itu sendiri.
Untuk mengatasi kedua hal tersebut perlu adanya ketelitian, penerapan dan fasilitas sebagai pendukung dalam merobah cara belajar siswa sebagaimana dijelaskan dalam pembaasan upaya dalam mengatasinya.



DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Muhammad, 1981, Methode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha Nasional,
Abdul Wahab Rosyidin & Umi Machmudah, Active learning dalam pembelajaran bahasa Arab, cet 1 (Malang : UIN Malang Press),
Alex Sobur, Psikologi Umum,  (Bandung: Pustaka Setia: 2003),
Azhar Arsyad, 2003, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Chotibul Umam, Aspek-aspek Fundamental dalam Mempelajari bahasa Arab, (Bandung: PT Alma’arif)
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 2002).
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo),
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cet IV, (Jakarta: PT Rineka Cipta),
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, cet 13, (Yogyakarta:  ANDI OFFSET), 




[1]. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. xiii
[2] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. ALWAAH), hal. 348.

[3] Qs  Fushshilat  Ayat  44
[4] Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo), hal. 5.
[5] Alex Sobur, Psikologi Umum,  (Bandung : Pustaka Setia: 2003), hal. 181.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cet IV, (Jakarta: PT Rineka Cipta), hal. 57.
[10] Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, cet 13, (Yogyakarta:  ANDI OFFSET),  hal. 133
[11] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 2002), hal.. 60.
[12] Abdul Wahab Rosyidin & Umi Machmudah, Active learning dalam pembelajaran bahasa Arab, cet 1 (Malang : UIN Malang Press), hal. 9.
[13] Alex Sobur, Psikologi Umum,  (Bandung: Pustaka Setia: 2003), hal. 181.
[14] Abubakar Muhammad, Methode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hal. 7-8.
[15] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 70

No comments: