BAB I
PENDAHULUAN
Syiasah sangat perlu diterapkan dalam dimensi
apapun, tidak hanya dalam urusan berpolitik praktis, ketata negaraan maupun
urusan lain baik dalam wilayah golongan maupun perseorangan untuk dapat
menjalankan/mewujudkan sebuah perubahan dengan cara aman sekalipun pelakunya
berada dalam kelompok minoritas.
Posisi umat Islam di India sebagai masyarakat
minoritas, terbelakang, miskin dan bodoh jika dihadapkan dengan inggris, maka
kemajuan dalam bidang duniawi dan kekhusuan dalam bidang agama sangat terancam
perkembangannya. Maka perlu adanya trik agar keberadaannya bisa bersaing dengan
pihak penjajah.
Sayyid Ahmad Khan merupakan tokoh Islam India
yang menerapkan bermacam sistem agar keberadaan Islam di India tetap eksis. Bekerjasama dalam bidang politik;
dengan tujuan mengelabui Inggris, mengambil ilmu-ilmu kebudayaan Barat; dengan
tujuan Iptek dan menafsir ulang Islam hingga hampir mengorbankan dirinya dalam
wilayah keyakinan. Ini semua merupakan sebuah metode supaya segala pemikirannya
dapat menyusup tanpa harus menuai kontra dari pihak musuh besarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan berasal dari
keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah dan Ali dan dia
dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Nenek dari Sayyid Ahmad Khan adalah Sayyid
Hadi yang menjadi pembesar istana pada zaman Alamaghir II ( 1754-1759 ) dan dia
sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah pengetahuan Agama,
belajar bahasa Arab dan juga pula belajar bahasa Persia. Ia adalah sosok orang yang gemar
membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan ketika berumur belasan
tahun dia bekerja pada serikat India Timur. Bekerja pula sebagai Hakim, tetapi
pada tahun 1846 ia kembali pulang ke kota kelahirannya Delhi.
Di kota inilah dia gunakan waktu dan
kesempatannya untuk menimba ilmu serta bergaul dengan tokoh–tokoh, pemuka Agama
dan sekaligus mempelajari serta melihat peninggalan–peninggalan kejayaan Islam,
seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan, Hakim Mahmud Khan, dan Nawab
Aminuddin.
Selama di Delhi Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang
yang mana karyanya yang pertama adalah Asar As – Sanadid. Dan pada tahun 1855
dia pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku –
buku penting mengenai Islam di India.
B. Peranan Sayyid Ahmad Khan Terhadap Islam di India
Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan di
akibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan (anarkis)
terhadap penduduk India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India kususnya
Delhi, ia berfikir untuk meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia sadar dan
terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar menjadi maju, maka ia berusaha
mencegah terjadinya kekerasan dan konflik, serta mejadi penolong orang Inggris
dari pembunuhan, hingga di beri gelar Sir, tetapi ia menolaknya atas gelar yang
di berikan tersebut.[1]
Pada tahun 1861 ia mendirikan
sekolah Inggris di Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah
Mohammedan Angio Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yamg merupakan karya yang
paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan
Islam di India.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam
pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu Ia
keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada
pecahnya pemberontakan 1857. diantara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang
berikut:[2]
1.
Intervensi
Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan
kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan
sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari
perguruan-perguruan tinggi.
2. Tidak turut sertanya orang-orang
India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal berpengaruh kepada :
·
Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat
Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merobah agama mereka menjadi
Kristen.
·
Pemerintah Inggris tidak mengetahui
keluhan-keluhan rakyat India.
·
Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat
tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan
bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak
menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak baik.
Atas usaha-usahanya dan sikap setia yang ia tunjukkan
terhadap Inggris, Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah pandangan
Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara itu anjuran supaya jangan
mengambil sikap melawan tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris
untuk menjalin hubungan baik antara orang Inggris dan umat Islam. Agar umat
Islam dapat ditolong dari kemundurannya, telah dapat diwujudkan dimasa
hidupnya.
C. Usaha Usaha Sayyid Ahmad Khan dalam Dunia
Pendidikan
Menurut Ahmad Khan,
umat Islam terbelakang, bodoh, dan miskin, karena mereka tidak memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana yang dimiliki oleh negara Eropa
lainnya. la berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern dan teknologi adalah
hasil pendayagunaan akal yang maksimal.[3]
Sejalan dengan itu, Alquran sangat mendorong umat Islam untuk mempergunakan
akal dalam bidang-bidang yang sangat luas, walaupun jangkauan akal tersebut
terbatas. Sir Ahmad Khan kemudian mendirikan lembaga pendidikan pertama yaitu
Sekolah Inggris di Mudarabad pada tahun 1861.
Untuk menunjang
lembaga pendidikan tersebut, Sir Ahmad Khan pada tahun 1864 mendirikan The
Scientific Society (Translation Society) sebagai lembaga penerjemahan ilmu
pengetahuan modern ke dalam bahasa Urdu. la juga membentuk Panitia Peningkatan
Pendidikan Umat Islam dan Panitia Dana Pembentukan Perguruan Tinggi Islam. Pada
setiap kesempatan, Sir Ahmad Khan selalu mengemukakan pendapatnya bahwa
satu-satunya cara untuk mengubah pola berpikir umat Islam India dari
keterbelakangannya adalah melalui pendidikan.
Beliau pun
mencurahkan segala perhatiannya pada bidang ini hingga akhir hayatnya. Aligarh
Muslim University yang berdiri tahun 1920 (sekarang masih eksis) adalah wujud
karya nyata sang ulama. Menerobos pakem di negaranya, sistem sekolah ini
mengadopsi konsep pendidikan modern bagi generasi muda. Kiprah perguruan tinggi
inilah yang membuatnya dijuluki sebagai bapak pendidikan modern India. Sejumlah
tokoh penting pernah mempunyai sangkutan sejarah dengan perguruan tinggi ini.
Sebut misalnya
tokoh pergerakan nomor satu India mahatma Gandhi dan Ishwari Prasad. Mantan
presiden India, Zakir Hussain dan presiden Maldives, Abdul Ghayoom juga pernah
tercatat sebagai siswa perguruan tinggi ini. Perguruan tinggi ini memiliki 12
fakultas yang semuanya diunggulkan, yaitu seni budaya, ilmu sosial, sains, Life
Sciences, bisnis, teknik dan teknologi, kedokteran, pengobatan tradisional,
hukum, pertanian, manajemen, dan teologi. Saat ini, mahasiswa di Aligarh datang
dari seluruh dunia, terutama Asia Barat, Asia Tenggaram, dan Afrika. Para
mahasiswa ini tinggal dalam asrama.
D. Pemikiran Sayyid Ahmad Khan Terhadap Islam di India
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan dengan Muhammad Abduh di
mesir, setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin Al- Afghani dan setelah
sekembalinya dari pengasingan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama akal yang mendapat
penghargaan tinggi dalam pandangannya. Meskipun dia sebagai penganut ajaran
Islam yang taat dan mempercayai adanya kebenaran dari Tuhan adalah wahyu,
tetapi di berpendapat bahwa akal bukan segalanya bagi manusia dan kekuatan akal
hanyalah terbatas yang sifatnya relative.[4]
Untuk masyarakat Islam di India, Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat
diwujudkan dengan hanya bekerjasama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat
di India, dan menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi ummat Islam
India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh
ketinggalan dari masyarakat Hindu India.[5]
Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat,
termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Untuk dapat maju, ummat Islam harus pula menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam
untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah
kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan
memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris
bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas
usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris.
Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah
pandangan Ingris terhadap ummat Islam India. Dan sementara
itu kepada ummat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan,
tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan inggris. Cita citanya untuk
menjalani hubungan baik antara inggris dan umat islam, agar demikian ummat
islam dapat di tolong dari kemunduranya ,telah dapat di wujudkan di masa
hidupnya.
Sayid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur
karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban
baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia.
Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi
Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kapada wahyu, ia
berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas. Karena ia percaya pada
kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada
kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan
perbuatan Alam, Sayyid Ahmad Khan selanjutnya, berjalan dan beredar sesuai
dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam terjadi
menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama
(Tuhan). Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya dengan sebab pertama, maka
wujud sesuatu itu akan lenyap.[6]
Sejalan dengan ide-ide diatas, ia menolak faham Taklid
bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist.
Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara
pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa
itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan
oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan
ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat yang berobah itu.
Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak
merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga tidak
semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia terima sebagai sumber hanya setelah
diadakan penelitian yang seksama tentang keasliannya.
Dalam sistim perkawinan Islam, menurut
pendapatnya, adalah system monogamy, dan bukan system poligami sebagaimana
telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu. Poligami adalah pengecualian
bagi system monogamy itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam
kasus-kasus tertentu.
Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa
ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat
membentuk suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara
tersendiri. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat minoritas
Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat Hindu yang
lebih tinggi kemajuannya.
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai
langkah untuk membangkitkan kembali umat Islam, Sayyid Khan mengemukakan tiga
langkah yang harus ditempuh : (1) bekerjasama dalam bidang politik; (2)
mengambil ilmu-ilmu kebudayaan Barat; (3) menafsir ulang Islam dalam bidang
pemikiran. Gagasan
untuk menjalin hubungan dengan negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum
muslimin terhadap kemajuan Barat mulai ia perjuangkan.
Sayyid khan berpendapat bahwa
Al-Quran merupakan satu-satunya asas untuk memahami Islam. Hal ini ia dasarkan
pada perkataan Umar Ibnu Khathab, “Cukuplah bagi kita kitabullah”. Dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, maka untuk memahami Al-Quran tidak mungkin
bersandar pada Al-Quran menggunakan penafsiran kontemporer. Ia berpendapat
bahwa ayat-ayat muhkamat bersifat asasi atau mengandung dasar-dasar aqidah,
sedangkan ayat-ayat mutasyabbihat menerima lebih dari satu penafsiran yakni
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan manusia.
Perubahan terjadi setiap saat,
ilmu pengetahuan dan pengalaman manusia bertambah. Oleh karena itu untuk
menghadapi perubahan tersebut harus terjadi perubahan pemahaman manusia
terhadap ayat-ayat mutasyabbihat. Karena boleh jadi akan ada penafsiran lain
yang lebih sesuai dengan ilmu pengetahuan alam manusia masa kini.
Menurut Ahmad
Khan, hanya Al-Quran yang menjadi asas dalam memahami agama, sedangkan hadits
yang dapat dijadikan sebagai sandaran hanyalah hadits-hadits yang sesuai dengan
nash dan ruh Al-Quran, yang sesuai dengan akal dan pengalaman manusia dan yang
tidak bertentangan dengan hakekat sejarah. Bahkan setiap hadits yang bertalian
dengan masalah dunia hanya berlaku khusus bagi kondisi dan keadaan bangsa Arab
pada masa nubuwah, dan tidak mengikat bagi seluruh kaum muslimin.
Tampaknya poin terpenting yang
dinafikan Ahmad Khan adalah dalam menerima hadits. Ia berpendapat
perkara-perkara agama bersifat tetap, sedangkan perkara-perkara dunia
berubah-ubah. Sampai disini dapat disimpulkan bahwa menurut Ahmad Khan,
hadits-hadits tidak diterima sebagai sumber hukum diera setelah masa kenabian.
Ia pun akhirnya menyangsikan kelayakan pendapat-pendapat fuqaha dahulu untuk
diterapkan pada masa sekarang. Maka pintu ijtihad terbuka untuk seluruh
masalah. Menurutnya perbedaan visi dan kebebasan yang luas merupakan
satu-satunya jalan untuk memajukan umat.
Salah satu
pendapatnya yang cukup mendapat tanggapan keras dari beberapa kalangan adalah
bahwa Allah telah menciptakan dan membuat hukum-hukum, akan tetapi Allah tidak
turut campur dalam hukum alam. Dari sisi cukup memperlihatkan bahwa ia menggunakan
sistem nilai dari pemikiran Barat untuk memahami agama dan menafsirkan
Al-Qur’an.
Daftar Pustaka
Al Bahiy, Muhammad, Dr. 1986. Pemikiran Islam Modern.
Jakarta: Pustaka Panjimas.
Anwar Rosihon, Drs, M.Ag. Ilmu kalam.
Untuk UIN, STAI, PTAIS. Bandung : Pustaka Setia
Nasution, Harun, Dr, Prof. 1990.
Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan. Jakarta: PT Bulan
Bintang.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031-
MAKHMUD_SYAFE%27I/SAYYID_AHMAD_KHAN_DAN_PEMBAHARUANNYA.pdf
http://www.suaramedia.com/sejarah/sejarah-islam/12213-sejarah-hidup-sir-sayid-ahmad-khan.html. diunduh pada hari Jumat 17 Februari 2012
Pukul 21.27
http://soef47.wordpress.com/2009/10/14/pemikiran-kalam-ulama-modern-sayyid-ahmad-khan/ diunduh pada hari Jumat 17 Februari 2012
Pukul 21.25
[1]
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031-MAKHMUD_SYAFE%27I/SAYYID_AHMAD_KHAN_DAN_PEMBAHARUANNYA.pdf
[3] http://www.suaramedia.com/sejarah/sejarah-islam/12213-sejarah-hidup-sir-sayid-ahmad-khan.html. diunduh pada hari Jumat 17 Februari 2012
Pukul 21.27
[4] http://soef47.wordpress.com/2009/10/14/pemikiran-kalam-ulama-modern-sayyid-ahmad-khan/ diunduh pada hari Jumat 17 Februari 2012
Pukul 21.25
[6]. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031-MAKHMUD_SYAFE%27I/SAYYID_AHMAD_KHAN_DAN_PEMBAHARUANNYA.pdf
No comments:
Post a Comment